Bertahun-tahun tak jeda dihempas peperangan, sempat menikmati sedikit kebebasan, kini rakyat Afghanistan kembali dalam penguasaan Taliban.
Gadis ini entah di mana kini. Mungkin ia tengah berjalan tersaruk-saruk membawa nasib. Mungkin juga tengah bersembunyi dalam pelukan bunda yang ketakutan.
Tiga tahun yang lalu, ia berdiri di pinggir jalan yang hendak dilalui tamu negaranya dari Indonesia, dengan kerudung berenda sedikit terbuka yang memperlihatkan rambut pirang dan matanya yang hijau. Salju tengah meluruh turun di kota Kabul, dingin mulai menusuk, tapi ia setia menahan dingin. Jarang ia melihat iring-iringan kendaraan pengantar tamu negara dari dekat. Tak banyak yang bertamu ke ibu kota Afghanistan.
Saya membayangkan ia begitu menikmati kebebasan kecil ini: berdiri di luar rumah, berdandan tipis, bersolek muka, dengan kerudung setengah terbuka dan memampangkan wajahnya kepada dunia. Kebebasan yang pernah terampas oleh Taliban di masa perang sengit di sana sepanjang 1996-2001.
Dan hari-hari ke depan, pemandangan seperti ini tak akan terulang. Taliban telah kembali. Presiden Ashraf Ghani menuliskan kata perpisahannya beberapa jam yang lalu.
Pemerintahan berganti. Dan bayangan Afghanistan yang gelap pun kembali lagi: hukum pancung dan tembak mati di depan umum akan terasa biasa, perempuan tak boleh bekerja dan bersekolah, tak leluasa berkerudung setengah terbuka di pinggir jalan menanti tamu negara.
Hampir seabad silam, penyair dan wartawan Inggris yang pernah meliput di sana, Rudyard Kipling (1865–1936) menulis puisi muram:
"Pabila engkau terluka dan tertinggal di dataran Afghanistan
Dan para wanita keluar untuk memotong apa yang tersisa,
Gulirkan saja senapanmu dan ledakkan sendiri otakmu
Dan pergilah ke Tuhan sebagai prajurit."
Bertahun-tahun tak jeda dihempas peperangan, sempat menikmati sedikit kebebasan, kini rakyat Afghanistan kembali dalam penguasaan Taliban. Berharap kepada dunia, mungkin tinggal impian belaka. Amerika telah pergi, dan Taliban sudah berjabat tangan dengan China.
Entah di mana gadis Afghanistan itu kini. Bendera yang dipegangnya sedang berkibar-kibar di seantero negeri bernama Indonesia yang tengah merayakan kemerdekaannya. Semoga ia selamat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews