Masyarakat mengutuk aksi keji Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua yang kembali merusuh dengan merusak fasilitas umum di Papua. Seluruh elemen rakyat Papua mendukung TNI/Polri untuk segera memberangus KST agar tidak membuat kekacauan dan mengancam keselamatan warga sipil di Bumi Cendrawasih.
Papua adalah wilayah yang asri tetapi sayangnya dikotori oleh tindakan KST yang sering membuat kerusuhan. Mereka sering mengancam warga sipil, menyerang aparat, bahkan tega merusak fasilitas umum yang penting di Papua. Kejahatan yang terus berulang ini memang mengesalkan, karena mereka melakukan tindakan yang merugikan negara sekaligus rakyatnya.
Tanggal 14 September 2021 KST membakar fasilitas umum berupa bangunan SD dan SMP, rumah guru, Puskesmas, perumahan nakes, serta balai kampung, di Distrik Okhika Kabupaten Bintang. Hal ini diungkapkan oleh Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthafa Kamal. Belum ada berita lagi apakah ada korban jiwa pada peristiwa tersebut, karena kemungkinan para murid masih sekolah di rumah.
Setelah ada laporan maka aparat gabungan TNI dan Polri serta Satgas Nemangkawi segera berangkat ke lokasi. Mereka langsung melakukan pengejaran agar ada anggota KST yang berhasil tertangkap. Pengejaran terus dilakukan esok dan lusa, sampai target tercapai, karena kali ini ulah KST sudah keterlaluan.
Masyarakat turut mengecam pembakaran sejumlah fasilitas umum yang dilakukan oleh KST. Pertama, peristiwa ini tentu merugikan secara materiil, karena nilai bangunan bisa mencapai ratusan juta rupiah, dan gedung sekolah serta fasilitas umum biasanya tidak terlindungi oleh asuransi. Sehingga Pemda Papualah yang merugi karena harus membangunnya lagi, dan masa pembuatan gedung juga tidak sebentar.
Kedua, tidak seharusnya fasilitas umum dibakar, seminim apapun kerusakannya. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya seorang WNI turut menjaga agar fasilitas yang diberikan oleh pemerintah tetap kokoh berdiri, karena ia ada untuk dimanfaatkan oleh banyak orang. Namun anggota KST tega membakarnya dan membuat masyarakat rugi besar.
Bayangkan jika sebuah gedung Puskesmas luluh-lantak dimakan api, bagaimana nasib para pasien? Jika mereka butuh pertolongan pertama, maka tidak ada gedung yang representatif sebagai tempat berobat. Selain itu, jika ada kebakaran maka persediaan obat dan vitamin juga bisa hangus sehingga kerugian akan lebih besar lagi.
Tak hanya Puskesmas tetapi perumahan nakes juga dibakar oleh KST. Padahal dokter, perawat, dan bidan, adalah garda depan di bidang kesehatan. Apalagi di masa pandemi ini, mereka rela mengobati pasien corona yang butuh pertolongan.
Namun KST tidak pernah berpikir sampai sejauh itu, karena yang ada di pikiran mereka hanyalah dendam dan amarah kepada Indonesia, dan nakes adalah representasi dari pemerintah.
Apalagi KST juga turut membakar gedung sekolah beserta rumah guru. Hal ini menunjukkan mereka tidak suka dengan pendidikan. Padahal hanya dengan pendidikan, sebuah daerah bisa maju dan menjadi lebih baik lagi perekonomiannya. Jika anggota KST menolak pendidikan, maka mereka sendiri yang rugi karena bisa dengan mudah dibodohi oleh pihak lain.
KST akan terus dikejar hingga ke markasnya, agar jangan sampai mereka membuat kerusuhan dan kebakaran. Pasalnya, bukan kali ini saja mereka berulah, karena pada bulan Mei 2021 lalu mereka juga membakar fasilitas umum di daerah Biak. Vandalisme ini tak bisa dibiarkan karena merugikan negara dan masyarakat umum.
Masyarakat mengecam ulah KST karena membakar berbagai fasilitas umum, padahal sangat dibutuhkan oleh warga sipil. Oleh karena itu mereka sangat setuju ketika Satgas Nemangkawi terus mengejar KST, agar banyak anggotanya yang tertangkap, dan organisasi teroris itu bubar dengan sendirinya. (Sabby Kosay)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews