The Jakarta Institute berencana akan menggelar diskusi dengan mengangkat tema "Mewaspadai Hoax dan SARA Jelang Pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 ”. Kegiatan sendiri akan dilaksanakan pada Selasa, 18 Februari 2020 bertempat di Hotel Sofyan, Tebet, Jakarta Selatan.
Akan hadir sebagai Narasumber yaitu Irma Suryani Chaniago (DPP Partai Nasdem), Asep Saifuddin (Pengamat Indobarometer), Helmy Fajar Andrianto (Kekominfo RI), Reza Fahlevi (Direktur Eksekutif The Jakarta Institute) dan Perwakilan dari KPU RI
Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan, RM. Sumadi mengungkapkan bahwa kegiatan ini dalam rangka mensosialisasikan Pilkada Serentak 2020 agar berjalam aman dan tanpa Hoaks," ujurnya kepada awak media di Jakarta, Senin (17/02).
Ia juga menjelaskan bahwa Pilkada merupakan sebuah pesta demokrasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat di indonesia sehingga harus dilakukan dengan senang dan tanpa isu hoaks apalagi muncul isu SARA," tegasnya.
Dia juga mengungkap bahwa Politik hoax dan SARA merupakan tantangan besar bagi demokrasi elektoral indonesia di pilkada serentak 2020. Apalagi sampai muncul polirisasi irasionalitas politik identitas yang diterjemahkan dalam bentuk kampanye jahat, berita bohong ( hoax ), dan politisasi SARA akan menguat.
"Untuk kita adakan diskusi ini dalam rangka mencegah itu, kita harus bisa mengevaluasi kejadian pilkada serentak ini dengan lebih hati-hati dan mengedepankan politik sopan santun," katanya.
Makanya ia meminta agar masyarakat dan mahasiswa datang dalam diskusi yang mencerdaskan tersebut agar bisa bersama-sama menjadi pelopor perubahan dan tidak mudah termakan hoaks.
"Ayo kita datang, Insya Allah akan dapat manfaat dari para narasumber, apalagi diskusi tersebut gratis dan sangat mendidik," ungkapnya.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews