Beragama itu mudah dan asyik kok. Nggak serem dan tegang.
Saya sedih melihat kawan-kawan yang terlalu tegang dalam beragama. Dikit-dikit neraka... dikit-dikit neraka. Di tangan mereka agama menjadi seram dan Allah serta Kanjeng Nabi seakan-akan sangat kejam.
Padahal Kanjeng Nabi justru diutus untuk menyempurnakan akhlak, memperbagus attitude umat. Yang kejam menjadi baik. Yang ngeselin menjadi sosok menyenangkan. Yang semula keras menjadi lembut dan penuh kasih sayang kepada siapapun. Menjadi berkah dan anugrah di manapun dia berada, bukan sebaliknya.
Beragama itu mudah dan asyik kok. Nggak serem dan tegang. Kalau Ramadhan gini, jadi ingat kisah seorang sahabat saat era Kanjeng Nabi. Kisah ini diceritakan guru mengaji saya, Pak Karno saat saya kecil. Hampir tiap Ramadhan tiba, kisah ini diceritakan. Kami biasanya ngakak-ngakak mendengarnya. Padahal nggak sekali dua kali kisah ini diceritakan. Sampai hapal.
Suatu ketika di Bulan Ramadhan, sahabat Nabi tersebut tidak bisa menahan nafsu. Bercumbu dengan pasangan dan kebablasan, melakukan hal-hal yang diinginkan di siang hari.
Itu memang bukan hil yang mustahal sih. Mungkin setiap pasangan juga mengalami. Tergoda melakukan hal yang dilarang saat puasa. Kalau sesuatu dilarang, memang malah jadi semangat melakukan hehehee...
Nah, sahabat yang saya ceritakan ini orang yang jujur. Oleh karena itu, dia pun melapor kepada Kanjeng Nabi, siap-siap dimarahi. "Kanjeng Nabi, saya dan istri kebablasan melakukan sesuatu yang dilarang saat puasa Ramadhan," ujar dia menyesal.
Apakah Kanjeng Nabi marah? Nggak tuh.
Beliau malah tersenyum. Sahabat itu memang melanggar syariat. Tapi Kanjeng Nabi juga menyadari pada satu sisi dia hanya mengikuti fitrah sebagai manusia.
Akhirnya Kanjeng Nabi menawarkan solusi kepada sahabat itu untuk menebus dosanya. "Apakah kalian mampu memerdekakan budak?" tanya Nabi.
"Tidak mungkin, Kanjeng Nabi. Di sekitar saya tidak ada budak. Kalaupun ada kami juga tidak mampu."
Kanjeng Nabi manggut-manggut. "Apakah kalian mampu puasa dua bulan berturut-turut?"
Sahabat langsung kemringet. "Waduh, Kanjeng Nabi... Puasa sebulan saja kami tidak tahan sampai melanggar syariat. Mana mungkin kami mampu melakukannya dua bulan?"
Kanjeng Nabi pun memaklumi. "Oke oke... bagaimana kalau memberi makan 60 orang fakir dan miskin?"
Sahabat Nabi itu garuk-garuk kepala. "Duh, kami tidak mampu, Nabi. Untuk makan sehari-hari saja kami kesusahan."
Kanjeng Nabi kemudian dminta sahabat yang lain membawakan dua keranjang kurma segar nan ranum yang baru dipetik dari kebun. "Baiklah kalau begitu, bagikanlah dua keranjang kurma ini kepada kaum fakir-miskin di sekitarmu."
Sahabat Nabi itu mengingat-ingat, lalu berkata, "Kanjeng Nabi, mohon ampun. Tapi di sekitar tempat kami tinggal, semua orang kaya dan tak kekurangan sesuatu apapun. Hanya saya saja yang miskin."
Nabi pun tersenyum lagi. "Baiklah kalau begitu semua kurma ini untukmu."
Betapa kaget sahabat Nabi itu. Ternyata melaporkan kesalahannya, bukan membuat mendapat amarah dari Kanjeng Nabi karena melanggar syariat. Malah mendapat berkah dua keranjang kurma.
Betapa mudah dan asyiknya beragama, bukan? Bukan kaku dan tegang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews