Medsos ini unik. Sangat mudah bagi orang untuk menggunakannnya menciptakan lingkaran kebencian. Kebencian akan terus berputar-putar dan makin besar.
Ada seorang kawan saya, A, yang aktif di gerakan antihoaks mengungkapkan keprihatinan soal fenomena terjadinya panic buying, menyusul diumumkannya kasus Covid-19 yang pertama di Indonesia. Statusnya hanya berupa teks.
Kemudian status A yang hanya berupa teks itu di-screenshoot, digabung dengan sebuah foto orang berbelanja dalam jumlah besar di mall (maksudnya sebagai ilustrasi) kemudian diposting oleh page terkemuka yang likersnya sangat banyak. Dalam sekejap ratusan orang berkomentar dan membagikan postingan teks dan foto soal panic buying ini.
Belakangan, konteks foto itu ternyata diketahui bukan dalam rangka panic buying melainkan orang lagi kulakan untuk tokonya. Sementaraitu begitu tahu teksnya digabungkan dengan foto itu, A langsung protes ke page terkemuka tersebut. Postingan pun dihapus---tapi setelah sekian ratus orang membagikan.
Celakanya, seorang kawan saya yang lain, X, sempat men-screenshoot postingan dalam page itu. Sebagai orang yang kompeten di bidang fotografi, di sangat menyayangkan foto itu disalahgunakan. Dia menuduh A sebagai orang yang memasang foto itu, sambil menyangkutpautkan dengan gerakan antihoaks. Intinya kok penggerak antihoaks malah menyalahgunakan foto, bukan membantu pemerintah meredam gejolak akibat coronavirus, bla… bla…. Diakhiri dengan kalimat: “Jangan percaya orang ini”. :'(
Dia unggah postingan itu di Instagram. Postingan yang sama juga diposting di Facebook.
Glek. Saya shock. Bukan hanya karena postingan itu salah alamat. Atau karena kalimat-kalimatnya yang menusuk. Juga tak hanya soal kalimat terakhir yang membunuh karakter, dengan mengajak orang lain untuk tidak percaya pada A, sedangkan A sendiri tak tahu menahu mengapa foto itu bisa digabungkan dengan teks yang diunggahnya. Lebih dari itu, karena keduanya adalah kawan saya yang sangat saya sayangi dan hormati.
Saat saya tengok Instagram, sudah lebih dari 20 komentar ikut menghujat A yang tidak bersalah. Sebagian komentar menggunakan kata-kata penuh kebencian. Padahal A tidak main Instagram, sehingga tidak bisa klarifikasi sendiri. Saya mencoba menghubungi X. Karena belum ada respons, saya tulis komentar berisi klarifikasi di kolom komentar dan di balasan setiap komentar orang yang ikut menghujat.
Singkat cerita, kemudian postingan X di IG maupun di Facebook dihapus. Ya, postingan itu telah dihapus. Tapi masalahnya, screenshootnya masih berkeliaran. Pagi ini saya mendapati di WAG, kiriman seseorang. Duh!
Begitulah. Medsos ini unik. Sangat mudah bagi orang untuk menggunakannnya menciptakan lingkaran kebencian. Kebencian akan terus berputar-putar dan makin besar.
Orang akan ikut membenci walau tak kenal, sekalipun postingan sudah dihapus. Sebaliknya, medsos sesungguhnya juga efektif sebagai alat untuk menciptakan lingkaran kebaikan. Kebaikan akan menjadi besar. Orang akan ikut berbuat baik walaupun tak saling mengenal.
Mau menggunakan medsos untuk menciptakan lingkaran kebencian atau kebaikan? Semua ada di jari Anda.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews