Tak ada gunanya berkumpul, bahkan datang jauh-jauh dari luar kota karena reuni, karena pengelola Monas sudah menegaskan bahwa temapt itu masih ditutup ketika pandemi masih berlangsung.
Reuni 212 akan diadakan lagi di Jakarta tanggal 2 desember 2021. Rencana ini tentu langsung ditolak oleh masyarakat karena masih masa pandemi. Selain itu, reuni tidak bermanfaat sama sekali karena hanya berisi hujatan, dan tidak memberi solusi pada negeri ini.
Masih ingatkah Anda tentang peristiwa 411? Kehebohannya berlanjut hingga tanggal 212 alias 2 desember, dan tiap tanggal yang dianggap istimewa (oleh mereka) selalu dijadikan ajang reuni. PA 212 selaku panitia bergembira karena bisa bertemu lagi dengan banyak orang di depan Monas, dan mereka sudah menyiapkan reuni juga tahun 2021.
Akan tetapi rencana reuni 212 langsung dimentahkan oleh masyarakat. Pertama, saat ini masih masa pandemi sehingga reuni bisa menyebabkan kerumunan dan melanggar protokol kesehatan. Meski mereka sudah mengklaim bahwa seluruh peserta akan memakai masker tetapi mustahil bisa menjaga jarak.
Pemprov DKI Jakarta melalui Wagub Riza Patria juga melarang keras reuni 212 karena alasan ini. Jakarta sudah PPKM level 1 dan jangan sampai kasus covid naik gara-gara ada kluster baru pasca reuni.
Alasan kedua penolakan reuni 212 adalah bisa menghilangkan persatuan anak bangsa. Di Surabaya sudah marak spanduk yang berisi tentang penolakan reuni ini. Walau acaranya tidak diadakan di kota buaya tetapi sebagai WNI yang peduli, masyarakat Surabaya tetap kukuh menolak reuni 212 diadakan kembali beberapa hari lagi.
Ketua Gerakan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu AR Waluyo Wasis Nugroho menyatakan bahwa ia khawatir aksi yang dilakukan dimanfaatkan oleh organisasi yang dilarang pemerintah. Penolakan terhadap reuni 212 di Jakarta amat penting bagi keselamatan dan persatuan bangsa serta keutuhan NKRI.
Dalam artian, peserta reuni tahun lalu dan tahun sebelumnya memang anggota organisasi terlarang. Sehingga takut mereka bersatu dan membuat rencana yang bisa merusak keutuhan negeri ini.
Waluyo Wasis melanjutkan, dikhawatirkan reuni 212 bisa memunculkan bibit-bibit hilangnya persatuan anak bangsa, tali kebhinekaan, intoleransi, dan bisa jadi ada indikasi radikalisme dan terorisme. Dalam artian, reuni ini tidak bermanfaat karena hanya bisa memecah persatuan dan kesatuan di negeri ini. Ia juga mempersilakan TNI dan Polri untuk menangkap sang provokator dan menindak intopleransi, premanisme, radikalisme, dan terorisme.
Reuni 212 diindikasikan bisa merusak persatuan Indonesia karena berkaca dari reuni-reuni mereka yang lalu, isinya adalah orang-orang berbaju putih yang sayangnya tidak seputih omongannya. Mereka berkumpul lalu mengumpat dan mengkritik pemerintah tanpa memberikan solusi pasti. Padahal yang dibutuhkan adalah kritik membangun, bukannya hujatan semat.
Kritik yang dilancarkan oleh PA 212 sama sekali tidak membangun dan mengarah pada provokasi, karena membela 1 pihak sementara menyerang kebijakan-kebijakan pemerintah. Mereka selalu marah karena dilarang berkerumun padahal ini adalah standar pelarangan di masa pandemi. Ketika sudah emosi maka yang keluar adalah caci-maki, sehingga acara reuni jadi berasa gerah.
Selain itu, reuni 212 bisa memunculkan provokasi. Bisa saja kalangan masyarakat yang terlalu lugu malah mengikuti aksi mereka lalu membeo. Padahal hal ini bisa merusak perdamaian di Indonesia. Jangan sampai bangsa ini pecah menjadi beberapa kubu dan muncul tawuran serta peperangan, baik di dunia nyata maupun maya, gara-gara reuni 212.
Oleh karena itu lebih baik batalkan aja rencana reuni 212 pada tanggal 2 Desember 2021 mendatang. Tak ada gunanya berkumpul, bahkan datang jauh-jauh dari luar kota karena reuni, karena pengelola Monas sudah menegaskan bahwa temapt itu masih ditutup ketika pandemi masih berlangsung. Reuni 212 tak ada gunanya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews