Di Hotel Paninsula, Jakarta seorang politisi dari Partai Demokrat tertangkap tangan. Bersama seorang wanita, dia digelandang karena mengkonsumsi shabu.
Ia kaget ketika pintu kamarnya digedor. Buru-buru bong dan beberapa alat lain dibuang ke closet. Tapi polisi sigap. Bersama petugas hotel, mereka membongkar closet itu. Menemukan setumpuk bukti. Juga kondom. Entah sudah dipakai. Entah belum.
Politisi itu kini menginap di kantor polisi. Kasusnya sedang diusut tuntas.
Kita tentu bertanya. Jika ini adalah lanjutan dari kebiasaannya yang lama, bisa dibayangkan dulu Presiden Indonesia punya staf khusus seorang pecandu narkoba. Saran seperti apa yang dulu disampaikan kepada SBY dari seorang pecandu?
Kekuasaan seperti apa yang berjalan dengan orang seperti ini di sekelilingnya?
Akhirnya kita maklum. Dulu Corby, bandar narkoba asal Australia mendapat pengampunan dari SBY. Kita marah, kok bisa seorang bandar narkoba dapat grasi? Tapi melihat kenyataanya kini, rasa-rasanya gak aneh.
Entah apa yang dirasakan SBY dan AHY sekarang. Keluarga itu sedang berduka akibat sakitnya Bu Ani. Kini ditambah lagi dukanya dengan tertangkapnya kader andalan mereka. Kasus narkoba.
Bukan hanya SBY dan keluarga yang terpukul. Anda bisa bayangkan ribuan Caleg Partai Demokrat yang sedang berjuang menarik konstituen. Mereka habis-habisan mengeluarkan dana dan tenaga. Kini, calon konstituennya sangsi. Apakah mereka mau memberi suara pada PD yang kader utamanya tertangkap narkoba?
Setelah Pemilu lalu suara PD habis dihantam kader yang korupsi. Sekarang suara itu digerus lagi olah kader utama yang mengkonsumsi narkoba. Habis sudah sisa-sisa suara yang dengan lelah mereka kumpulkan.
"Akibat kelebihan kardus, Mas," ujar Abu Kumkum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews