Pepnews-Mendongeng merupakan cara yang tepat untuk mengisi waktu di rumah bersama anak-anak. Selain tujuannya untuk menghibur, mendongeng juga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu anak sehingga hal ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir mereka.
Dongeng juga merupakan media yang cukup efektif dalam membentuk karakter dan pola fikir anak sejak dini. Keefektifan tersebut dapat digunakan sebagai sarana dalam penyampaian pesan kepada anak-anak tentang sesuatu. Sebab, dongeng ini merupakan cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan sosial yang positif untuk anak.
Berdasarkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dalam bukunya pada tahun (2003) bahwa salah satu unsur intrinsik yang ada dalam cerita dongeng adalah memiliki amanat atau pesan moral. Oleh sebab itu, cerita dongeng ini bisa dijadikan sebagai sarana media untuk membentuk karakter dan pola pikir anak karena memiliki nilai budi pekerti yang bisa dipelajari oleh anak.
Nah, ada salah satu dongeng yang memiliki pesan moral yang bisa anda ceritakan pada anak, yaitu dongeng 'Bawang Merah Bawang dan Bawang Putih'. Seperti apa ceritanya? Simak ulasannya dibawah ini.
Cerita Dongeng Bawang Merah Bawang Putih
Dongeng Bawang merah bawang putih merupakan cerita rakyat yang berasal dari provinsi Riau. Cerita ini berkisah tentang dua orang gadis yaitu kakak beradik yang memiliki sifat yang bertolak belakang, serta ibu tiri dari Bawang Putih yang pilih kasih terhadap anaknya.
Alkisah, hiduplah seorang gadis cantik bernama Bawang Putih yang tinggal 1 rumah bersama ibu dan kakak tirinya yang bernama Bawang Merah. Ibu dan kakak tiri Bawang Putih ini memiliki sifat yang sangat jahat. Mereka selalu berbuat buruk kepada Bawang Putih, seperti menyuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah layaknya bawang putih seorang pembantu rumah tangga.
Sebelumnya, kehidupan Bawang Putih sangat bahagia. Ayahnya adalah seorang pedagang yang sering bepergian dan ibu kandungnya yang sangat sayang kepadanya. Namun, semua itu telah berubah ketika keduanya meninggal dunia.
Singkatnya, ibu dan kakak tirinya, Bawang Merah bersikap sangat jahat kepada Bawang Putih. Setiap hari bawang putih harus melayani semua kebutuhan Bawang Merah dan juga ibu tirinya. Hingga pada suatu ketika Bawang Putih sedang mencuci pakaian di pinggir sungai, tanpa disadari salah satu selendang kesayangan milik Bawang Merah hanyut terbawa arus aliran sungai.
Ketika bawang putih sampai di rumah, Bawang Merah langsung memarahi Bawang Putih karena selendang miliknya tidak ditemukan.
"Dasar kamu sangat ceroboh!" bentak Bawang Merah. "Pokoknya sekarang juga kamu harus mencari selendang miliku itu sampai ketemu, dan kamu jangan berani pulang ke rumah kalau kamu belum juga menemukan selendang itu!"
Pada Akhirnya, Bawang Putih pun menyusuri aliran sungai untuk mencari selendang milik Bawang merah. Hingga malam hari, selendang milik Bawang merah pun belum juga ditemukan.
Ketika bawang putih tengah menyusuri aliran sungai, Bawang Putih melihat sebuah gubuk. Bawang putih pun langsung menghampiri gubuk tersebut dan mengetuk pintunya. "Permisi!" kata Bawang putih.
Setelah beberapa lama kemudian, seorang nenek-nek membuka pintunya. "Siapa kamu, nak?" tanya nenek itu.
Gubuk tersebut ternyata dihuni oleh seorang nenek yang hidupnya sebatang kara. Bawang Putih pun pada akhirnya meminta izin untuk menginap semalam digubuk itu.
"Saya bernama Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari selendang yang hanyut dialiran sungai. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal dirumah nenek malam ini?" tanya Bawang putih.
Nenek itu sangat baik hati, nenek pun mempersilakan Bawang Putih untuk menginap di gubuk miliknya.
"Boleh nak. Apakah baju yang kamh cari itu berwarna merah?" tanya nenek.
Ternyata, selendang yang dicari Bawang Putih itu ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan selendang yang ditemukannya itu dengan 1 syarat Bawang Putih harus menemani nenek selama seminggu.
"Baiklah nenek akan mengembalikan selendang milikmu itu, tapi kamu harus menemaniku dulu di sini selama seminggu. Sudah lama sekali aku tidak pernah mengobrol dengan siapapun, bagaimana?" pinta nenek.
Bawang Putih dengan senang hati menerima tawaran nenek tersebut. Dalam waktu seminggu pun berlalu, dan sudah waktunya Bawang Putih untuk beranjak pulang kerumahnya. Karena selama tinggal di sana, Bawang Putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan di sungai dan nenek pun memberi hadiah kepada Bawang Putih.
"Nak, sudah seminggu kamu tinggal dirumah nenek. Nenek sangat senang karena kamu orangnya sangat rajin. Untuk itu sesuai janjiku kamu boleh membawa selendangmu pulang kerumah. Dan satu lagi, kamu boleh memilih satu dari dua labu bewarna kuning ini sebagai hadiah!" kata nenek.
Dia disuruh memilih dua buah labu kuning untuk dibawa pulang. Awalnya Bawang Putih ingin menolak pemberian hadiah nenek, namun karena bawang putih ingin menghormati pemberian si nenek, Bawang Putih pun pada akhirnya memilih labu yang lebih kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya kerumah. Dan nenek itu hanya tersenyum mendengar alasan bawang putih tersebut.
Bawang Putih pun segera pulang dan menyerahkan selendang merah tersebut kepada Bawang Merah. Setelah itu, dia segera ke dapur untuk membelah labu dari nenek dan memasaknya. Namun betapa terkejutnya bawang putih, karena ketika labu pemberian nenek itu dibelah, ternyata didalamnya berisi emas permata yang sangat banyak. Ibu tiri Bawang Putih yang tidak sengaja melihatnya, dia pun langsung merampas semua emas permata tersebut. Dia juga memaksa Bawang Putih untuk menceritakan dari mana mendapatkan labu kuning ajaib itu.
Bawang Putih menceritakan dengan sejujurnya tanpa berbohong. Mendengar cerita tersebut, munculah niat jahat di benak ibu tiri yang serakah itu. Besoknya, ibu tirinya menyuruh Bawang Merah untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Bawang Putih sebepumnya, dia sangat berharap akan bisa membawa pulang labu yang lebih besar sehingga isi didalamnya lebih banyak.
Singkat cerita, Bawang Merah tiba di gubuk nenek, dan bawang merah pun tinggal di gubuk sana selama seminggu. Tidak seperti Bawang Putih yang rajin, selama seminggu itu, Bawang Merah hanya bermalas-malasan dan tidak membantu apapun pekerjaan si nenek.
Seminggu berlalu, nenek itu membolehkan Bawang Merah untuk segera pulang kerumahnya. Dengan perasaan Hera , Bawang Merah pun kemudian bertanya kepada si nenek.
"Bukankah seharusnya nenek memberikan labu kuning sebagai hadiah untuku karena aku menemanimu selama seminggu?" tanya bawang merah.
Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah untuk memilih salah satu dari dua labu kuning yang ditawarkan. Tanpa pikir panjang, bawang merah langsung mengambil labu yang cukup besar dan setelah itu bawang merang berlari pulang tanpa mengucapkan terima kasih kepada nenek.
Sesampainya di rumah, ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang cukup besar. Dia berpikir pasti emas yang ada di dalamnya. Karena tak ingin diketahui oleh Bawang Putih, mereka pun menyuruh Bawang Putih untuk mencuci pakaian di sungai. Setelah itu, mereka masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dengan rapat.
Dengan rasa tak sabar, mereka segera membelah labu pemberian nenek itu. Di luar dugaan, bukan emas permata yang ada di dalam labunya, melainkan didalamnya berisi ular, kalajengking, dan hewan berbisa lainnya. Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dan menggigit Bawang Merah dan ibunya yang serakah itu.
Pesan moral cerita Dongeng Bawang Merah Bawang Putih
Pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita dongeng ini bahwa orang yang berbuat jahat dan serakah itu akan mendapatkan balasan yang setimpal. Namun, setiap perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik juga.
Dongeng ini juga mengajari agar anak-anak untuk tidak bermalas-malasan dan berusaha menghadapi segala sesuatu dengan senang hati. Selain itu, mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang diberikan oleh orang lain.
Nah, selamat membacakan dongeng Bawang Merah Bawang Putih untuk anak-anak tercinta, semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.
Referensi : Miequs Situs Hiburan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews