Tapi sungguh, bajingan ini sebuah profesi. Di sebagian wilayah Jogja masih ada, walaupun sudah langka.
Andai saja orang-orang tahu sejarah arti kata bajingan. Tentu tak mau lagi mengumpat dengan kata ini.
Pergeseran makna kata yang cukup jauh dari arti sesungguhnya. Catat, ini bukan versi KBBI, ya!
"Bajingan" sebenarnya adalah sebuah profesi atau pekerjaan, pengemudi gerobak sapi atau kusir pedati yang ditarik sapi. Nah lho?
Kenapa bisa kata bajingan sekarang ini menjadi kata umpatan? Bukankah itu pekerjaan yang baik-baik saja serta halal?
Berdasar keterangan turun temurun simbah-simbah di daerah saya, pada jaman dulu di sebagian pulau Jawa, di masa kendaraan belum banyak. Masyarakat yang ingin bepergian ke kota untuk suatu keperluan biasanya mengandalkan tranportasi gerobak sapi ini. Ikut nebeng ceritanya.
Karena jam lewatnya gerobak sapi ini tidak menentu, pagi, siang, sore atau malam hari. Kadang membuat orang yang menunggunya menjadi tidak sabar.
Sehingga keluar kata, "Bajingane kok suwe temen?" [Bajingannya kok lama benar?] atau "Tekane kok suwe temen bajingan" [Datangnya kok lama benar bajingan].
Seiring waktu ada pergeseran makna kata bajingan. Dahulu pun kata bajingan digunakan untuk menggambarkan keterlambatan seseorang atau sesuatu, hingga terucap, "Suwe temen sih kaya bajingan!" [Lama bener sih seperti bajingan!]
Kata bajingan jadi semakin jauh dari arti sesungguhnya. Pada masa kecil sudah sering mendengar kata bajingan, yang saya kira berasal dari kata hewan bajing.
Sekarang sudah menjadi umpatan yang umum, bukan sekedar ungkapan terhadap keterlambatan seseorang. Pergeseran makna yang cukup unik. Memang terdengar sangat kasar untuk sebagian orang.
Tapi sungguh, bajingan ini sebuah profesi. Di sebagian wilayah Jogja masih ada, walaupun sudah langka.
Beberapa kali diadakan festival gerobak pedati di Jogja. Tentu tak ketinggalan para bajingan ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews