Salah satu kliping berita pasca operasi pemisahan kepala Yuliana-Yuliani yang dikutip oleh tim kompas.id adalah berita yang saya tulis, yaitu RSCM masih berutang Rp37 juta.
Hari ini Harian Kompas di halaman 8 memuat tulisan di rubrik Lensa Berita berjudul "32 Tahun Operasi Kraniopagus di RS Cipto Mangunkusumo". Ditulis oleh Johny TG.
Beberapa hari terakhir kompas.id menurunkan lima episode liputan videografis tentang Kembar Siam. Dadakannya adalah operasi pemisahan bayi kembar siam dempet kepala Pristian Yuliana dan Pristian Yuliani asal Riau, 32 tahun lalu.
Saya sempat diundang untuk ngobrol oleh tim kompas.id dan akan dipertemukan dengan Prof Padmosantjojo serta Yuliana-Yuliani. Tapi niat terakhir ini tak terlaksana
Nama saya dan sejawat saya, Diah Marsidi disebut sebagai tim peliput peristiwa medis amat bersejarah 32 tahun lalu ini. Tingkat kesulitan operasi pemisahan bayi kembar siam dempet kepala ini amat tinggi jika dibanding jenis-jenis kembar siam lain. Butuh waktu 11 jam untuk proses operasi.
Berkat jasanya, dr Padmosantjojo SpBS yang enggan mengurus kepangkatannya, dianugerahi gelar Profesor. Yuliana adalah Doktor Ilmu Gizi lulusan IPB, sementara Yuliani adalah dokter umum.
Salah satu kliping berita pasca operasi pemisahan kepala Yuliana-Yuliani yang dikutip oleh tim kompas.id adalah berita yang saya tulis, yaitu RSCM masih berutang Rp 37 juta.
Gara-gara berita ini, saya sempat mendapat telepon bernada ancaman dari seorang jurnalis yang medianya menjadi corong keluarga Cendana yang kemudian "stealing the show" seolah menjadi orangtua asuh bagi Yuliana-Yuliani. Media tersebut sudah almarhum.
Yah, risiko profesi jadi wartawan pada era Orde Baru.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews