Kalimat "Yang wajib itu berhijab" secara psikologis merupakan kalimat kesombongan bagi yang berhijab, di saat yang sama melecehkan bagi yang tidak berhijab.
Dari sisi kreatif, iklan produk hijab itu cukup nyleneh dan provokatif. Ini menjadi salah satu modal untuk menarik perhatian orang. Target paling mendasar dari sebuah kegiatan beriklan.
Dari sisi momentum pun cukup related karena beberapa saat lagi umat Islam akan merayakan hari raya kurban. Ditambah lagi kreativitas grafis yang memperlihatkan seekor kambing yang dipakein kerudung.
Ini cukup lucu, lugas dan tetap related dengan produk yang diiklankan.
Tapi mengapa orang lantas pada menggelinjang?
Saya melihat masalahnya ada di pemilihan kata (diksi) di iklan ini.
Secara ritmik, kalimat "Korban itu gak wajib, yang wajib itu berhijab" sangat lugas, padat, jelas dan enak jatuh bunyinya. Apalagi kalimat ini cukup kontras karena mempertentangkan dua premis: wajib dan tidak wajib.
Tapi karena iklan ini bersinggungan dengan elemen agama, meski rumus-rumus beriklan yang baik sudah terpenuhi, maka tidak serta merta iklan itu menjadi iklan yang 'baik'.
Karena ini tentang pemilihan kata.
KORBAN ITU GAK WAJIB, nah ini kalimat yang bisa diterima ambigu oleh audience. Memang benar korban (maksudnya kurban) itu gak wajib bagi muslim yang tidak mampu, tapi setiap muslim dalam alam bawah sadarnya ada keinginan untuk bisa berkurban kambing tiap tahun. Bahkan kalau perlu kurban hewan unta, terasa lebih syari.
Kalimat "Korban itu gak wajib" secara psikologis buat yang berkurban merasa tidak dihargai, dan bagi yang masih berangan-angan berkurban serasa dikebiri mimpinya.
YANG WAJIB ITU BERHIJAB, nah ini kalimat yang bisa memicu api dalam sekam bagi perseteruan pihak-pihak yang melihat hukum berhijab itu sendiri. Ada yang melihat itu wajib, yang lainnya tidak. Ini hukum yang debatable karena perbedaan tafsir sampai sekarang.
Kalimat "Yang wajib itu berhijab" secara psikologis merupakan kalimat kesombongan bagi yang berhijab, di saat yang sama melecehkan bagi yang tidak berhijab. Halus sih sehalus kalimat "semoga anda mendapat hidayah'.
Mari kita bandingkan dalam kasus lain dalam urusan pemilihan kata seperti kasus "kambing berhijab" di atas.
"Hidup sendiri itu tidak dosa.
Yang dosa itu sudah hidup berpasangan tapi masih mengaku bujangan kepada setiap wanita, padahal cucunya segudang."
Kalimat di atas itu tidak akan banyak melukai hati orang, karena di sana tidak dilibatkan unsur agama secara frontal.
Bandingkan dengan kalimat yang di bawah ini:
"Hidup sendiri itu tidak dosa.
Yang dosa itu, sudah hidup sendiri tapi anti poligami. Itu menentang syariat."
Saya yakin kalimat itu akan membuat banyak insan-insan lemah yang meradang, terluka hatinya, terguncang jiwanya.
Salam tiang listrik...!!!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews