Kita belum terlambat. Saya dan Anda yang tak punya kuasa berbuat, lakukan hal yang paling sederhana: di rumah saja, bersama keluarga! Tak sanggup?
Sungguh berat beban yang ditanggungkan lift di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat ini. Di dalamnya, berdiri dalam jarak yang renggang, ada seorang presiden, panglima, menteri, juga seorang komandan satuan tugas penanganan virus korona di Tanah Air.
Berat beban lift, tapi lebih berat lagi beban yang kini tersampir di pundak mereka, para pria di dalam lift ini.
Terutama yang di pojok itu. Indonesia yang dipimpinnya tengah dihentak gelombang pandemi virus yang membuat dunia kalang-kabut, menghentikan hampir seluruh sendi kehidupan, dari perekonomian, hajatan olahraga, sampai ibadah bersama.
Negara mana yang siap menghadapinya? Hampir tidak ada. Negara maju, modern, terpencil di sudut bumi, besar dan kecil, semua nyaris gagap.
Amerika Serikat, negara dengan pengurusan visa kunjungan paling ketat, tergagap-gagap. Sampai kemarin dilaporkan 27.000 warganya tertular virus korona dan 348 di antaranya tewas. Dalam gagapnya, President Donald Trump menurunkan ribuan tentara mengawal pembatasan warga berkegiatan di luar rumah. “Ini perang — perang yang berbeda dari yang pernah ada," katanya.
Baca Juga: Virus Corona dalam Podium Opini
Italia, Spanyol dan Perancis, negara-negara dengan iuran sosial dan jaminan kesehatan yang sangat baik, malah jadi pusat wabah baru di dunia. Kemarin, dalam sehari saja, 793 orang di Italia meninggal oleh virus ini, puluhan ribu lainnya dinyatakan positif terjangkit.
Di Indonesia, angka-angka penyebaran pandemi ini mulai merangkak naik. Sampai kemarin, tercatat 48 orang meninggal dari 514 warga yang tertular. Ribuan orang lainnya dalam status “diawasi”.
Saya kira kita sepakat, Indonesia gagap dan terlambat mengantisipasi hembusan pandemi ini. Tapi siapa yang tak gagap?
Setidaknya, Indonesia sudah terbangun. Tidak sekadar mengimbau untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah di rumah, serta meliburkan sekolah-sekolah dan kantor-kantor.
Saat ini, di luar rumah-rumah sakit rujukan, Wisma Atlet di Kemayoran dan Rumah Sakit Pertamina sudah didedikasikan khusus untuk menangani pasien virus korona. Jika masih kurang, Wisma Haji Pondok Gede juga tengah kosong dan siap dimanfaatkan.
Daerah-daerah juga telah terbangun dari kenyamanan panjang untuk waspada dan segera melakukan sesuatu. Jutaan alat test cepat pendeteksi virus korona telah tiba di Tanah Air. Ratusan ribu Alat Pelindung Diri bagi para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan sudah mulai pula dibagikan ke rumah-rumah sakit. Gerakan solidaritas dan sukarelawan sudah bergema di seluruh Tanah Air.
Kita belum terlambat. Saya dan Anda yang tak punya kuasa berbuat, lakukan hal yang paling sederhana: di rumah saja, bersama keluarga! Tak sanggup?
Ya, jaga jarak.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews