Enzo Allie dan Si Otong Kena Batu Akibat "Minderwaardigheidscomplex"

Di Indonesia Menhankam menyebut ada 3 persen militer Indonesia telah terpapar ideologi radikalisme, menolak Pancasila. Ini sangat menakutkan.

Jumat, 9 Agustus 2019 | 20:36 WIB
0
879
Enzo Allie dan Si Otong Kena Batu Akibat "Minderwaardigheidscomplex"

Si Otong yang orang kampung itu menyembah. Orang kulit putih itu dianggap tuhan. Superior. Kulit putih, Kaukasus, orang asing, bahkan negro dianggap superior. Lebih tinggi derajatnya. Padahal gelandangan Tenabang.

Maka, ada orang berkulit coklat menikahi bule. Geger. Viral. Nur Khamid menikahi Alexandria Robinson. Risal Hamid mengawini Julie Martha. Ilaria Bianco Monte kecantol Dzulfikar. Sumardin menikah dengan Ermina Fransisca. Sofia Latjuba dengan Indra Lesmana. Pait dan perempuan Inggris bernama Jennifer. Menikah. Siti Hajar Tilaria alias Hadiati dengan Allie. Hasilnya, Enzo Allie.

Otong pun terkejut. Selalu penderita minderwaardigheidscomplex alias penyakit merasa rendah diri di hadapan orang asing menyeruak. Begitu ada satu orang bule di tengah orang coklat, bule itu dianggap top marketop. Sir. Mister. Tuan. Nyonya menjadi panggilan.

Kadang bule juga risih, tapi ketika tahu orang Indonesia model si Otong sesungguhnya menghamba, merasa minder dan inferior, di situlah bule dan negro mulai mengerjai.

Ada grup perusahaan di Indonesia (milik orang Indonesia) yang memanfaatkan inferiority complex 
ini untuk kepentingan usaha. Semua property dia di-GM-i oleh orang bule (meskipun bego si bule), penting karyawan Indonesia nurut. Hahaha.

Baca Juga: Jangan Kejam

Nah, bule India, Zakir Naik bahkan sampai diterima JK. Penceramah kulit gelap gulita di tengah malam berjenggot lebat banyak berkeliaran di Sukabumi, Cianjur, Bogor – dipuja-puji. Seolah mereka penjamin keselamatan yang datang dari surga yang dijanjikan.

Lagi-lagi karena minderwaardihediscomplex membuat omongan mereka diikuti. Radikalisme dan konservatisme dibangun, lewat sisi rusak yakni ideologi khilafah.

Si Otong tidak tahu. Hizbut Tahrir itu seperti bunglon. Mereka akan mengikuti warna yang akan disusupi. Apapun bentuknya. Kredo Hizbut Tahrir (HTI) adalah (1) kaderisasi, (2) sosialisasi, (3) mengambil alih. Itu kredo Hizbut Tahrir.

Pengikut ideologi khilafah, selalu berusaha masuk ke Tentara, gagal di Yordania, Iraq dan Turki. Mereka menyusupi militer Mesir lewat Ikhwanul Muslimin (IM), memberondong Presiden Anwar Sadat. Tewas.

Di Indonesia Menhankam menyebut ada 3 persen militer Indonesia telah terpapar ideologi radikalisme, menolak Pancasila. Ini sangat menakutkan.

Jika Enzo juga seperti yang tampak di media social, menenteng bendera Khilafah, sungguh ini kecolongan. Pun ibunya adalah gambaran dari simpatisan khilafah seperti terpapar di media sosialnya.

Padahal Jokowi tidak menoleransi ideologi anti Pancasila.

“Tidak ada toleransi sedikit pun bagi yang mengganggu Pancasila! Yang mempermasalahkan Pancasila!” kata Jokowi di Sentul, Minggu (14/07/2019).

"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2019).

Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah dipaparkan ke publik dari stake holders permasalahan Enzo yang tampak menenteng bendera hitam khilafah hanya perlu pembuktian pendek: Enzo dan Ibunya itu sebenarnya seperti apa. Netizen dan rakyat Indonesia menunggu. Itu saja.

Dan, Enzo hanyalah orang setengah bule seperti para istri pemuda-pemuda di atas. Tak lebih dan tak kurang. Mental buruk minderwaardiheidscomplex (minder mengeret kecil tak berdaya) di depan orang asing, harus kita buang ke laut. Mental si Otong kita buang.

Ninoy N. Karundeng, penulis.

***