Pendukung Rizieq Shihab akan berdemo pada senin, 30 Agustus 2021 guna menuntut pembebasan Rizieq.
Masyarakat tentu menentang demonstrasi karena akan menyebabkan kluster baru Covid-19 dan menghambat penanganan Covid-19 nasional.
Rizieq Shihab yang tersangkut kasus kerumunan di masa pandemi dan kebohongan tes swab harus dipenjara selama 4 tahun.
Namun lagi-lagi pendukungnya berulah dengan merencanakan unjuk rasa pada tanggal 30 Agustus 2021. Mereka sesumbar akan mengumpulkan massa yang terdiri dari ribuan orang dan menuntut agar Rizieq dibebaskan dari dalam bui.
Rencana pendukung Rizieq tentu ditentang keras karena seseorang tidak bisa dikeluarkan dari dalam penjara, hanya dengan unjuk rasa yang dilakukan oleh fansnya. Bukan seperti ini peraturan di Indonesia. Jika ada artis yang kena kasus dan pendukungnya berunjuk rasa, lalu ia dibebaskan, maka akan terjadi kekacauan dan ketimpangan sosial. Tidak bisa seenaknya seperti ini.
Saat ada rencana demo maka masyarakat juga jadi heran, apakah para pendukung Rizieq tidak memahami hukum sama sekali? Jika saja mereka rajin membaca buku dan mengerti tentang hukum walaupun sedikit, tentu tidak akan nekat berdemo.
Unjuk rasa hanya bagian dari nafsu untuk membebaskan Rizieq, padahal ia seharusnya berada di dalam bui untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Demo seperti ini patut diwaspadai karena bisa saja disusupi oleh provokator yang tidak mempedulikan larangan dari aparat yang sedang berjaga.
Jangan berpikir bahwa peserta unjuk rasa hanya emak-emak, karena bisa jadi ada bapak-bapak dan juga pemuda. Para pendemo bisa saja menyerbu dengan beringas dan tak hanya membawa poster, tetapi juga senjata tajam.
Mengapa sampai ada provokator? Penyebabnya karena demo selalu berlangsung dengan panas, dan ketika pendukung Rizieq terbawa emosi, di sanalah penghasut mulai bekerja.
Mereka mulai meneriakkan kata-kata agar mereka terbakar amarahnya lalu bisa saja melakukan berbagai tindakan nekat. Tidak hanya membakar ban bekas tetapi bisa juga melempari gedung dengan batu atau bahkan nekat menyerang petugas.
Oleh karena itu aparat dengan sigap akan mengamankan area di sekitar demo, agar para pengunjuk rasa tidak merangsek dan nekat untuk masuk dan mengeluarkan Rizieq Shihab dari dalam ruangan hukumannya.
Bisa jadi disiapkan juga kendaraan lapis baja untuk mengamankan dan mencegah kekacauan, serta membatasi pagar dengan kawat berduri. Di jalan menuju penjara juga dipantau agar pendemo dihalau dan membubarkan diri.
Para pendemo harus dibubarkan karena unjuk rasa di masa pandemi dilarang keras oleh aparat, karena berpotensi menyebabkan klaster Corona baru. Penyebabnya karena pasti ada kerumunan dan mustahil ada demo yang tidak membuat banyak orang jadi bersatu. Mereka juga berpotensi untuk melepas masker karena kegerahan saat berunjuk rasa dan makin berpotensi untuk tertular virus Covid-19.
Apa pendemo tidak takut kena Corona pasca unjuk rasa? Bisa jadi ada salah satu atau banyak OTG dari peserta demo dan terjadi penularan virus Covid-19 secara massal. Ketika akhirnya kena Corona dan merasakan sakitnya selama 2 minggu, apa Rizieq Shihab dan keluarganya mau bertanggung jawab untuk biaya pengobatan? Rasanya amat mustahil. Jadi batalkan saja rencana demo ini.
Rencana demo untuk membebaskan Rizieq Shihab dari dalam bui ditentang keras oleh banyak orang karena melanggar aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Selain itu, demo berpotensi membuat klaster Corona baru sehingga amat rawan penularan virus Covid-19. (Abdul Razak)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews