Aristoteles wajib diterimakasihi. Dialah yang membongkar kesalahan utama. Bahwa antara sebab-akibat wajib berkorelasi, selain isinya benar.
Bukan hanya kini di TV, atau kesempatan apa pun. Sesat-pikir kerap digunakan pecundang dan para politikus tertentu untuk menggiring. Terutama agar opini dan kepentingannya dibenarkan.
Telah digunakan bahkan zaman Aristoteles yang kemudian dibuktikan bahwa sesat-pikir dapat diawali dari argumen yang seakan-akan lurus, tapi tidak benar. Atau tiba-tiba mengalihkan topik utama ke topik lain, untuk dengan sengaja menyesatkan.
Aristoteles wajib diterimakasihi. Dialah yang membongkar kesalahan utama. Bahwa antara sebab-akibat wajib berkorelasi, selain isinya benar.
Satu di antara mahakarya Aristoteles selain ORGANON adalah kritik atas apa yang disebut Sanggahan Sophistis (Latin: De Sophisticis Elenchis) memberikan perlakuan yang keliru secara logis, dan memberikan tautan kunci ke karya Aristoteles tentang retorika.
Inilah sesat-pikir yang kerap digunakan dalam retorika, utamanya wacana politik.
1. Argumentum ad populum (mengatasnamakan rakyat). Misal: rakyat menjerit, rakyat setuju, rakyat menolak, dll; padahal kehendak dirinyalah!
2. Argumentum ad baculum (mengancam). Misal: Jika tidak x maka y. Jika bukan X yang berkuasa, maka ekonomi makin terpuruk.
3. Argumentum ad hominem (menyerang pribadi). Misal: mana bisa kerja keras dan cerdas, orang kurus begitu? Padahal "bekerja" bisa lewat orang lain.
4. Argumentum ad auctoritatem (mengatasnamakan otoritas). Misal: Raja sudah setuju, agamawan sepakat, profesor berkata... Padahal, BENAR bukan karena dikatakan seseorang otoritas, melainkan karena BENAR maka ia mengatakannya.
5. Argumentum ad misericordiam (memelas, seakan-akan korban, playing victim). Misal: karena dia korban maka mari kita membelanya habis-habiosan dan pelakunya wajib dihukum.
Masih ada banyak lagi sesat-pikir, misal: pro causa noncausa (bukan alasan dijadikan alasan). Ini kerap terjadi, simaklah narasumber yang kerap mengalihkan topik!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews