Si pasien itu tak lain adalah Soekarno, sedangkan pembezuknya adalah sahabat dan wakilnya ketika republik didirikan, Hatta.
Perawat di ruangan bangsal rumah sakit menjelaskan jika sudah beberapa hari sang pasien dalam kondisi demikian. Masih hidup, tapi kondisinya pingsan. Seperti tidur dari malam pun sesiangan.
Tak bisa makan. Tak bisa minum. Praktis sudah tak ada reaksi dari tubuh pasien.
Elusan, bisikan, sapaan, dari siapapun, juga tak membangkitkan reaksi apa-apa. Apalagi sekadar tatapan.
Padahal, dulunya sebelum jatuh sakit ia adalah manusia gagah. Wajahnya bulat cerah. Suaranya lantang menggelegar indah.
Seseorang membezuk, ditemani salah seorang anaknya. Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, sang pembezuk memutuskan pulang karena kawannya di pembaringan rumah sakit itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan siuman.
Rombongan kecil pembezuk pun perlahan melangkah ke arah pintu. Tapi langkah itu terlihat berat.
Geraknya yang berat menunjukkan kekecewaan pembezuk. Sesekali ia menoleh ke belakang, ke pembaringan, berharap kawan lamanya itu sadar sebelum ia pergi dari ruangan.
Saat akan membuka pintu, ia masih mengarahkan pandangannya pada tubuh yang sudah lunglai lemah itu. Beruntung ia masih terus melihat ke arah pasien, karena sesaat setelah itu si tubuh lemah terlihat membuka matanya.
Bergegas ia kembali ke ranjang pembaringan dan menghampiri kawannya itu.
“Ah, No, bagaimana keadaanmu?” tanyanya.
Yang ditanya tidak menjawab. Kondisi sakitnya membuat ia sulit untuk berbicara. Namun samar-samar terdengar lirih suara pasien pada kawannya.
“Hoe gaat het (apa kabarmu)?” sambil mencoba meraih tangan sang kawan, yg menungguinya di tepi dipan dalam kepiluan.
Setelahnya mereka tak lagi bicara. Pembezuk pun pulang.
Sesampai di luar gedung rumah sakit, ia masih menengok ke arah jendela kawannya yang tergolek tiada daya.
Si pasien itu tak lain adalah Soekarno, sedangkan pembezuknya adalah sahabat dan wakilnya ketika republik didirikan, Hatta.
Mereka pernah berjuang bersama-sama, saling ejek, saling canda, saling beda sikap, saling diam, tapi tak pernah timbul dendam atau benci. Hubungan keduanya tidak datar-datar saja, panas dingin, tapi tak pernah terputus rantai persahabatan itu.
Dua hari kemudian setelah Hatta menjenguk Soekarno, orang di pembaringan itu mangkat. Seluruh republik, tenggelam dalam duka yang dalam.
21 Juni 1970, selalu diingat karena sang proklamator telah wafat.
Beruntunglah saya lahir persis setahun kemudian. Tanggal yang mudah diingat, tanggal yg bersejarah bagi republik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews