Waspada Varian Delta Plus, Perketat Disiplin Prokes dan Vaksinasi

Memperketat protokol kesehatan adalah harga mati demi mewujudkan herd immunity, di sisi lain vaksinasi juga harus tetap digenjot demi mengakhiri pandemi Covid-19.

Rabu, 4 Agustus 2021 | 00:56 WIB
0
176
Waspada Varian Delta Plus, Perketat Disiplin Prokes dan Vaksinasi

Covid-19 terus bermutasi salah satunya menjadi varian Delta Plus yang dianggap lebih menular. Masyarakat diimbau untuk terus disiplin Prokes dan ikut vaksinasi guna mencegah penularan virus berbahaya tersebut.

Virus Corona di Indonesia telah mengalami mutasi, kini telah ditemukan virus corona varian delta plus (AY.1). Ada 3 kasus ditemukan kasus tersebut, yakni Mamuju, Sulawesi Barat dan Jambi.

Varian tersebut merupakan turunan dari varian delta yang masuk dalam varian of concern WHO karena sifatnya yang mudah menular dan menimbulkan gejala berat. Satu hal yang membedakannya adalah ditandai dengan munculnya K417N.

Mutasi K417N sendiri merupakan mutasi ekstra yang terletak di protein lonjakan virus, yang menginfeksi sel-sel sehat. Mutasi ini juga sebelumnya ada pada corona varian Beta, yang ditemukan di Afrika Selatan dan Gamma yang ditemukan di Brasil.

Para ahli telah mengumpulkan gejala lain yang dikaitkan dengan varian delta plus, yaitu ; Sakit Perut, Mual, Kehilangan Nafsu Makan. Tidak hanya batuk, demam dan sakit kepala.

Sementara itu, Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa penerima vaksin bisa mencegah lahirnya varian baru virus corona. Satgas menyadari upaya terbaik menghindari virus masuk ke dalam tubuh ialah dengan disiplin protokol kesehatan yang ketat.

Upaya lain yang bisa dilakukan adalah meminimalisasi penularan yang terjadi dengan mempercepat pelaksanaan strategi vaksinasi nasional.

Lonjakan kasus Covid-19 dikhawatirkan dapat melahirkan varian baru yang lebih ganas dan cepat menular. Wiku Menjelaskan, pada prinsipnya virus bukanlah makhluk hidup. Virus hanya dapat memperbanyak diri pada inang yang hidup seperti manusia. Dan dalam proses memperbanyak diri inilah virus dapat bermutasi dan dapat menghasilkan varian baru.

Menurut Wiku, pemerintah sudah melakukan berbagai kebijakan untuk mencegah penularan virus corona varian delta plus di masyarakat maupun mencegah importasi kasus yang dapat memperburuk situasi secara nasional. Kebijakan tersebut seperti penerapan PPKM, optimalisasi posko dan pengaturan perjalanan.

Untuk vaksin yang diberikan kepada masyarakat, pemerintah telah mengupayakan bahwa sepenuhnya gratis baik skema program nasional ataupun program gotong royong. Adapun adanya temuan yang menyebutkan ada vaksinasi berbayar di lapangan akan ditindaklanjuti oleh satgas daerah.

Sementara itu, untuk penerima booster vaksin saat ini adalah tenaga kesehatan sebagai populasi berisiko sekaligus vital dalam mendukung pelayanan dalam kesehatan khususnya dalam masa pandemi Covid-19.

Di samping itu, pemerintah melalui berbagai kebijakan terus dilakukan seperti penerapan PPKM, optimalisasi posko dan pengaturan pelaku perjalanan untuk mencegah penularan di tengah-tengah masyarakat. Serta mencegah importasi kasus yang dapat memperburuk kondisi Covid-19.

Protokol Kesehatan (prokes) adalah elemen yang sangat penting selama masih ada pandemi Covid-19. Prokes tetap jalan terus meski program vaksinasi sudah berjalan seperti saat ini. Sudah lebih dari satu tahun masyarakat menjalankan prokes selama pandemi. Harapanya, masyarakat sudah lebih memahami pentingnya prokes sebagai cara agar tidak menambah kasus Covid-19.

Tentu saja sangat penting bagi pemerintah dan kalangan pebisnis untuk merujuk pada prokes secara ketat demi memastikan keamanan dan kesehatan masyarakat. Selain itu, kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan tentu akan mempercepat pemulihan kesehatan dan kebangkitan ekonomi nasional.

Jika sebelumnya protokol kesehatan mencakup 3M, (Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan). Kini protokol tersebut bertambah menjadi 5M dimana yang keempat adalah Menjauhi Kerumunan dan kelima adalah Mengurangi Mobilitas.

Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD KRMT Wongsonegoro (RSWN) Semarang, dr Eko Krisnarto, Sp.KK menuturkan, sudah tidak lagi 3M, menekan penyebaran virus Corona perlu penerapan protokol kesehatan 5M. Perlu kesadaran masyarakat mengingat di jalanan kadang banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Sebelumnya kita tahu bahwa Efektifitas penggunaan masker untuk mencegah penularan juga dibuktikan secara uji klinis oleh Perusahaan riset pasar Inggris Yougov, tim dari Klinik Miyazawa di Hyogo dan Universitas Houston-Victoria telah mengumpulkan data melalui model komputer untuk mengetahui bagaimana berbagai faktor mempengeruhi tingkat kematian akibat penyakit covid-19 di berbagai negara. Hasilnya, penggunaan masker wajah menjadi cara paling signifikan dalam mengurangi risiko kematian akibat covid-19.

Memperketat protokol kesehatan adalah harga mati demi mewujudkan herd immunity, di sisi lain vaksinasi juga harus tetap digenjot demi mengakhiri pandemi Covid-19. (Adnan Hamzah)

***