Saat ini masih banyak pesantren yang mempertahankan diri sebagai pesantren salaf. Misalnya pondok pesantren Sidogiri, Pasuruan yang merupakan pesantren tua dan besar. Tetap tidak mau mengadobsi sistem sekolah.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Muhammad Mukri menegaskan, pondok pesantren salaf harus berubah jika tidak ingin ditinggalkan karena saat ini umat NU sedang berubah. Umatnya sedang mengalami mobilisasi verital.
Muhammad Mukri mengatakan hal itu dalam Workshop Revolusi Mental Penguatan Pendidikan Mental dan Karakter bagi Guru LP Ma’arif NU di Hotel Horison, Kota Pasuruan, Jatim, Jumat (16/9/2022).
Sementara itu Deputi 5 bidang Koordinator Revolusi Mental, Pemajuan Budaya dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi mengatakan, LP Ma’arif bisa menjadi motor utama penggerak revolusi mental.
Pada tahun 2045 atau genap 100 tahun Indonesia merdeka, kata Didik, Indonesia mendapati bonus demografi di mana lebih 70 persen penduduk adalah usia produktif. Hal ini sesungguhnya merupakan rahmat Allah yang harus disyukuri.
“Saat ini tugs kita adalah menyiapkan mereka, generasi emas usia produktif dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak kita persiapkan, bisa menjadi bencana demografis di masa mendatang,” kata mantan Sekjen Kemendikbud asal Nganjuk ini.
Muhammad Mukri, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Bandarlampung mengatakan, tatanan dunia saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat cepat. Untuk itulah revolusi mental menjadi sangat relevan. NU juga menyesuaikan dengan perubahan-perubahan. Terlihat umat NU mengalami mobilisasi vertikal.
Ia mencontohkan, pada mulanya kalau mengundang acara buka bersama, tamu harus dijemput satu per satu menggunakan mobil.
Sekarang tidak perlu dijemput karena mereka datang dengan membawa mobil sendiri-sendiri. Sampai-sampai halaman tempat acara penuh mobil.
“Dulu sulit mencari guru besar dari NU. Tapi sekarang mayoritas guru besar di Indonesia ini warga nahdliyin (umat NU). Para kiai sekarang mobilnya bagus-bagus. Jadi tidak kelihatan susah,” tegasnya. Ia mencontohkan Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar yang menggunakan mobil pribadi sedan mercy terbaru warna putih.
Karena tuntutan berubah merupakan keharusan, Mukri mengingatkan eksistensi pondok pesantren salafiyah akan ditinggal umat jika tidak melakukan perubahan.
Pondok pesantren salafiyah adalah khazanah NU. Pondok ini mempertahakan sistem lama yaitu hanya mengajarkan kitab kuning (kitab klasik standar pesantren seperti Kitab Sulam Sufinah, Tafsir Jajalen, Fathul Qarib, Ta’lim al Mutallim, Taqrib). Metode belajarnya menggunakan sistem sorogan (individua) dan bandongan atau pengajian (kolektif). Tidak memberikan ijazah seperti sekolah negeri. Ijazah bagi murid pesantren salaf adalah doa gurunya.
Sejak dekade 1970-an terjadi perubahan eksistensi pesantren salaf. Mereka menggabungkan sistem salaf dengan sistem sekolah modern. Maka di dalam pondok ada sekolah. Misalnya yang dilakukan pesantren besar seperti Pesantren Salafiyah Syafiiyah Tebuireng yang didirikan KH Hasyim Asyari, Pondok Bahrul Ulum Tambak Beras yang didirikan KH Wahab Hasbullah, Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif yang diasuh KH Bisyri Sansuri.Saat ini masih banyak pesantren yang mempertahankan diri sebagai pesantren salaf. Misalnya pondok pesantren Sidogiri, Pasuruan yang merupakan pesantren tua dan besar. Tetap tidak mau mengadobsi sistem sekolah. Menjelang kelulusan, santrinya dibekali dengan pendidikan ketrampilan yang sesuai dengan passion santri dengan maksud untuk bekerja setelah lulus. Demikian pula Pondok Pesantren Klencongan di Caruban, pesantren miliki Kiai Ahmad Sanusi di Jember.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews