Menolak Aksi Demo di Masa Pandemi Covid-19

Rencana demo untuk membebaskan Rizieq Shihab dari dalam bui ditentang keras oleh banyak orang karena melanggar aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

Minggu, 29 Agustus 2021 | 23:29 WIB
0
144
Menolak Aksi Demo di Masa Pandemi Covid-19
Demo pendukung Rizieq Shihab (Foto: JPPN.com)

Pendukung Rizieq Shihab akan berdemo pada senin, 30 Agustus 2021 guna menuntut pembebasan Rizieq.

Masyarakat tentu menentang demonstrasi karena akan menyebabkan kluster baru Covid-19 dan menghambat penanganan Covid-19 nasional.
Rizieq Shihab yang tersangkut kasus kerumunan di masa pandemi dan kebohongan tes swab harus dipenjara selama 4 tahun.

Namun lagi-lagi pendukungnya berulah dengan merencanakan unjuk rasa pada tanggal 30 Agustus 2021. Mereka sesumbar akan mengumpulkan massa yang terdiri dari ribuan orang dan menuntut agar Rizieq dibebaskan dari dalam bui.

Rencana pendukung Rizieq tentu ditentang keras karena seseorang tidak bisa dikeluarkan dari dalam penjara, hanya dengan unjuk rasa yang dilakukan oleh fansnya. Bukan seperti ini peraturan di Indonesia. Jika ada artis yang kena kasus dan pendukungnya berunjuk rasa, lalu ia dibebaskan, maka akan terjadi kekacauan dan ketimpangan sosial. Tidak bisa seenaknya seperti ini.

Saat ada rencana demo maka masyarakat juga jadi heran, apakah para pendukung Rizieq tidak memahami hukum sama sekali? Jika saja mereka rajin membaca buku dan mengerti tentang hukum walaupun sedikit, tentu tidak akan nekat berdemo.

Unjuk rasa hanya bagian dari nafsu untuk membebaskan Rizieq, padahal ia seharusnya berada di dalam bui untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Demo seperti ini patut diwaspadai karena bisa saja disusupi oleh provokator yang tidak mempedulikan larangan dari aparat yang sedang berjaga.

Jangan berpikir bahwa peserta unjuk rasa hanya emak-emak, karena bisa jadi ada bapak-bapak dan juga pemuda. Para pendemo bisa saja menyerbu dengan beringas dan tak hanya membawa poster, tetapi juga senjata tajam.

Mengapa sampai ada provokator? Penyebabnya karena demo selalu berlangsung dengan panas, dan ketika pendukung Rizieq terbawa emosi, di sanalah penghasut mulai bekerja.

Mereka mulai meneriakkan kata-kata agar mereka terbakar amarahnya lalu bisa saja melakukan berbagai tindakan nekat. Tidak hanya membakar ban bekas tetapi bisa juga melempari gedung dengan batu atau bahkan nekat menyerang petugas.

Oleh karena itu aparat dengan sigap akan mengamankan area di sekitar demo, agar para pengunjuk rasa tidak merangsek dan nekat untuk masuk dan mengeluarkan Rizieq Shihab dari dalam ruangan hukumannya.

Bisa jadi disiapkan juga kendaraan lapis baja untuk mengamankan dan mencegah kekacauan, serta membatasi pagar dengan kawat berduri. Di jalan menuju penjara juga dipantau agar pendemo dihalau dan membubarkan diri.

Para pendemo harus dibubarkan karena unjuk rasa di masa pandemi dilarang keras oleh aparat, karena berpotensi menyebabkan klaster Corona baru. Penyebabnya karena pasti ada kerumunan dan mustahil ada demo yang tidak membuat banyak orang jadi bersatu. Mereka juga berpotensi untuk melepas masker karena kegerahan saat berunjuk rasa dan makin berpotensi untuk tertular virus Covid-19.

Apa pendemo tidak takut kena Corona pasca unjuk rasa? Bisa jadi ada salah satu atau banyak OTG dari peserta demo dan terjadi penularan virus Covid-19 secara massal. Ketika akhirnya kena Corona dan merasakan sakitnya selama 2 minggu, apa Rizieq Shihab dan keluarganya mau bertanggung jawab untuk biaya pengobatan? Rasanya amat mustahil. Jadi batalkan saja rencana demo ini.

Rencana demo untuk membebaskan Rizieq Shihab dari dalam bui ditentang keras oleh banyak orang karena melanggar aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Selain itu, demo berpotensi membuat klaster Corona baru sehingga amat rawan penularan virus Covid-19. (Abdul Razak)

***