Dengan diviralkan demikian juga sudah merupakan hukuman sosial tersendiri. Walaupun bukan jaminan untuk tidak diulangi. Karena karakter itu tidak mungkin bisa dirubah dalam semalam..
UAS viral lagi ?
Gak aneh. Gak surprised. Biasa ajah.
Biasa aja karena bukan menyangkut kamuu...
Oh tidak!
Karena UAS punya satu masalah, yang mungkin dia sendiri tidak menyadari masalah yang dia punya.
Bad Humor.
Yep. UAS punya selera humor yang jelek sekali. Tidak patut. Tidak lucu. Tidak enak didengar.
Dan bagi semua orang yang memiliki selera humor lebih baik dari dia, alih-alih tertawa mendengar jokes nya, malah seringkali bikin merah telinga dan emosi jiwa.
Kenapa disangkutpautkan dengan selera humor? Ini soal penistaan agama! Kamu ngebelain dia?
Oh, saya bukan sedang membelanya. Yang tidak menyukainya bukan hanya non muslim. Tapi muslim juga sama jengkelnya dengan dia. Termasuk saya.
Untuk lebih nangkap maksudnya, saya sebut saja satu nama. PRABOWO!
Yeah... Prabowo manusia sejenis yang sama-sama punya bad humor-nya.
Ingat ketika Prabowo bicara di depan wartawan, "Tampang kalian tampang susah, pasti jarang ke mal."
Atau saat bicara di depan warga Boyolali, "Kalian gak mungkin pernah masuk hotel-hotel itu lah... kelihatan tampang kalian tampang orang susah semua." (maaf kalo ada kesalahan redaksi kutipan, intinya demikian). Dan seterusnya...
Kita tahu Prabowo itu maksudnya bercanda. Dia sedang bercanda. Tapi bercandanya tidak enak. Tidak lucu.
Saya yakin Prabowo bukan orang yang rasis terhadap suku tertentu. Hanya karakter beliau yang dipengaruhi latar belakangnya, membentuk Prabowo menjadi seseorang yang punya selera humor yang jelek.
Dan sebetulnya bisa diperbaiki jika dilatih. Itu bisa pada Ahok. Ahok yang dulu karakternya sedemikian "bebas", sekarang bisa lebih 'dikekang' by latihan. Bicaranya menjadi lebih santun, gestur tubuhnya lebih luwes, dst.
Hal yang sama terjadi pada UAS. Bukan hanya pada hal-hal yang menjadi viral, jika sering menyaksikan video ceramahnya di mana-mana, maka kita akan lebih banyak lagi menemukan jokes-nya yang sama sekali tidak lucu, menyebalkan, bikin gemas karena seharusnya tidak patut untuk diucapkan.
Joke-nya tentang hidung peseknya Rina itu, tentang 'haleluya haleluya', simbol ambulance nguing-nguing itu hanya salah tiga saja.
Bagaimana cara kita menyikapi orang-orang yang memiliki bad humor?
Jangan diambil hati. Abaikan...
Orang-orang demikian ada banyak di sekitar kita. Tapi apakah hidup kita harus terganggu dengan kehadiran mereka?
Apakah wartawan harus memejahijaukan Prabowo?
Apakah orang-orang Boyolali harus demo berjilid-jilid?
Habis energi kita jika bad humor harus terus kita sikapi secara serius.
Lalu kita biarkan mereka ngoceh seenaknya, sementara mereka public figures?
Ya tidak. Dengan diviralkan demikian juga sudah merupakan hukuman sosial tersendiri. Walaupun bukan jaminan untuk tidak diulangi. Karena karakter itu tidak mungkin bisa dirubah dalam semalam.
Idealnya, ada orang-orang terdekat dari mereka ini yang menasihati, memberi masukan, agar mereka melatih diri memperbaiki.
Tidak harus segala hal di dunia ini dispannengi. Di bawa emosi jiwa. Capek.
Bagian tercapeknya ketika kita ingin mengenyangkan ego kita untuk 'balas-balasan', menuntut keadilan ala permainan sepak bola, kalau dia sudah mencetak skor 1, maka saya juga harus demikian biar skor 1 : 1.
Oalah capeknya hidup ketika aturan mainnya harus selalu kita buat seperti itu.
Kenapa kita tidak menaikkan skor melalui cara lainnya. Misalnya melalui 'WISDOM'.
Ketika saya mengagumi Ahok dengan segala dedikasinya, tidak serta saya mengiyakan segala keliarannya.
Namun tidak mengiyakan kekurangan seseorang, bukan berarti juga kita tidak bisa menerima dan bersikap adil sewajarnya, bukan?
Saya menerima resiko dikafir-kafirkan karena keukeuh sumeukeuh berpendapat Ahok tidak melakukan penistaan Agama. Dan dua tahun dibui adalah suatu kelebayan yang sia-sia.
Jutaan orang lainnya mungkin tidak sependapat dengan saya. That's fine. It's life. Hidup yang damai memang untuk "sepakat untuk tidak bersepakat".
Just stay away from bad humor. You'll safe.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews