Bagi Falwell, ”Amerika”, adalah negeri orang-orang kulit putih saja. Sementara pendatang lain yang kulit hitam, Islam adalah ancaman. Karenanya cukup alasan membenci orang hitam dan Islam.
Donald Trump bukanlah orang yang taat beragama. Istrinya sekarang mantan cover gadis majalah Playboy. Reputasi dalam bisnis lebih banyak berita ngemplang utang lewat pengadilan. Tetapi 2/3 pemilih Partai Republik yang taat beragama memilihnya dalam Pemilu. Mengapa?
itu berkat seorang Jerry Falwell. Pria tambun dan piawai berkotbah di atas mimbar menghasilkan uang jutaan dollar untuk membuatnya kaya raya dengan mudah. Ia seorang pendeta Protestan yang mampu menciptakan iman yang bisa melahirkan kebencian kepada siapapun yang tidak disukai. Dia menjadi pendeta sejuta umat.
Falwell meninggal tahun 1979 namun Trump bersama team suksesnya menjadikan Jerry Falwell sebagai inspirasi bagaimana menarik orang beragama menjadin mesin politik untuk mencapai kemenangan.
Team sukses Trump mencatat dengan baik cara Fawell menarik massa. Bagi Falwell, ”Amerika”, adalah negeri orang-orang kulit putih saja. Sementara pendatang lain yang kulit hitam, Islam adalah ancaman. Karenanya cukup alasan membenci orang hitam dan Islam.
Bahkan siapapun yang membela orang hitam seperti gerakan Martin Luther King dan Nelson Mandela harus dimusuhi. Kemudian dia menambah daftar musuh yang harus di beci. Mereka itu adalah Katolik, Yahudi, Islam, dan bahkan diapun membenci kaum sekular.
Setelah itu dia mulai merambah benci ke wilayah lain, yaitu kaum homoseksual, segala kegiatan pornoaksi, pemabuk, pendukung aborsi, komunis kiri atau kanan, penentang politik zeonis di Timur Tengah. Entahlah. Yang pasti dia selalu punya alasan untuk membenci dan memusuhi siapapun.
”Ide bahwa agama dan politik tidak bisa dicampur itu berasal dari Setan”, kata Falwell dengan suara lantang dalam sebuah khotbah. ”Jika kita akan menyelamatkan Amerika dan membuat Injil diterima di dunia, kita harus membuang ke tong sampah filsafat sekuler yang bertumpu pada akal, yang secara diametral bertentangan dengan kebenaran Kristen,” katanya lagi.
Cara cara Fewel ini dijadikan cara hebat Team Sukses Trump untuk mobilisasi politik yang sedang di siapkannya. Trump sebagaimana ajaran Falwell, menciptakan rasa cemas dan paranoia terhadap segala hal yang baik dan benar bagi kaum terpelajar.
Singkatnya bagi Falwell yang kemudian ditiru dalam kamapanye Politik Trump adalah cara menghabisi siapa saja yang berbeda, dan untuk itu agama didengungkan dengan injil di tangan kanan agar orang banyak berbaris tertip di belakangnya. Taklid buta diciptakan.
Dengan keras Trump bicara di atas mimbar di hadapan rakyatnya yang semakin pesimis akibat Obama tidak kunjung membawa AS keluar dari krisis Wallstreet. Trump kenal pemilihnya, mereka orang yang lemah dan rakus, tentu bodoh. Kehidupan sosial yang labil dan kehidupan sex yang buruk.
Cara bicaranya percis cara bicara Falwell. Kenali audience-mu dan mereka adalah kumpulan orang gagal bersaing dengan China, Yahudi. “Kita harus memerangi humanisme, liberalisme, para kafir. Kita harus memerangi semua sistem setan yang membuat korupsi dan kerusakan moral negeri ini.”
Team Sukses Trump tak jarang mengutip wahyu 19 dalam injil: di sana Yesus digambarkan memegang sebilah ”pedang tajam” dan meluluhlantakkan bangsa-bangsa. Atau mengutip Perjanjian Lama, yang menyambut Tuhan sebagai ”Tuhan Perang”. Tidak ada ide ekonomi untuk meyakinkan orang bodoh kecuali janji Tuhan.
Pada 1979, Falwell membentuk gerakan membela sabda Tuhan dengan klaim bahwa suara orang-orang yang taat beragama adalah suara moral dan bahwa mereka di dukung sebagian besar rakyat Amerika, kaum kulit putih. Mereka selalu mengatakan bahwa gerakan mereka bukan gerakan politik tapi gerakan murni sebagai representasi Moral Mayoritas, tapi anehnya mereka menjadi mendukung Partai Republik.
Mereka ini yang menyebabkan Bush jadi presiden dan membuat Amerika bangkrut dan kini Trump jadi Presiden. Dan cara kampanye Falwell inilah yang juga ditiru oleh kubu BOSAN yang lalu menggunakan emosi agama dengan memanfaatkan ulama semacam Falwell ini untuk menang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews