Hantaman disrupsi bisnis media gak sanggup terelakkan. Persis September 2022 ini, MTV mengakhiri bisnisnya.
Gak bisa dipungkiri, MTV adalah kanal kegembiraan yang spekta. Dia mulai memprovokasi imajinasi kreatif anak muda di Indonesia secara "audio-visual" sejak tayang pada Mei 1995. Dia yang membikin kita dulu, cepat bangun pagi...hehehe.
Gerai saya yang pertama, Rockets Memorabilia di Bandung Indah Plaza, menjadikan asupan siaran 24 jam kanal ini sebagai patokan trenspotting gaya hidup "anak nongkrong". Begitulah MTV mengistilahkan ceruk pasar anak muda yang disasarnya.
Sosok Najib Ali, Mike Kaseem & Nadya Hutagalung saat itu menjadi "music VJ" idola siapapun anak muda. Secara visual, apapun yang mereka kenakan, mulai dari kepala hingga kaki, 100% menyihir mata. Mereka jadi kiblat fesyen.
Saya masih ingat, stok kasut sneaker Adidas Samba di gerai Rockets Memorabilia laris manis tanjung kimpul, gegara produknya dikibarkan oleh Najib Ali yang visualnya retro banget. Insting "marketing" saya, banyak banget dipantik oleh MTV ini.
Puncaknya adalah lahirnya kolaborasi antara MTV dengan Rockets Memorabilia (Mal Taman Anggrek, Jakarta). Di masa tahun 2000-an itu, momentum skena fesyen hiphop + R&B menggila. Rockets & MTV memprovokasi trennya.
Di saat itu saya sedang gaspol mengendorse artis T-Five (Sony-BMG Indonesia) & Too Phat (EMI Malaysia) dengan beragam brand fesyen seperti: Fubu, South Pole, RP55, Ecko Unlimited, Pelle Pelle & Majah Flavah.
Tetapi hantaman disrupsi bisnis media gak sanggup terelakkan. Persis September 2022 ini, MTV mengakhiri bisnisnya. Pertanyaannya, disaat industri musik & fesyen tidak pernah mati, mengapa korporasi media asal Amerika ini malah mati ?
RIP MTV Southeast Asia.
Terimakasih kolaborasinya
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews