Prokes dan vaksinasi merupakan strategi efektif untuk meningkatkan antibodi di tengah ancaman virus Corona, hepatitis akut, hingga cacar monyet. Dengan adanya imunitas yang tinggi, maka masyarakat diharapkan dapat terhindar dari penyakit tersebut.
Pandemi membuat masyarakat makin waspada terhadap penyakit dan memperketat penjagaan diri dengan cara meningkatkan antibodi. Di awal pandemi, herbal seperti jahe dan kunyit laris-manis, bahkan harganya melonjak karena banyak sekali yang memburunya.
Herbal dipercaya untuk meningkatkan imunitas dan anti Corona. Selain itu, masyarakat juga membeli masker karena mereka menaati protokol kesehatan.
Dalam beberapa minggu ini pandemi mulai mereda dan jumlah pasien Corona mencapai 200-an per hari. Oleh karena itu pemerintah mulai melonggarkan aturan dan masyarakat diperbolehkan untuk tidak memakai masker.
Dengan syarat mereka beraktivitas di ruang terbuka dan hanya ada sedikit orang. Namun sebaiknya masyarakat masih memakai masker demi alasan kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan masyarakat untuk selalu taat protokol kesehatan untuk menghindari segala jenis penyakit. Dalam artian, yang dihindari bukan hanya Corona tetapi juga penyakit-penyakit lain. Ketika ada kasus hepatitis misterius merebak maka salah satu cara pencegahannya adalah dengan taat prokes.
Protokol kesehatan tak hanya menghindarkan diri dari Corona tetapi juga virus hepatitis dan penyakit-penyakit lainnya. Jika masyarakat tetap disiplin pakai masker maka akan terhindar pula dari virus hepatitis tersebut. Apalagi virus itu belum ada vaksinnya sehingga cara untuk menghindarinya adalah dengan hidup sehat dan bersih serta menaati prokes, serta memakai masker.
Memang masyarakat boleh tidak pakai masker tetapi hanya ketika beraktivitas di luar ruangan dan kondisinya sepi. Namun saat di dalam ruangan seperti ketika beraktivitas di kantor atau bersekolah masih wajib pakai masker. Apalagi ketika susah jaga jarak karena sempitnya tempat, masker menjadi pelindung karena tidak tahu siapa di antara rekan kerja yang ternyata orang tanpa gejala.
Taati juga poin lain dalam protokol kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan mengurangi mobilitas. Mencuci tangan selain menjauhkan diri dari Corona juga bisa menghalau bakteri sehingga tetap bersih dan higienis. Jika terbiasa bersih-bersih badan maka antibodi akan meningkat dan tubuh tetap sehat, tanpa Corona atau penyakit lainnya.
Menteri Budi Gunadi melanjutkan, waspada juga dengan penyakit lain seperti diabetes dan hipertensi. Diabetes bisa terjadi karena kurang gerak. Dalam artian, ketika pandemi masyarakat mengurangi mobilitas dan tetap stay at home. Namun kelemahannya malah keterusan sehingga menyebabkan seseorang malah bergerak dan berolah raga dan akhirnya terkena diabetes.
Ketika punya diabetes dan hipertensi maka harus lebih waspada karena bisa meningkatkan risiko kena Corona. Oleh karena itu, selain diisplin prokes, juga harus disiplin dalam olahraga dan menjaga pola makan. Selain itu, wajib juga untuk divaksin.
Vaksinasi Corona adalah sebuah kewajiban karena merupakan syarat untuk membentuk kekebalan kelompok dan mengakhiri pandemi. Lakukan vaksinasi sampai 3 kali agar tubuh tetap sehat di masa pandemi dan sesudahnya. Vaksin sudah jelas halal dan aman, jadi cari Rumah Sakit terdekat untuk divaksin agar imunitas meningkat.
Masyarakat diimbau untuk tetap memakai masker dan menaati poin lain dalam protokol kesehatan. Tujuannya agar tidak kena Corona dan penyakit-penyakit lainnya. Jagalah pula antibodi dengan rajin berolahraga, makan sayur dan buah-buahan, serta bergaya hidup sehat. Dengan mengikuti berbagai anjuran tersebut maka diharapkan masyarakat terhindar dari penyakit berbahaya.
Agung Suwandaru, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews