Padahal pembaca media-media online tersebut lintas agama dan tidak ada sekat agama tertentu.
Kalau kita perhatikan dengan jeli dan seksama, ada beberapa media online yang terhubung atau nge-link dengan Facebook menyelipkan atau mengunggah berita atau materi yang kontennya seperti media dakwah. Padahal media-media online itu bukan media dakwah, juga bukan media online keagamaan tertentu. Dan ini dilakukan oleh media-media online yang sudah mapan atau menjadi sumber berita yang terpercaya.
Bahkan terkadang unggahan berita dengan konten dakwah tersebut seperti orang minum obat, yaitu pagi-siang dan sore. Jadi seperti siraman rohani.
Sebenarnya tidak menjadi masalah media online tersebut mengunggah berita atau konten atau materi dakwah, kalau memang media online tersebut kontennya media dakwah. Akan tetapi, media online ini bukan media dakwah.
Bahkan media yang terkenal dengan media arus utama yang terkenal dengan prinsip kesetaraan dalam pemberitaan atau sebagai penunjuk arah, juga ikut-ikutan menyelibkan konten dakwah.
Namun, sekarang media ini sudah tidak terlihat lagi mengunggah atau menyelipkan konten dakwah lagi. Sudah kembali ke jalan yang benar sesuai penunjuk arah atau kompas. Entah kena tegur atau banyak yang protes.
Padahal pembaca media-media online tersebut lintas agama dan tidak ada sekat agama tertentu.
Apakah menyelipkan konten dakwah tersebut atas perintah pemilik modal atau dari redaksi atau pimpinan media online?
Kalau tujuannya untuk kerukunan atau toleransi, harusnya media online tersebut tidak menyelipkan konten dakwah atau menyematkan konten keagamaan dari semua agama yang ada. Artinya tidak hanya satu agama saja.
Inilah media-media online yang mulai bias dalam mengunggah konten suatu berita atau informasi.
Berdakwalah sesuai tempatnya!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews