Dalam hal tertentu, terkadang bahasa daerah bisa menjadi bahasa penjelas yang mudah dimengerti.
Beberapa bulan lalu kakak dari ibunda atau Pakde Presiden Jokowi yaitu Miyono Suryosardjono meninggal dunia.
Banyak media waktu itu yang memberitakan yang meninggal adalah "paman" Presiden Jokowi.
Artinya kalau diartikan yang meninggal yaitu adik dari ibunda atau Pak-lek Presiden Jokowi.
Paman bukan padanan atau nama lain dari Pakde.
Paman padanannya yaitu Om. Tapi bukan Om-Om.
Paman yaitu adik laki-laki dari ayah atau ibu kita.
Sedangkan Pakde akronim dari Pak-Gede yaitu kakak laki-laki dari ayah atau ibu kita.
Rupanya sebutan untuk kakak laki-laki dari ayah atau ibu kita dalam kamus atau bahasa Indonesia itu belum ada dan kosakata "Pakde" belum diserap menjadi bahasa Indonesia.
Makanya tak jarang sebutan "paman" untuk menyebut kakak atau adik laki-laki dari ayah atau ibu kita.
Dalam bahasa Sunda, kakak laki-laki atau perempuan dari ayah atau ibu kita disebut "uwa" dan tidak dibedakan seperti dalam bahasa Jawa. Kalau laki-laki biasa disebut "Uwa Pameget" dan perempuan disebut "Uwa Istri".
Sedangkan dalam bahasa Jawa dibedakan secara tegas, sebutan untuk kakak perempuan dari ayah atau ibu kita namanya "Budhe" atau akronim dari Bu Gede dan yang laki-laki "Pakde" itu tadi.
Mungkin bahasa daerah yang lain juga ada sebutan nama untuk kakak laki-laki atau perempuan dari ibu kita.
Inilah kekayaan kosakata bahasa daerah yang berguna untuk melengkapi bahasa Indonesia.
Terkadang bahasa daerah bisa menjadi bahasa penjelas yang mudah dimengerti.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews