Di judul berita itu tertulis ‘Begging’. Artinya ‘mengemis’.
Padahal si penulis bermaksud menulis kata ‘Beijing’. Ibu kota Tiongkok.
Kesalahan itu menjadi sangat sensitif. Ketika dilihat media mana yang menulis. Dan ada kejadian apa saat itu.
Yang menulis adalah media Pakistan. Tepat saat Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, lagi berkunjung ke Beijing.
Pimred televisi pemerintah Pakistan itu langsung diberhentikan. Lantaran memberi kesan pimpinan negaranya lagi ke Begging untuk mengemis.
Imran Khan pada dasarnya memang lagi minta bantuan. Tapi kata ‘begging’ adalah penghinaan.
Imran, mantan kapten juara dunia kriket itu, memang lagi di simpang tiga: harus memilih ke arah mana. Agar ekonomi negaranya tidak bankrut: ke Saudi Arabia, ke IMF atau ke Tiongkok.
Imran ternyata ke Saudi dulu: dapat janji USD 6 miliar. Lalu ke IMF. Minta USD 12 miliar. Tapi IMF masih minta banyak syarat.
Dan minggu lalu Imran ke Tiongkok. Berhari-hari. Selama lima hari!
Praktis semua air liur yang pernah Imran ludahkan sudah dijilat kembali.
Imran begitu benci IMF. Yang dianggap menyengsarakan rakyat Pakistan. Kini menyerah ke IMF.
Imran awalnya juga tidak suka Saudi. Yang memberi perlindungan kepada lawan politiknya: Nawaz Sharif. Kini Imran minta bantuan Saudi.
Ia juga begitu anti China. Lantaran pemerintah sebelumnya sangat pro-Tiongkok. Bahkan sudah tergantung pada proyek-proyek besar One Belt One Roadnya Xi Jinping.
Tapi saat ke Beijing minggu lalu Imran kelihatan sangat asyik. Menikmati kunjungannya itu. Ke Beijing dan Shanghai. Bertemu Perdana Menteri Li Kejiang dan Presiden Xi Jinping.
Setidaknya 15 kontrak baru dibuat. Bahkan hubungan Pakistan-Tiongkok lebih baik lagi. Sudah dianggap sangat khusus: teman segala musim. Dengan demikian: yang sudah pasti barulah komitmen Tiongkok. Yang sudah berjanji akan membantu apa pun kesulitan Pakistan.
Maka begitu tiba kembali di negaranya Imran memanggil sidang kabinet. Menjelaskan secara khusus hasil kunjungannya ke Beijing. Yang ia anggap sebagai kunjungan paling berhasil.
Apakah permintaannya ke IMF tetap dilanjutkan?
Pembicaraan masih terus berlangsung. Tapi Pakistan sudah menegaskan: tidak mau menjual BUMN strategis. Seperti yang diminta IMF.
Rakyat juga sudah mulai mengecam Imran: saat Imran nyerah ke IMF itu. Yang ditafsirkan harga-harga akan segera naik. Karena IMF pasti minta subsidi dicabut.
Perubahan juga terjadi di Srilanka. Pemerintah yang anti Tiongkok sudah digulingkan.
Partai kecil yang berkoalisi dengan Wicremeshinghe memisahkan diri. Pindah haluan ke kelompok oposisi: menjadi mayoritas baru. Memecat perdana menteri Wecremeshinghe. Yang pro-Amerika.
Ini berarti dua negara di Asia selatan sudah menjadi sahabat Tiongkok kembali. Lalu yang ini….
Tim besar dari Argentina minggu lalu juga lagi di Beijing: minta bantuan penyelamatan ekonomi. Yang dilanda inflasi 40 persen.
Argentina minta jaminan USD 6 miliar dolar. Agar ekonominya selamat. Xi Jinping sendiri akan ke Buenos Aires. Untuk menghadiri KTT G-20. Presiden Donald Trump juga akan hadir. Inshaallah. Bertemu Xi Jinping. Untuk pertama kalinya. Setelah terjadi perang dagang sejak Juli lalu.
Mungkin suasana kebatinan Trump masih gundah. Di dalam negerinya lagi kalah Pemilu. Di Argentina harus nonton kemenangan Tiongkok.
Satu persatu negara Amerika Latin menjadi pro-Beijing. Meninggalkan dukungannya ke Taiwan. Seperti yang baru saja dilakukan El Salvador. Yang bikin Amerika sewot.
Kesimpulannya: ekonomi akhirnya mendekte politik.
Di mana pun.
Kapan pun.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews