Orangtua yang Menjerumuskan

Jangan biarkan anak menanggung beban ambisi orang tua, karena kalo dia gagal. Dia akan kehilangan dunianya, dan orang tua akan "kehilangan" anaknya.

Kamis, 18 Februari 2021 | 06:44 WIB
0
170
Orangtua yang Menjerumuskan
Ilustrasi relasi anak dan orangtua (Foto: liputan6.com)

Menyayangi anak-anak yang dilahirkan memang kewajiban setiap orang tua. Tetapi rasa sayang itu harus terarah dan terukur. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa sikapnya yang menempatkan posisi rasa sayang itu di tempat yang tidak tepat, justru jadi bumerang bagi dirinya sendiri. Malah menjerumuskan anak dan membawa kerusakan pada masa depan anaknya kelak.

Seorang teman pernah bercerita kalau orang yang biasa membantunya di rumah untuk beberes, punya anak yang sangat keterlaluan. Kalau boleh dibilang"nakal" bahasa kasarnya. Masih SD saja sudah kelihatan sikapnya yang tidak terpuji. Sering bolos dan tidak ada minat untuk melanjutkan sekolah.

Bahkan belum lama ini si anak tadi baru saja menabrak seorang bapak-bapak. Tabrakan yang cukup membuat si bapak luka parah dan motornya rusak.

Namun sesuatu yang buruk telah dilakukan ibunya. Alih-alih membicarakan masalah ini dengan suaminya/bapak si anak yang nabrak, dia malah menutupi kesalahan anaknya dengan dalih tidak tega jika anaknya dimarahi bapaknya. Bisa jadi mungkin ini kesalahan yang kesekian kali yang sudah ditutupinya.

Lihat!
Siapa di sini yang menjadikan anaknya "Monster Perusak?"
Si Ibu tentu saja!
Kenapa saya makai diksi yang kasar dengan menyebut anak dengan sebutan Monster Perusak?
Saya sengaja!

Saya tidak ingin bermanis-manis kata dengan bahasa yang lebih santun. Karena saya memahami betul, anak tadi memang akan jadi sejenis monster yang kerjanya hanya "merusak" hingga si ibupun kelak akan kebingungan memperbaiki kerusakan-kerusakan itu.

Baca Juga: Wahai Orangtua, Jangan Biarkan Anak-anak Kian Liar

Yang lebih miris lagi, ibu si anak ini malah meminjam uang pada teman saya, yang notabene majikannya. Untuk diberikan pada korban yang ditabrak anaknya tadi. Hingga kasusnya tidak pernah sampai ke telinga suaminya. Ibu yang lalai! Benar-benar lalai!

Jadi jika saya menuduh ibunya orang yang paling bersalah hingga anaknya bersikap buruk wajar saja. Kenapa si ibu ini tidak menyadari bahwa dengan dia berani bersikap tegas dari awal justru akan menyelamatkan anaknya itu? Ibu macam apa yang tidak bisa berpikir bahwa jika pondasi mendidik anak rusak di awal justru akan membawa malapetaka baginya?

Bahkan bagi orang lain juga!

Menurut saya, rasa sayang yang sejati itu adalah berani bersikap TEGAS pada anak. Tegas dalam artian bukan melakukan kekerasan ya, itu beda. Seorang ibu harus sadar, tangisannya hari ini karena melihat anak terluka karena menerima kenyataan adalah tawa bahagianya kelak ketika melihat si anak bisa menerima dan menyikapi luka-luka tadi. Karena memang realitanya hidup ini bukan sekedar tawa bahagia saja. Pasti diiringi berbagai macam kelukaan.

Itu baru namanya seimbang. Justru itulah makanya dibutuhkan sikap arif dan bijaksana dari orang tua. Baik ayah, terutama ibu. Karena pada dasarnya ibulah yang lebih banyak perannya dalam membesarkan anak.

Saya paham, ketika seorang ibu melihat anaknya menangis, maka otomatis hati si ibu juga ikut sedih. Saya juga seorang ibu, punya anak dan saya juga sangat mengenal betapa banyak episode drama kehidupan yang akan dilalui dalam membesarkan anak.

Maka dari itu seorang ibu harus punya bekal yang banyak tentang bagaimana caranya jadi Ibu Sejati. Bukan hanya sekedar jadi ibu yang melahirkan dan memberi makan. Tanpa memahami perannya yang sesungguhnya. Jika ada ibu yang tidak menyadari itu, maka saya menyebutnya ibu abal-abal! Ibu-ibuan! Ibu asal-asalan!

Saya nggak habis pikir jika ada seorang ibu yang merasa bahwa menyayangi anak itu dengan cara menutupi kesalahannya. Itu salah besar! Bahkan sangat fatal! Ibu akan membayar hal itu seumur hidup! Percayalah!

Ingat wahai perempuan berpredikat IBU!
Didiklah anakmu dengan semestinya!
Jangan sampai masyarakat yang akan mendidiknya!
Karena jika itu terjadi, artinya kamu telah gagal menjalankan tugasmu!
Kegagalanmu itu akan membawa kiamat kecil bagi anak-anakmu!
Jadi, cerdaslah IBU!

Jangan lelah untuk belajar, agar anak-anakmu menemukan sorga sesungguhnya pada dirimu.

Jangan biarkan anak menanggung beban ambisi orang tua, karena kalo dia gagal. Dia akan kehilangan dunianya, dan orang tua akan "kehilangan" anaknya.

Taare Zameen Par

***