Catatan di Hari 4 Juli untuk Amerika

Semoga dengan doa penuh iman dari seluruh rakyat Amerika, akan ada awan emas turun dari langit menyelimuti Amerika, membawa masa keemasan kembali datang bercahaya di negeri ini.

Selasa, 7 Juli 2020 | 06:51 WIB
0
268
Catatan di Hari 4 Juli untuk Amerika
Hari kemerdekaan AS (Foto: timeanddate.com)

Saya baru usai menikmati undangan makan malam Salmon Panggang dengan pasta dan asparagus, dan menonton drama musikal Hamilton di hari 4 Juli. Ketika tulisan ini dibuat, suara dentuman kembang api di Washington DC masih terus bergema bersahutan. Sesekali, saya melirik ke langit. Ada keindahan warna kembang api berpencaran segala warna lewat jendela-jendela kaca besar di kamar tidur saya.

Malam mengenang 4th July 1776 yang indah. Inilah perayaan hari Independen Amerika. Hari ini, Amerika merayakan 244 tahun berdirinya negara mereka yang independen dari negara Inggris atau kekuasaan manapun di tanah kebebasan. Perayaan meriah yang ditunggu dan dinikmati rakyatnya, yang dikenal sebagai tanah para pemberani.

Saya merenungkan perayaan hari independen Amerika kali ini. Dari tahun ke tahun, meski semangat perayaan tidak berkurang, tetapi maknanya sangat dalam. Declaration of Independence yang memproklamasikan tentang kebebasan, kemakmuran dan kesempatan untuk semua orang, sebagaimana Pidato Presiden Amerika Donald Trump dari Mt. Rushmore tetap dikumandangkan. Sesuatu yang ironis mengingat semua yang sedang terjadi akhir-akhir ini di kota-kota Amerika saat ini.

Umurnya yang hampir dua setengah abad telah menjadikan Amerika sebagai negeri yang dikenal sebagai raksasa dan super power dunia. Amerika yang sering ditakuti musuh-musuhnya. Amerika juga yang berpengalaman dalam berpolitik luar negeri dan menjadi guru dan polisi dunia untuk berdemokrasi dan hak asasi manusia. Tetapi, di hari ini, saya merenungkan kembali itu semua. Sebuah refleksi yang saya coba cari dari Amerika.

Benarkah semua pengalaman ratusan tahun ini sudah mengantarkan negeri ini ke arah yang lebih baik, lebih makmur dan lebih bermanfaat dan berkeadilan untuk semua rakyatnya? Benarkah kebebasan rakyat Amerika tidak dirampas? Benarkah kemakmuran sudah tercipta dari tahun ke tahun? Benarkah ada kesempatan yang sama untuk semua orang tanpa memandang warna kulit dan rasnya? Sebuah pertanyaan yang membelenggu mata hati saya.

Bahwa kehadiran virus Corona hanyalah pelengkap penderita atas cerita ini. Serbuan virus Corona mengantar ekonomi Amerika lebih jauh terbenam. Ketika rakyat bergumul dengan serangan virus yang mengancam nyawanya, tidak banyak pilihan yang tersedia pada pemerintah dan rakyat Amerika, selain bertahan diam dan berusaha sehat selamat. Tetapi, upaya cari sehat dan selamat ini juga, seperti di Indonesia, akhirnya menghentikan roda perekonomian. Covid19 ini membawa ekonomi Amerika yang sudah terpuruk, menjadi semakin terpuruk lagi.

Adalah kenyataan, bahwa saat ini Amerika sedang memasuki zaman krisis ekonomi. Bayangan kegelapan kemiskinan dan berkekurangan akan terus menghantui penduduknya. Berita akhir-akhir ini yang saya ikuti menceritakan bagaimana banyak toko retail sudah berjatuhan satu per satu, banyak perusahaan-perusahaan sudah menyatakan bangkrut secara terbuka dan menutup usaha mereka. Banyak restoran juga sudah menutup tempatnya berusaha selama puluhan tahun selamanya. Sebentar lagi, setelah toko-toko retail tutup, akan disusul tutupnya banyak usaha dibidang jasa keuangan.

Lalu kemudian bagaimana? Angka pengangguran yang tinggi akan tercipta. Amerika yang berjalan memasuki masa kegelapan. Amerika yang memasuki masa suram. Amerika yang tidak besar seperti dulu lagi. Rakyat akan dipaksa untuk hidup hemat luar biasa setiap hari dengan belajar bertani, menanam sayur dan buah di halaman belakang rumahnya demi memastikan asap dapur tetap membumbung tiap hari.

Sepertinya, serbuan Covid19 dan ekonomi pun belum cukup menghajar Amerika. Amerika masih terus bergulat dengan isu-isu domestik tentang rasisme, senjata api, dan angka kriminalitas yang semakin tinggi, selain juga masalah demokrasi dan hak asasi manusia di dalam negerinya sendiri. Amerika yang terbatas dalam dana untuk menjalankan politik luar negerinya. Amerika yang tidak seperti dulu lagi dalam percaturan politik global. Amerika yang sudah tidak dianggap punya taring dan kuku yang tajam dan kuat mencengkeram seperti dulu.

Inilah tantangan berat untuk Amerika saat ini di usianya yang ke 244 tahun. Siapapun presiden Amerika di masa yang akan datang, akan memikul tanggungjawab teramat berat ke depan demi kehormatan negeri ini dan menyejahterakan 330 juta orang rakyatnya. Kecuali, ada keajaiban alam.

Jadi Amerika harus bagaimana? Rakyat Amerika harus sadar dan kuat menerima kenyataan ini. Bahwa fondasi dan pola berpikir harus berubah. Kapitalisme bukan segalanya. Sosial Security dan 401K, dan dana pensiun bukan jaminan hidup makmur. Sosialisme tidaklah buruk seluruhnya. Bekerja keras seperti awal zaman kegelapan dulu akan terulang. Bahwa rakyat tidak boleh berharap banyak pada pemerintah, harus berani mencoba swasembada pangan dari halaman rumahnya sendiri. Rakyat harus sanggup mandiri dan melindungi dirinya sendiri dari segala kekurangan.

Dan mungkin juga, di saat ekonomi Amerika redup seperti ini, akan jadi masa titik eksodus kembalinya orang-orang Indonesia yang sudah berganti kewarganegaraan untuk tinggal dan hidup berusaha di Indonesia. Indonesia, negeri katulistiwa yang gemah ripah loh jinawi, negeri yang kaya makmur, tapi sering salah kelola dan jadi incaran mafia-mafia tambang mineral dunia. Indonesia yang tentunya dapat menjanjikan ekonomi lebih baik lagi. Semoga penduduk asli yang tinggal di sana tidak ketinggalan daya saing menghadapi serbuan pendatang dari negeri-negeri terlanda resesi ekonomi.

Saya tidak bersukacita atas refleksi sederhana saya tentang Amerika ini. Sungguh tidak. Saya berdoa supaya Tuhan berkenan memberikan berkat berkelimpahan pada negeri ini. Saya selalu berdoa untuk kebaikan negeri ini. Saya percaya Tuhan itu ada, dan itu artinya saya juga masih percaya bahwa tentunya keajaiban juga masih dimungkinkan ada. Mujizat masih mungkin terjadi. Semoga suatu saat, dengan doa penuh iman dari seluruh rakyat Amerika, akan ada awan emas turun dari langit menyelimuti Amerika, membawa masa keemasan kembali datang bercahaya di negeri ini.

Sumber bacaan:

Whitehouse, Wikipedia, Businessinsider, Pewresearch, Realclearenergy, Theatlantic, New York Times, CNN, Bloomberg