Arafat pastinya memiliki motif politik. Apalagi ia menarasikan Nabi Yusuf mendapat perlakuan yang serupa seperti yang dialami Prabowo-Sandi.
“Peradilan Kerajaan Menangkan Kecurangan, Nabi Yusuf dipenjara, Allah angkat derajatnya jadi pemimpin Mesir sejahterakan rakyatnya,” tulis Ezrin Rosep dalam statusnya yang diunggah di grup Facebook “Selendang Putih (Relawan Pak Gatot menuju RI 1 2024) pada 29 Juni 2019.
Bagi umat Islam, kisah Nabi Yusuf sudah menjadi bahan bacaan sejak masih kanak-kanak. Kisah yang tertulis dalam Surat Yusuf ini pun kerap dibacakan di sejumlah momen keagamaan, khususnya pada saat menggelar syukuran kelahiran anak lelaki.
Tidak mengherankan jika sebagian umat Islam sangat mengetahui seluk beluk kisah putra Nabi Yakub ini. Karenanya, ketika mengetahui ada kisah Nabi Yusuf yang berbeda dari pakemnya, umat Islam langsung menyadarinya.
Karenanya begitu membaca “Peradilan Kerajaan Menangkan Kecurangan, Nabi Yusuf dipenjara”, alarm langsung berdering nyaring.
Sejak kapan Al Quran mengisahkan Nabi Yusuf menjalani proses peradilan sebelum dimasukkan ke dalam penjara? Lantas, apakah Al Quran juga menuliskan jika proses peradilan tersebut terdapat kecurangan?
Lebih aneh lagi, kisah Nabi Yusuf yang diunggah Ezrin tersebut 100 persen mirip dengan peristiwa yang baru saja dialami oleh Prabowo Subianto, tentu saja, menurut para pendukungnya.
Selidik punya selidik, Ternyata, Ezrin bukan satu-satunya facebooker yang mengunggahnya, ada beberapa akun lainnya. Ini mengindikasikan ada pihak yang memproduksi kisah janggal Nabi Yusuf yang menjadi viral tersebut
Inilah Situs Islam yang Produksi Hoax Kisah Nabi Yusuf
Beruntung, hanya dengan beberapa kali klik, kisah nyeleneh Nabi Yusuf tersebut salah satunya berasumber dari ANNASIndonesia.com.
Kisah Nabi Yusuf dalam situs resmi Aliansi Nasioanal Anti-Syiah (ANNAS) tersebut diberi judul “INGATLAH KISAH NABI YUSUF, WAHAI ORANG-ORANG MUKMIN”. Sedang penulisnya adalah Ustadz Arafat.
Bila melihat waktu penayangannya, tulisan Arafat tersebut dipublikasikan pada 29 Juni 2019 atau hanya dua hari setelah MK menolak gugagat pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Di-copas langsung.
وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ
"Sesungguhnya aku (mengakui) telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina."
Kutipan dari ayat ke-32 Surat Yusuf di atas adalah pengakuan seorang perempuan yang telah menggoda Nabi Yusuf untuk melakukan hal tak terpuji, namun tidak berhasil.
Tetapi faktanya di meja pengadilan Nabi Yusuf tetap dinyatakan bersalah, dan beliau dijebloskan ke dalam penjara. Padahal saksi sudah sangat jelas. Bukti pun sudah diperlihatkan, berupa gamis sang Nabi yang terkoyak di bagian belakang.
Rupanya saksi dan bukti tak ada gunanya jika mahkamah kerajaan telah dikuasai oleh pihak-pihak yang sejak semula memang ingin memenjarakan Nabi Yusuf.
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari kecurangan mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."
Ayat berikutnya lantas menggambarkan bahwa Nabi Yusuf sejatinya telah mengetahui bagaimana ia dicurangi sedemikian rupa, namun beliau tetap ridha dengan takdir Allah.
Bukan hanya perempuan itu dan Nabi Yusuf yang tahu tentang kejadian sebenarnya, dalam kitab Tafsir Jalalain juga disebut bahkan penduduk satu negeri pun telah sama-sama menjadikan tragedi tersebut sebagai bahan perbincangan mereka.
Tetap saja, kendali berada di pihak yang curang. Nafsu telah membutakan mata mereka, kekuasaan telah membekukan hati mereka. Maka Nabi Yusuf pun pasrah dengan keputusan tidak adil yang ia terima.
Dari kisah ini kita belajar, bahwa tidak selamanya Allah memenangkan kebenaran. Terkadang Allah memberi pendidikan pada hamba-Nya yang saleh, bahwa dunia ini ada kalanya tidak adi.
Ini Modus Arafat dalam Manipulasi Surat Yusuf
Keanehan mulai terbaca pada paragraph “Tetapi faktanya di meja pengadilan Nabi Yusuf tetap dinyatakan bersalah, dan beliau dijebloskan ke dalam penjara. Padahal saksi sudah sangat jelas. Bukti pun sudah diperlihatkan, berupa gamis sang Nabi yang terkoyak di bagian belakang”.
Arafat "mengoplos" Ayat 32 Surat Yusuf dengan Ayat 23-29.
Ayat 23 : Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung.
Ayat 24: Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.
Ayat 25: Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan itu) berkata, “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?”
Ayat 26: Dia (Yusuf) berkata, “Dia yang menggodaku dan merayu diriku.” Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta.
Ayat 27: Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar.”
Ayat 28: Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat.”
Ayat 29: Wahai Yusuf! ”Lupakanlah ini, dan (istriku) mohonlah ampunan atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah.”
Peristiwa yang difirmankan Allah dalam Ayat 23-29 berbeda peristiwa, waktu, dan tempat dengan Ayat 32. Kisah pada Ayat 23-29 terjadi di dalam rumah. Kisah ini diawali ketika Nabi Yusuf yang digoda oleh majikannya. Peristiwa ini berakhir damai setelah suami si perempuan memohon ampunan kepada Nabi Yusuf.
Sementara, Ayat 32 diawali peristiwa yang dikisahkan dalam Ayat 30, “Dan perempuan-perempuan di kota berkata, “Istri Al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dalam kesesatan yang nyata”.
Sangat jelas, jilka Ayat 30 mengisahkan pergunjingan perempuan-perempuan atas peristiwa yang dikisahkan dalam Ayat 23-29.
"Oplosan" Ayat 23-19 dan Ayat 32 ini kemudian dirangkai dengan Ayat 33 yang berbunyi “Yusuf berkata, ‘"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari kecurangan mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh’".
(Dari sekian terjemahan Ayat 33, baru pada tulisan Arafat ini terdapat kata “kecurangan”. Sedangkan, terjemahan versi lainnya menggunakan kata “tipu daya”).
Setelah Yusuf berdoa, Ayat 34 mengisahkan, “Maka Tuhan memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Selanjutnya, pada Ayat 35, Allah berfirman, Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.”
Pada Ayat 34 dan seterusnya, tidak difirmankan jika Yusuf menjalani proses persidangan sebelum dipenjarakan. Yusuf, menurut Ayat 33, justru memilih dipenjara tenimbang tergoda oleh bujuk rayu perempuan.
Jadi, “Tetapi faktanya di meja pengadilan Nabi Yusuf tetap dinyatakan bersalah, dan beliau dijebloskan ke dalam penjara. Padahal saksi sudah sangat jelas. Bukti pun sudah diperlihatkan, berupa gamis sang Nabi yang terkoyak di bagian belakang.
Rupanya saksi dan bukti tak ada gunanya jika mahkamah kerajaan telah dikuasai oleh pihak-pihak yang sejak semula memang ingin memenjarakan Nabi Yusuf.
Jika meng-iqra Ayat 23-29, jelas-jelas Yusuf diperlakukan secara adil dengan bukti baju gamis Yusuf yang robek di bagian belakangnya. Justru, menurut Ayat 26, saksi telah menyelamatkan Nabi Yusuf dari fitnah majikan perempuannya.
Maka jelas, Arafat telah memproduksi hoax dengan memutarbalikkan firman-firman Allah.
Kemudian Arafat melanjutkan tulisannya, “Tetap saja, kendali berada di pihak yang curang. Nafsu telah membutakan mata mereka, kekuasaan telah membekukan hati mereka. Maka Nabi Yusuf pun pasrah dengan keputusan tidak adil yang ia terima.”
Ini juga hoax karena tidak ditemukan satu ayat pun yang menceritakan bahwa Yusuf pasrah atas peristiwa yang menimpanya.
Tulisan Arafat ini juga unik. Biasanya, seorang tokoh yang dimirip-miripkan dengan nabi, Sebaliknya, Arafat memirip-miripkan nabi dengan seorang tokoh. Demi kemiripan tersebut, mau tidak mau, Arafat harus memanipulasi ayat-ayat Allah.
Arafat Kolega Tersangka Kasus Hoax Rahmat Baequni
Tidak jelas siapa Ustadz Arafat yang merupakan konstributor ANNASIndonesia.com. Namun perlu diingat, ANNAS adalah ormas di mana tersangka kasus hoax Ustadz Rahmat Baequni menjabat sebagai Ketua Garda ANNAS Indonesia. Karenanya, setidaknya, Arafat adalah kolega Rahmat Baequni.
ANNAS dalam gerakannya kerap mempropagandakan penganut Syiah sebagai pembohong. Bahkan, saat menggelar deklarasi di Bekasi pada 21 Februari 2016, Sekertaris jendral ANNAS Bekasi Abdul Malik mnuding Syiah sebagai perusak agama dan kemaluan.
“Ajaran Islam adalah ajaran yang damai, rahmatan lil ‘alamin. Kalau syiah (justru) merusak agama dan merusak kemaluan,” sebut sang sekjen .
Tetapi, jika melihat perilaku Ustadz Rahmat Baequni dan situs ANNASIndonesia.com, secara terang benderang terlihat jika ANNAS-lah yang kerap menyebarkan kebohongan dan merusak agama. ANNAS, jika melihat tulisan Arafat, telah menyebarkan kebohongan dengan mrekayasa ayat-ayat kitab suci Al Quran
Arafat pastinya memiliki motif politik. Apalagi ia menarasikan Nabi Yusuf mendapat perlakuan yang serupa seperti yang dialami Prabowo-Sandi (menurut versi pendukung Prabowo-Sandi).
Namun demikian, bagaimana dengan para pendukung Prabowo-Sandi lainnya? Apakah mereka tidak melihat kejanggalan pada kisah Nabi Yusuf ala Ustadz Arafat? Bukankah para pendukung Prabowo-Sandi kerap mengklaim paling dekat dengan Allah, dekat dengan Al Quran, dan lainnya yang berbau Islam?
Pertanyaan selanjutnya, setelah mendapati manipulasi ayat-ayat suci yang dilakukan Ustadz Rahmat, di manakah ghirah Islam yang mereka gaung-gaungkan itu?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews