Nusantara

Dan Jakarta, tetap jadi ibukota negara, lengkap dengan segala kebrengsekannya serta romansa kelakuan gubernurnya.

Kamis, 20 Januari 2022 | 11:40 WIB
0
213
Nusantara
Nusantara (Foto: istimewa)

Nusantara.

Nama ibukota Baru di Panajam yang dipilih Presiden Jokowi. 

Nusantara agaknya dipilih karena netral. Jauh dari unsur kedaerahan yang tidak atau paling tidak kurang mencerminkan ke- Indonesia- an dalam nama Ibukota baru Indonesia itu.

Kita juga sepakat bahwa nama Nusantara sangat Indonesia sekali karena digali dari akar budaya kita sendiri. Yang menjadi kebanggaan anak bangsa.

Namun demikian, pemilihan nama yang sedemikian agung itu juga punya resiko kena tulah.

Dalam budaya Jawa bisa kena tulah jika namanya kabotan atau keberatan hingga sukma seseorang tidak mampu mengemban nama itu. Hingga dia bisa jatuh sakit atau mursal – nakal luar biasa karena keberatan nama.

Tentu kita tidak berharap ibukota baru Nusantara itu keberatan nama hingga tidak mampu mengemban jiwa nama itu.  

Sukar kita bayangkan jika nama luhur itu dirusak oleh cemaran air got dan kotoran busuk bernama korupsi dan kejahatan kerah putih lainnya. 

Sukar kita bayangkan, marwah Nusantara akan terhempas karena perilaku oligarki yang kian menguat dan menjadikan Presiden dan pemerintah sebagai injakan kaki mereka yang kotor untuk tujuan menumpuk kekayaan tanpa batas dan mengabaikan kepentingan orang banyak.

Bibit kotor yang dipupuk di Jakarta sejak 76 tahun terbawa ke Nusantara dan akan mengotori nama agung itu.

Namun demikian...

Yang tidak sukar kita bayangkan adalah apakah Ibukota Nusantara itu bakal terwujud? 

Atau hanya akan berakhir setelah pak Jokowi lengser keprabon dan paling banter jadi Batara Krisna atau Semar untuk ngemong pemerintahan Prabowo – Puan?

Yang cuma jadi penasihat tapi tanpa kekuasaan.

Senyatanya, membangun ibukota Nusantara butuh kerja dan uang yang sangat-sangat besar. Juga waktu yang lama.

Tidak bisa setahun dua tahun, namun bahkan bisa sampai 10 tahun baru tuntas.

Dan pada saat itu, wajah Indonesia sudah berubah. 

Tidak ada lagi sentuhan Jokowi.

Dan pamor Jokowi akan memudar seiring waktu dan berakhir pada goresan emas di catatan sejarah Indonesia.

Sementara, pergulatan politik serta interaksi antar elit kepentingan dalam kurun 5 sampai 10 tahun kedepan, bisa menghempaskan Nusantara pada situasi sekedar angan dan hasrat besar belaka. 

Dan Jakarta, tetap jadi ibukota negara, lengkap dengan segala kebrengsekannya serta romansa kelakuan gubernurnya.

Jadi ketika mentari kekuasaan makin berada di ufuk Barat 2024.

Nusantara..

Apa boleh buat...

Untuk sementara hanya bisa dilihat laksana lembayung senja

Yang kedepannya mungkin hanya terbawa kealam mimpi belaka.

Atau berhenti pada tembang Nusantara Koes Plus semata...

PS :

Vaksin Nusantara sudah kena tulah karena gunakan nama besar itu.

***