Selain peran media yang bisa membuat viral, media juga punya peran kuat menyebarkan berita yang bisa mengubah mindset atau cara pandang bagi orang yang menyaksikannya.
Dengan seiring berkembangnya media sosial dan berbagai platform elektronik bisa menarasikan baik buruk atau memviralkan sesuai keinginan sang Pemilik Media, seorang pahlawan pun bisa dibuat menjadi penjahat dan juga sebaliknya dengan narasi-narasi propaganda dan fake news yang disebarkan terus menerus, seperti yang dikatakan Joseph Goebbles, menteri penerangan Hitler, "Kebohongan yang dikatakan berulang kali akan menjadi suatu kebenaran."
Selain propaganda, fungsi dari platform media sosial juga bisa membuat terkenal suatu peristiwa, sosok atau kejadian apapun sehingga diingat masyarakat disebar di medsos atau dibicarakan terus menerus oleh orang atau akun-akun medsos, baru-baru ini ramai peristiwa Citayam Fashion Week yang mana hanya berjalan catwalk di zebra cross tapi ramai karena media yang sebarkan di medsos, penulis sendiri sering membuka instagram dan banyak sekali akun-akun instagram bertebaran dalam pencarian yang menunjukan kegiatan fashion show dadakan itu dan jadi terngiang terus dikepala akan kejadian itu, itu dari segi medsos.
Dari segi sosok ada Pesulap Merah yang baru-baru ini viral karena membongkar sulap recehan yang dilakukan oleh dukun berkedok baju agama, menunjukan seolah-olah dukun tersebut sakti tapi dalih dalih sakti hanya menggunakan trik sulap sehingga seolah-olah semua perbuatannya karena karunia Tuhan padahal ujung-ujungnya duit dengan alasan pembersihan diri dari santet dan kawan-kawannya.
Juga yang baru-baru ini ramai adalah Tewasnya Brigadir J yang kabarnya dibunuh di rumah Irjen FS, jujur penulis tidak mau terlalu masuk ke dalam kasus tersebut karena belum terlalu banyak baca tentang kasus tersebut, namun yang penulis soroti adalah peran media yang membuat kasus ini menjadi besar, mungkin pembaca masih ingat kasus kopi bersianida yang membunuh Alm. M yang dilakukan oleh J, penulis masih ingat saat menonton tv, pasti statsiun tv yang berfokus menayangkan berita pasti menayangkan kasus itu secara live sampai berjam-jam lamanya dan Pengacara J, suami dan ayah almarhum seolah-olah menjadi sosok viral dan menaikan nama orang tersebut, mungkin banyak kasus pembunuhan tapi karena media tidak menyoroti kasus tersebut secara masif, sehingga kasus tersebut tidak seviral kasus tewasnya Brigadir J atau kasus kopi bersianida
Peran media sangat kuat mengangkat dan menghembuskan berita-berita diatas, sehingga dari mungkin hanya dari gosip di kalangan orang terdekat saja sampai menjadi bahan konsumsi nasional.
Selain peran media yang bisa membuat viral, media juga punya peran kuat menyebarkan berita yang bisa mengubah mindset atau cara pandang bagi orang yang menyaksikannya, kita kadang sebagai penikmat berita hanya melihat dari apa yang disajikan, tapi kebenaran dibalik itu siapa yang tahu?
Berita atau media bisa membuat pahlawan menjadi penjahat dengan narasi yang dibuat berulang-ulang dan menayangkan fitnah atau tag line yang menyudutkan orang tersebut, contoh: Perang Rusia Ukraina seolah-olah banyak media dari barat yang mengibaratkan Presiden Rusia Vladimir Putin adalah next Hitler yang bisa membuat Perang Dunai 3, walau dia hanya mempertahankan kepentingan nasional negaranya. Berita palsu dan fitnah yang disemburkan itu bisa menjadi kenyataan yang dipercaya orang walau itu sebuah kebohongan.
Big lie/kebohongan yang diceritakan berulang kali, Fire house of false/Semburan Dusta, Fake news/Hoax adalah senjata dan taktik dan Viral adalah hasilnya, baik atau buruk tergantung narasinya, kalau dulu kertas yang disebarkan, koran yang dicetak dan radio yang disiarkan, sekarang ada banyak media buatan dan platform medsos instagram dan twitter yang disebar untuk konten video.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews