Apakah benar informasi pada masa Presiden Soeharto Jakob Oetama pernah ditawari jabatan Menteri Penerangan RI? Memang benar tawaran tersebut, tetapi beliau menolak.
Cerita Mamak Sutamat, wartawan Kompas purnatugas yang menulis pengalamannya di PepNews.com ini menurut saya sangat menarik. Mengapa tidak, karena sebagai seorang wartawan, sudah tentu tulisannya enak dibaca.
Adalah atas jasa wartawan senior harian Kompas, Valens Goa Doy di Grup Pers Daerah Kompas, saya menjadi wartawan luar negeri di Biro Jakarta, Palmerah Barat, Jakarta. Waktu itu, saya baru saja menolak permintaan Pemimpin Grup Merdeka, Burhanudin Mohamad (B.M) Diah agar saya sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Topik (Grup Merdeka) menerbitkan majalah tanpa cover. Saya pun mengundurkan diri.
Ketika Sekretaris Redaksi Harian Kompas, Azkarmin Zaini hengkang dan membentuk manajemen baru di harian Pelita, saya ikut bergabung.
Saya bergabung di Kelompok Kompas (dulu namanya Pers Daerah) pada tanggal 15 Maret 1989 hingga 17 Juni 1990. Singkat sekali, karena saya kemudian bergabung dengan mantan wartawan Kompas, Sudirman Tebba, Purnama Kusumaningrat dan seorang lagi Zaili Asril di bawah pimpinan mantan Sekretaris Redaksi harian Kompas, Azkarmin Zaini ke harian Pelita manajemen baru.
Harian Pelita gagal berkembang dan Azkarmin Zaini kemudian menjadi Direktur News, Sports & Corporate Communications televisi ANTV dan salah satu wartawan senior Indonesia. Sebelumnya dia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi ANTV sejak jaringan televisi itu berdiri tahun 1993 - 2005 dan pada tahun 2007 - 2010.
Waktu saya ingin pindah ke harian Pelita manajemen baru wartawan di Grup Kompas, Raymond Toruan menemui saya dan disinilah saya kenal baik dengan wartawan senior Grup Kompas, Theakarta Post, yang juga ikut mengurusi Pers Daerah Kompas waktu itu.
Akan halnya wartawan senior Kompas, Valens Goa Doy," dari beliaulah saya belajar kebaikan sebuah hati. Mana mungkin bila seseorang sudah menyatakan mengundurkan diri, kemudian kembali ingin bergabung, diterima.
Waktu itu saya ditempatkan Valens Doy di Persda Palembang, harian Sriwijaya Post. Itulah dia Valens Goa Doy, wartawan senior Kompas yang baik hati.
Ketika terdengar wartawan senior Valens Goa Doy itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 21.30 Wita, Selasa 3 Mei 2005, saya berdoa semoga wartawan baik itu sudah hidup damai di alam sana.
Hubungan saya meski tidak lagi terjalin melalui dunia jurnalistik dengan Grup Merdeka, tetapi hubungan itu terjalin melalui penulisan buku. Terakhir saya menerbitkan buku sebagai editor buku: Catatan BM Diah, yang diterbitkan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, tahun 2018. Meski tidak terlihat peranan Penerbit Kompas, sesungguhnya kedua penerbitan ini bekerjasama.
Juga buku saya Jenderal TNI Anumerta Basoeki Rachmat dan Supesemar diterbitkan Grasindo dua kali, yaitu tahun 1998 dan diterbitkan lagi tahun 2008. Grasindo adalah PT. Gramedia Widiasarana Indonesia beralamat di Gedung Kompas Gramedia.
Menariknya yaitu ketika menulis buku: Rais Abin, Panglima Pasukan PBB di Timur Tengah 1976-1979 (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2012), waktu itu Pemimpin Umum Harian Kompas Jacob Oetama bersedia menulis "Sekapur Sirih," dalam buku tersebut.
Lebih menarik lagi pada hari Kamis, 26 Juli 2012, saya diajak Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Rais Abin menemui Pemimpin Umum dan Pendiri Harian Kompas Dr (HC) Jakob Oetama. Saya merasa bangga karena bisa menyaksikan kedua sahabat yang sezaman ini bersenda gurau di lantai VI Harian Kompas. Usia Jakob Oetama, tidak begitu jauh terpaut dengan Rais Abin karena beliau lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931.
Jakob Oetama sangat konsisten dengan tugasnya sebagai wartawan. Waktu itu ia merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia. Seorang rekan pernah membisiki saya, apakah benar atau tidak informasi itu bahwa pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beliau pernah ditawari jabatan Menteri Penerangan RI oleh Harmoko? Memang benar tawaran tersebut, tetapi Jakob Oetama menolak.
Pada waktu pembicaraan ini, Jakob Oetama ditemani Redaktur Senior Kompas August Parengkuan yang kemudian dipercaya menjadi Duta Besar RI untuk Italia. Tokoh Pers Jakob Oetama dan Redaktur Senior Kompas August Parengkuan juga sudah tidak ada, tetapi kalau saya mengingat Kompas, pasti ingat dengan mereka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews