Cukup menggelikan memang, mantan pimpinan KPK pemberantas koruptor menjadi pembela terduga koruptor.
Mardani Maming mantan bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan menjadi tersangka KPK. Dengan tuduhan menerima gratifikasi terkait pemberian izin pertambangan.
Mengajukan praperadilan, tetapi kalah dan akhirnya menyerahkan diri ke KPK.
Ada yang menarik selama mengajukan praperadilan. PBNU tempat Mardani Maming menjadi bendahara, memberikan bantuan hukum dengan menunjuk mantan pimpinan KPK yaitu Bambang Widjojanto dan penggiat anti korupsi yaitu Denny Indrayana.
Bagaimana bisa mantan pimpinan KPK yang dulunya sering menangkap tangan atau OTT kepada kepala daerah bisa menjadi pembela terduga koruptor?
Secara etika jelas ini sesuatu yang tidak seharusnya atau tidak pantas mantan pimpinan KPK menjadi pembela terduga koruptor.
Apalagi sebagai salah satu pimpinan KPK yang bersangkutan tahu internal lembaga antirusah tersebut. Kok sekarang malah jadi pembela terduga koruptor. Aneh.
Jangan hanya karena berseteru dengan pimpinan KPK yang sekarang, terus balik arah malah menyerang lembaga KPK tempat ia dulu menjadi pimpinan lembaga antirusah tersebut.
Karena menjadi pembela tersangka, maka argumentasinya persis seperti para pengacara ketika membela tersangka korupsi. Seperti bahwa sangkaan KPK tidak berdasar. Dan ini murni bisnis.
Itulah kurang lebih pernyataan yang keluar dari Bambang Widjojanto.
Padahal Bambang Widjojanto tahu betul ulah para koruptor dalam membangun alibi atau menyembunyikan hasil korupsinya.
Seperti Mardani Maming ini, ketika menerima gratifikasi terkait izin pertambangan, tidak menerima gratifikasi dalam bentuk uang tunai. Namun, membuat perusahaan sebagai cangkang untuk menampung hasil gratifikasi tersebut. Dan ini termasuk modus baru.
Cukup menggelikan memang, mantan pimpinan KPK pemberantas koruptor menjadi pembela terduga koruptor. Bahkan seluk-beluk atau strategi praperadilan juga ia ketahui.
Ada benarnya juga jargon "maju tak gentar membela yang bayar".
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews