Jadi podcast ini sudah agak lama saya tinggalkan. Dan baru saya buka lagi kemarin, karena saking ributnya netizens berteriak-teriak tentang topik Gay tersebut.
Perihal gempar podcast Deddy Corbuzier tentang pasangan gay saya punya satu pendapat: ini memang disengaja untuk mendapatkan lebih banyak viewers yang berarti lebih banyak duit dari adsense yang mengalir ke kocek DC.
DC mengetahui dengan cerdik apa yang selalu (invariably) membuat publik Indonesia terprovokasi. Isu LGBT adalah salah satunya. Isu lainnya adalah pornografi. Semakin terprovokasi semakin bagus buat DC, karena semakin banyak orang yang penasaran membuka podcast yang diberi judul sensasional "Tutorial Jadi Gay di Indo". Saat saya menulis ini, viewernya sdh 4,9 juta and still counting.
Saya cari info kira-kira berapa penghasilan DC dari podcast-nya dan inilah yang saya dapat: Jika dikalkulasikan ke rupiah, per bulannya Deddy bisa mendapat penghasilan sekitar Rp7,79 miliar. Tak heran jika penghasilan Deddy masuk dalam daftar gaji youtuber Indonesia tertinggi di Feb 14, 2022
Coba, siapa yang tidak tergiur dengan penghasilan nyaris 7,8 miliar per bulan itu. Apa yang harus DC lakukan supaya dia tetap berada di puncak tangga youtuber ini? Ya, harus memanipulasi karakter primordial publik Indonesia sehabis-habisnya. Mengundang selegram muda yang seksi dengan busana yang menantang berbicara tentang "petualangan seks" pasti mengundang viewers berjibun.
Bahkan ada selegram yang tanpa malu-malu mengiklankan diri menjual foto-foto bugilnya di podcast DC. Dan tak lama kemudian dia malah ditangkap polisi karena sesumbarnya sendiri tentang pornografi online.
Bagaimana dengan topik Gay di podcast DC? Sebetulnya, kalo kita simak secara lengkap, talkshow ini biasa-biasa saja. Ada youtuber Indonesia bernama Ragil yang bercerita perjalanan hidupnya sampai akhirnya melakukan perkawinan sejenis dengan lelaki Jerman di Jerman. Dia juga pindah ke Jerman karena menyadari bahwa status "gay" tidak diterima di Indonesia. Tidak ada tutorial bagaimana menjadi gay di Indonesia seperti yang diiklankan pada judul podcast ini. Hanya narasi belaka. Lha kok bikin publik Indonesia sewot?
Inilah Achilles' heel dari psikologi publik Indonesia. Pokok'e nyenggol LGBT ngamuk kabeh. Baca judulnya aja, tanpa mencermati kontennya sudah bisa bikin "nesu sak Indonesia".
Apakah Deddy Corbuzier bisa dipolisikan dengan konten podcast ini? Tentu saja tidak bisa, dalam konten itu sedikit pun tidak ada kata-kata anjuran atau "endorsement" supaya kita menjadi gay.
Bahkan DC membuat disclaimer bahwa dia tidak dalam posisi pro atau anti terhadap LGBT. Dia hanya sekedar menyampaikan realita yang ada di dalam masyarakat.
Dulu saya sempat "fan" juga pada podcast DC ini, tapi lama kelamaan saya menyadari bahwa obrolan-obrolan ini sangat dangkal (medioker) persis seperti koran kuning yang di tahun 1980an sangat menjamur di tanah air.
Jadi podcast ini sudah agak lama saya tinggalkan. Dan baru saya buka lagi kemarin, karena saking ributnya netizens berteriak-teriak tentang topik Gay tersebut.
Dan setelah saya buka getun juga, ternyata isinya biasa-biasa saja. Juga getun karena saya menyumbangkan satu viewer untuk menggendutkan kocek DC.
Saya mengharapkan publik menyadari bahwa setiap isu pada konten youtuber siapa saja, kalo diributkan secara tak langsung akan menjadi iklan gratis bagi si content creator.
Lha terus netizen yang ribut-ribut dapat apa? Nothing!
Dengan berbekal kesadaran itu, mudah-mudahan kita bisa bijak untuk tidak mudah terpancing oleh narasi-narasi yang provokatif. Karena sifat mudah terpancing itu akan selalu dimanfaatkan oleh orang-orang yang cerdik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews