Pilih Yang Optimis atau yang Pesimis?

Kamis, 10 Januari 2019 | 14:36 WIB
0
417
Pilih Yang Optimis atau yang Pesimis?
Ahmad Dhani dan Anang (Foto: Kompas.com)

Konon orang yang optimis otaknya lebih berkembang atau tumbuh lebih baik. Hormon kebahagian juga bisa terpancar dari raut wajahnya yang selalu ceria. Optimisme menjadi kunci sukses orang-orang yang ingin meraih mimpi atau cita-cita. Tanpa rasa optimis mustahil suatu harapan atau cita-cita bisa direalisasikan atau diraih.

Sekalipun begitu,optimisme juga harus dibarengi dengan usaha atau kerja keras. Tetapi jangan juga mengesampingkan kenyataan atau realita yang ada. Tetap harus membumi. Supaya tidak menjadi pepesan kosong.

Manusia perlu optimis supaya dalam menjalani kehidupan ini penuh semangat dan bergairah. Dalam pesan agama juga menganjurkan untuk selalu optimis. "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu/engkau hidup selamanya".

Jangan malah pesimis atau tidak punya harapan. Bahkan seorang dokter yang tahu, bahwa pasiennya tidak akan berumur panjang pun tidak boleh menyampaikan pesan pesimis. Harus menyampaikan yang optimis supaya pasien mempunyai harapan akan kesembuhan.

Begitu juga kebalikannya, konon rasa pesimis membuat otak tidak berkembang atau tumbuh dengan baik. Bahkan cenderung mengkeret seperti jeruk purut. Orang yang pesimis tidak mempunyai harapan atau gairah dalam menjalani kehidupan. Bahkan yang tidak kuat menghadapi kehidupan bisa menyebabkan bunuh diri.

Orang pesimis juga guratan wajahnya cenderung dingin dan kaku karena hormon kebahagian tidak tumbuh dengan baik. Kadang marah-marah tanpa sebab.

Nah, dalam pilpres 2019 dari dua pasangan capres dan cawapres mewakili dari rasa optimisme dan pesimisme.

Pasangan no urut 01 atau petahana selalu memberikan rasa optimisme tentang pencapaian pembangunan dan ekonomi. Sekalipun ekonomi secara global sedang terjadi perang dagang dan berimbas kepada ekonomi nasional. Tetapi tetap optimis bisa keluar dari kemelut lesunya ekonomi dunia atau global.

Tentu sebagai seorang pemimpin atau Presiden sudah sewajarnya selalu bersikap optimis dan bisa memberi harapan atau mimpi kepada masyarakat atau rakyatnya. Tetapi yang terpenting dari rasa optimis juga harus disertai usaha-usaha atau mencari solusinya. Supaya rasa optimis itu tidak hanya manis dibibir saja, tetapi lebih realistis.

Sedangkan pasangan no urut 02 selalu mengembuskan rasa pesimis, seakan-akan besok Indonesia akan bubar atau ekonominya kaca balau kalau dirinya yang tidak menjadi presiden. Hanya dirinya yang bisa membawa Indonesia lebih baik.

Sentimen-sentimen negatif atau narasi negatif tentang negeri ini selalu keluar dari mulutnya. Entah itu soal utang, kemiskinan atau sumber daya alam. Selalu dipandang negatif dan buruk.

Seorang calon presiden atau pemimpin harus bisa memberikan rasa optimis kepada masyarakat atau rakyatnya. Harus bisa memberi solusi atau jalan keluar di tengah-tengah kesulitan. Bukan malah menakut-nakuti atau tidak bisa memberi harapan yang positif untuk negeri ini.

Selingan: "Kalau akau Yes atau optimis," kata Anang. "Kalau akau No atau pesimis," kata Dhani...

Pilih Anang atau pilih Dhani?

***