Jangan Hanya Karena Istri Melakukan Kesalahan, Semua Kena Getahnya

Perspektif yang mengharuskan suami bertanggung-jawab terhadap kesalahan istri di ruang publik adalah cara pandang yang seakan menganggap perempuan, maaf 'najis' yang sebaiknya dihindari.

Minggu, 13 Oktober 2019 | 11:36 WIB
1
760
Jangan Hanya Karena Istri Melakukan Kesalahan, Semua Kena Getahnya
Irma Zulkifli Nasution, istri Dandim Kendari (Foto: Bisnis.com)

Embusan angin segar kian terasa seiring reformasi di Arab Saudi. Ruang publik makin ramah terhadap perempuan, profesi yang dulunya khas laki-laki, sekarang boleh dirambah perempuan. Beberapa hal tabu dilakukan perempuan di ruang publik pun didobrak.

Pasca diijinkannya perempuan menonton pertandingan sepak bola di stadion, berkendara sendiri atau bekerja di bandara, tahun lalu pemerintah Arab Saudi membuat lompatan besar dengan memperbolehkan perempuan menjadi tentara, tentu dengan beberapa syarat.

Sikap pemerintah Arab Saudi kian ramah terhadap geliat perempuan yang menuntut kesetaraan. Sebaliknya di negeri ini pemerintah justru makin menegaskan superioritas laki-laki atas perempuan. Kultur yang menempatkan laki-laki sebagai penentu segalanya dalam rumah tangga termasuk apa yang boleh dan tidak diucapkan seorang istri dilanggengkan lewat struktur kekuasaan.

Institusi Dharma Wanita adalah contoh paling telanjang atas penegasan subordinat perempuan dari laki-laki. Sialnya, sebagian perempuan bangga dan sangat menikmatinya. Kesadaran ini berakar, salah satunya pada tafsir keagamaan tertentu, sebut saja islam.

Padahal Arab Saudi sebagai kiblat utama dalam berislam selama ini dianggap mewakili konservatisme justru makin ramah terhadap perempuan.

Di tengah hiruk pikuk politik nasional yang memilih perempuan sebagai Ketua DPR yang meletakkan tanggung-jawab besar di pundak seorang perempuan, justru institusi pertahanan kita masih sulit menggeser tradisi patriarki dari seragam mereka. Kesalahan yang dilakukan istri yang berakibat pada pencopotan suami dari jabatannya membuat kita terhenyak.

Lantas apa artinya anak-anak muda itu turun ke jalan menghadang gas air mata dan peluru tajam. Bukankah mereka berharap aturan yang lebih equal dan menuntut negara memperlakukan perempuan lebih bermartabat, tidak sekedar sebagai konco wingking yang hidupnya berputar di dapur, sumur dan kasur.

Perspektif yang mengharuskan suami bertanggung-jawab terhadap kesalahan istri di ruang publik adalah cara pandang yang seakan menganggap perempuan, maaf 'najis' yang sebaiknya dihindari. Bayangkan jika perempuan melakukan kesalahan, semua kena getahnya, hukumannya pun berlipat.

Dalam kasus nyinyiran istri Perwira TNI, Selain suami dipecat dari jabatannya, istri tetap harus mempertanggungjawabkannya secara pidana, plus sanksi sosial sebagai perempuan yang mendatangkan aib bagi keluarga.

Anak muda itu benar, "Selangkangan kami bukan milik negara". Tak seharusnya pemerintah mengaturnya, akibatnya bisa fatal.

***