Saat menangani dampak corona, para tokoh agama dari NU dan Muhammadiyah ikut membantu pemerintah. Selain itu, para ulama juga meminta masyarakat untuk ikut menanggulangi pandemi Covid-19 demi percepatan penanganan pandemi Covid-19.
Apa kabar pandemi setelah lebih dari setahun dijalani? Rakyat yang paling terkena dampaknya, karena mereka kesusahan secara finansial. Pemerintah berusaha membantu dengan memberi bansos dan beberapa program lain. Namun tentu pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, karena akan sangat kepayahan, sebab korban dampak corona sudah mencapai jutaan jiwa.
Ulama baik dari NU maupun Muhammadiyah menghimbau masyarakat untuk ikut bekerja sama dalam menangani dampak corona. Penyebabnya karena hanya dengan bahu-membahu, kita akan kuat dalam melawan virus covid-19 dan efek negatif yang ditimbulkannya. Jika semua pihak bekerja sama maka pandemi akan berjalan dengan baik, dan bisa berakhir secepatnya.
Agus Samsuddin, Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center menyatakan bahwa PP Muhammadiyah mengajak masyarakat untuk bersolidaritas untuk membantu warga yang terdampak pandemi corona, baik di bidang ekonomi maupun kesehatan. Masyarakat, imuwan, cendikiawan, pebisnis, harus berpikir kembali untuk meningkatkan solidaritas sosial bagi mereka yang kena corona.
Solidaritas sosial sangat penting, apalagi saat pandemi banyak yang kesusahan secara finansia. Sehingga kita wajib meningkatkan rasa empati agar tidak ada yang mati kelaparan saat pandemi berlangsung. Jika ada teman atau tetangga yang isolasi mandiri maka bisa membantu dengan memberi nasi kotak, madu, vitamin, atau kebutuhan lain yang meringankan beban mereka.
Selain itu, cara untuk berdonasi juga bisa dengan membagikan nasi bungkus ke pedagang kaki lima atau tukang becak, misalnya tiap hari jum’at. Cara lainnya adalah dengan membeli dagangan PKL, karena saat PPKM level 4 jam buka mereka dibatasi. Atau ketika uangnya hanya sedikit, minimal memotret atau merekam lapak mereka lalu ikut dipromosikan di media sosial.
Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj juga menghimbau warga nahdliyin untuk meningkatkan perhatian terhadap masyarakat kecil, khususnya di masa pandemi. Kita harus meningkatkan solidarits dan sesama nahdliyin harus bergandengan tangan. Dalam artian, justru di masa pandemi wajib bekerja sama dan tidak berlaku egois terhadap orang lain.
Imbauan dari ketua PBNU sangat baik untuk dilaksanakan, tak hanya bagi nahdliyin tetapi juga bagi seluruh WNI. Pasalnya, saat pandemi banyak yang keok dan terengah-engah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena gajinya dipotong oleh perusahaan. Sehingga jika banyak yang beramal dan memberi perhatian, mereka bisa terselamatkan dari jurang kemiskinan.
Jangan sampai saat pandemi yang kaya tambah kaya tetapi yang miskin makin miskin. Misalnya ketika ada yang berbisnis obat lalu menimbun dan menjual dengan harga tinggi.
Ini sama saja dengan menari di atas penderitaan orang lain, dan ulama pasti tidak akan merestuinya. Seharusnya semua orang menuruti ajakan tokoh agama untuk berbagi, bukannya berbuat curang.
Perhatian terhadap masyarakat kecil bisa dilakukan dengan cara membuat program donasi dan dilakukan oleh banyak orang. Dengan menggalang dana maka akan lebih banyak yang terkumpul dan nantinya disalurkan kepada fakir miskin dan yang berhak. Misalnya kepada masyarakat yang sedang isolasi mandiri dan butuh bantuan makanan siap saji. Bersedekah berjamaah seperti ini akan berpahala.
Penanganan pandemi corona tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Oleh karena itu, para ulama baik dari NU maupun Muhammadiyah menghimbau masyarakat untuk bahu-membahu dalam menangani dampak corona. Misalnya dengan membantu tetangga yang sedang isolasi mandiri, memberi bantuan kepada PKL, maupun menggalang dana bagi fakir miskin. (Zakaria)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews