Para cerdik cendekia mengkaji secara serius narasi di pantat truk baik dari sisi semantik, emiotika, semantika, filosofi, seni, bahasa, tata bahasa dan seterusnya, padahal....
Berbahagialah para sopir truk yang telah berhasil memasuki halaman kampus-kampus ternama di negeri ini. Bukan untuk kuliah mengambil S1, S2, S3 sampai S tak terhingga, melainkan narasi yang mereka tulis di pantat truk telah dikaji secara ilmiah sehingga boleh jadi telah menghasilkan sarjana, master sampai doktor berkat menelaah tulisan di bokong truk itu.
Para cerdik cendekia mengkaji secara serius narasi di pantat truk baik dari sisi semantik, emiotika, semantika, filosofi, seni, bahasa, tata bahasa dan seterusnya, padahal mungkin si sopir truk menulis kata-kata disertai gambar itu suka-suka saja, asal tulis begitu saja.
Tentu saja saya tidak berpretensi untuk menulis oret-oretan ini sebagai kajian ilmiah. Ini sungguh kajian yang tidak ilmiah, cenderung suka-suka saja, hanya dari sudut pandang orang biasa, sehingga saya terbebas dari kutukan ilmiah para cerdik-cendeikia. Ngeri euy!
Pepatah mengatakan selera tidak bisa diperdebatkan atau dalam bahasa Latin-nya "de gustibus non est disputandum". Jadi, tulisan ini suka-suka saya saya juga dari sudut pandang orang biasa yang jauh dari karakteristik akademis.
Pada tulisan terdahulu, saya telah menelaah secara tidak ilmiah tujuh (7) narasi di pantat truk. Berikut tujuh narasi lainnya yang menancap dalam ingatan saya.
8. "Istrimu, Do'aku"
Semula saya tidak begitu peduli membaca narasi singkat ini karena wajar saja, bukan. Tetapi....? Ooow, saya salah baca, saya pikir itu "Istriku", ternyata "Istrimu". Barulah saya senyam-senyum sendiri, bukan karena pernah mengalami hahaha. Varian dari teks di pantat turuk ini antara lain "Istrimu, Harapanku" dan "Istrimu, Rinduku". Beuuuu....
9. "Jangan ngaku cantik kalo belum macarin pria beristri"
Semua narasi di pantat truk selalu dilengkapi gambar, tidak terkecuali kalimat di atas. Ini sesungguhnya tantangan ala sopir truk, tetapi percayalah.... banyak perempuan tertantang oleh kalimat si sopir ini, baik perempuan yang masih nyorangan atau sudah bersuami. Ayo, ngaku!?
10. "Seburuk apapun kau pandang diriku, belum tentu kau lebih sempurna"
Tidak saya sangka, sopir truk bisa melankolis juga. Pengalaman hidup boleh jadi membuatnya demikian, dalam arti, ia pernah ditolak perempuan plus hinaan yang diterima dari perempuan yang akan ditembaknya itu. Ah, jangan-jangan bukan hanya sopir truk yang mengalami penolakan menyakitkan ini, kamu juga, kan?
11. "Aa bilih made nyandung mah mangga wae, abdi mah ikhlas"
Kalimat ini ditulis dalam bahasa Sunda yang menunjukkan si sopir truk paham bahasa tersebut yang artinya "Mas, kalau mau poligami silakan saja, aku rela". Saya menduga sopir truk mengalami penolakan istrinya saat mengutarakan niatnya hendak poligami, mungkin kurang persiapan atau latihan. Karena mendapat penolakan itulah dia curhat di pantat truk miliknya.
12. "Jarang pulang"
Kadang pengakuan sopir truk jujur juga dan "to the point" tanpa harus berbelit-belit. Hidupnya lebih lama ia habiskan di atas roda truk yang menggilas aspal, praktis ia jarang pulang. Kamu jangan merasa tersindir kalau jarang pulang, ya!
13. "Neraka bukan urusanmu, surga belum tentu jadi tempatmu, jangan suka urusin urusan orang lain"
Jujur, ini narasi pantat truk yang saya suka. Sepertinya narasi ini menampar siapapun yang suka "mengkavling-kavling" surga, seolah-olah sudah yakin surga itu miliknya, sementara kunci neraka ia serahkan begitu saja kepada yang tidak sepaham, sehaluan dan seiman. Keren kan, Bro!?
14. "Wani piro?"
Kalimat pendek dua kata ini tentu saja disertai gambar perempuan cantik nan seksi di mata sopir truk. Tetapi begitulah, kadang sopir truk sering berurusan dengan harga kalau sudah terkait perempuan. Maksudnya apa? Tanyalah pada diri sendiri, barangkali di sana ada jawabnya... kata Ebiet.
Untuk sementara saya sudahi dulu bahasan tentang narasi dan diksi di pantat truk. Kapan-kapan disambung lagi jika ada waktu.
(Bersambung)
Tulisan sebelumnya: Narasi Bokong Truk [1] Teks Alam Bawah Sadar
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews