Dan Jakarta, tetap jadi ibukota negara, lengkap dengan segala kebrengsekannya serta romansa kelakuan gubernurnya.
Nusantara.
Nama ibukota Baru di Panajam yang dipilih Presiden Jokowi.
Nusantara agaknya dipilih karena netral. Jauh dari unsur kedaerahan yang tidak atau paling tidak kurang mencerminkan ke- Indonesia- an dalam nama Ibukota baru Indonesia itu.
Kita juga sepakat bahwa nama Nusantara sangat Indonesia sekali karena digali dari akar budaya kita sendiri. Yang menjadi kebanggaan anak bangsa.
Namun demikian, pemilihan nama yang sedemikian agung itu juga punya resiko kena tulah.
Dalam budaya Jawa bisa kena tulah jika namanya kabotan atau keberatan hingga sukma seseorang tidak mampu mengemban nama itu. Hingga dia bisa jatuh sakit atau mursal – nakal luar biasa karena keberatan nama.
Tentu kita tidak berharap ibukota baru Nusantara itu keberatan nama hingga tidak mampu mengemban jiwa nama itu.
Sukar kita bayangkan jika nama luhur itu dirusak oleh cemaran air got dan kotoran busuk bernama korupsi dan kejahatan kerah putih lainnya.
Sukar kita bayangkan, marwah Nusantara akan terhempas karena perilaku oligarki yang kian menguat dan menjadikan Presiden dan pemerintah sebagai injakan kaki mereka yang kotor untuk tujuan menumpuk kekayaan tanpa batas dan mengabaikan kepentingan orang banyak.
Bibit kotor yang dipupuk di Jakarta sejak 76 tahun terbawa ke Nusantara dan akan mengotori nama agung itu.
Namun demikian...
Yang tidak sukar kita bayangkan adalah apakah Ibukota Nusantara itu bakal terwujud?
Atau hanya akan berakhir setelah pak Jokowi lengser keprabon dan paling banter jadi Batara Krisna atau Semar untuk ngemong pemerintahan Prabowo – Puan?
Yang cuma jadi penasihat tapi tanpa kekuasaan.
Senyatanya, membangun ibukota Nusantara butuh kerja dan uang yang sangat-sangat besar. Juga waktu yang lama.
Tidak bisa setahun dua tahun, namun bahkan bisa sampai 10 tahun baru tuntas.
Dan pada saat itu, wajah Indonesia sudah berubah.
Tidak ada lagi sentuhan Jokowi.
Dan pamor Jokowi akan memudar seiring waktu dan berakhir pada goresan emas di catatan sejarah Indonesia.
Sementara, pergulatan politik serta interaksi antar elit kepentingan dalam kurun 5 sampai 10 tahun kedepan, bisa menghempaskan Nusantara pada situasi sekedar angan dan hasrat besar belaka.
Dan Jakarta, tetap jadi ibukota negara, lengkap dengan segala kebrengsekannya serta romansa kelakuan gubernurnya.
Jadi ketika mentari kekuasaan makin berada di ufuk Barat 2024.
Nusantara..
Apa boleh buat...
Untuk sementara hanya bisa dilihat laksana lembayung senja
Yang kedepannya mungkin hanya terbawa kealam mimpi belaka.
Atau berhenti pada tembang Nusantara Koes Plus semata...
PS :
Vaksin Nusantara sudah kena tulah karena gunakan nama besar itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews