Kalau soal Menteri Pertahanan? Sampai sekarang belum ada kabar lagi tentang hal itu, tapi posisi Menhan memang sedang kosong sekarang.
Lebih dari seminggu telah lewat, drama pilpres Amerika belum juga usai. Walaupun kemenangan Biden telah jelas, dan para pemimpin dunia pun telah memberi selamat, tetapi Presiden Trump tetap belum mau mengakui kekalahannya. Sounds familiar?
Baru kali ini kandidat yang kalah di Amerika bersikap seperti ini. Bahkan ketika popular vote yang diraih oleh Biden 5 juta lebih besar. Ketika Hillary Clinton kalah, walaupun unggul lebih dari 2 juta popular votes, dia langsung memberi selamat kepada Trump. Begitu pula kandidat Partai Republik, John McCain, kepada Obama.
Beberapa pertanyaan dari beberapa kawan adalah sebagai berikut:
Apakah upaya hukum Trump menggugat hasil pemilu bisa mengubah pemenang pilpres?
Presiden Trump memang sedang melakukan upaya hukum, menggugat hasil pemilu di beberapa negara bagian seperti Georgia, Pennsylvania, Arizona dsb. Gugatan itu harus dilakukan per negara bagian, karena begitulah konsekuensi negara federal.
Dengan begitu, Trump harus membuktikan bahwa terjadi kecurangan yang merugikan dirinya yang bisa mengubah hasil pemilu, negara bagian per negara bagian. Mengingat birokrasi penyelenggaraan pemilu Amerika yang sangat ketat dan akurat, by name by address, agak sulit kemungkinan ada perubahan yang signifikan.
Yang disasar oleh Trump sebenarnya adalah meminta pengadilan untuk membatalkan penghitungan suara lewat pos, yang didominasi oleh pendukung Biden. Tapi memilih melalui pos memang dibolehkan di Amerika. Dan Trump tidak bisa membatalkannya, karena itu bukan kewenangan Presiden. Lagi pula, Trump menang di Alaska karena suara lewat pos, yang tentu saja tidak digugatnya.
Memang di Georgia akan dilaksanakan perhitungan ulang, karena perbedaan hasil pemilu kurang dari setengah persen. Itu sudah merupakan aturan, digugat atau tidak. Dan kalau pun Trump memenangkan Georgia, walau kecil sekali kemungkinannya, itu pun tidak akan mempengaruhi hasil pemilu. Dengan kemenangan di Pennsylvania, Arizona, dan Nevada, Biden tetap mampu mencapai 270 electoral college tanpa Georgia.
Apakah ada kemungkinan Presiden Trump tetap tidak mengakui hasil pemilu dan menyatakan tidak bersedia meninggalkan Gedung Putih?
Tidak mungkin. Bulan Desember para elector yang terpilih dari ke 50 negara bagian akan bersidang untuk menegaskan pemenang pilpres. Jumlah electors dari Biden sudah melewati angka 270. Dengan demikian, Biden akan ditetapkan sebagai Presiden Amerika Serikat ke 46. Pelantikan Presiden akan dilakukan pada tanggal 20 Januari 2021.
Begitu presiden dan wakil presiden yang baru dilantik, pada saat itu Presiden baru berhak bertempat tinggal di Gedung Putih. Siapa pun yang tidak berhak untuk berada di Gedung Putih saat itu akan diusir oleh Secret Service (Paspampres-nya AS) yang bertugas mengamankan presiden AS.
Mengapa Amerika tetap mempertahankan sistem pemilu electoral college yang rumit seperti ini?
Ini memang hasil dari kesepakatan sejarah Amerika yang berbentuk negara federal. Pemilu adalah kewenangan negara bagian, bukan pemerintah pusat. Dan sistem electoral college ini menguntungkan negara bagian yang kecil dan menengah, karena suara mereka "diperhatikan" dan "diperebutkan' oleh para kandidat. Sebaliknya, sistem popular votes hanya akan menguntungkan negara bagian yang besar seperti California, New York, Texas dsb.
Di Senat AS, setiap negara bagian mempunyai jumlah senator yang sama, yaitu dua senator, besar maupun kecil. Walhasil, sampai sekarang electoral college tidak pernah bisa berubah, walaupun sudah dibeberkan begitu banyak kelemahannya. Makanya, Amerika adalah satu2nya negara di dunia yang menggunakan sistem electoral college ini.
Apakah terpilihnya Biden lebih menguntungkan Indonesia?
Tergantung bagaimana melihatnya. Tapi saya beranggapan positif. Kenapa? Jawabannya agak panjang, dan itu perlu satu artikel tersendiri.
Kalau soal Menteri Pertahanan? Sampai sekarang belum ada kabar lagi tentang hal itu, tapi posisi Menhan memang sedang kosong sekarang.
Andi Mallarangeng
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews