Jadi Pendeta Tidak Perlu Kuliah Teologi? Tuhan Akan Berbicara Secara Langsung

Dibutuhkan orang yang yang mau terus belajar, akan bagus jika dia mau menempuh pendidikan formal yang tinggi agar kepintarannya itu boleh menjadi berkat bagi banyak orang.

Rabu, 14 Oktober 2020 | 15:21 WIB
0
454
Jadi Pendeta Tidak Perlu Kuliah Teologi? Tuhan Akan Berbicara Secara Langsung
Ilustrasi pendeta (Foto: Tribunnews.com)

Saya pernah berdebat dengan orang-orang yang menyepelekan pentingnya belajar Alkitab secara formal. Alasan orang-orang ini adalah,Tuhan akan berbicara secara langsung saat kita membaca Alkitab.

Jadi tidak perlulah menempuh dunia akademis, Apa lagi kuliah S1, S2 hingga bergelar Doktor untuk mendalami Alkitab.Kelompok orang yang berpikir seperti ini biasanya memandang Alkitab hanya sebatas panduan untuk jadi orang baik dalam kehidupan praktis.

Dalam hal ini saya tidak sedang mendiskreditkan mereka yang tidak punya kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi dalam bidang teologi tapi menjadi pendeta.Karena gelar pendeta tidak diberikan oleh universitas, melainkan oleh Gereja tempat seseorang melayani.

Tapi kalau memang punya niat untuk belajar Alkitab Tidak ada salahnya menempuh pendidikan Strata 1, strata 2 hingga menjadi seorang doktor dalam satu bidang teologi. Namun semua kembali pada tujuannya, jika ingin menjadi dosen memang harus kuliah minimal sampai S2.

Namun jika ingin menjadi pendeta, S1 saja sudah cukup.Bahkan di kampung-kampung ada begitu banyak pendeta-pendeta yang hanya menempuh pendidikan singkat selama 3 bulan.Setelah itu mereka merintis gereja sendiri.

Namun yang saya tidak setuju adalah, Bagaimana menempuh pendidikan yang tinggi dirasa tidak perlu dalam mempelajari Alkitab. Saya pikir jika ada salah satu jurusan yang paling rumit dan kompleks itu adalah jurusan teologi.

Itu kenapa dalam jurusan teologi sampai ada Doktor khusus bahasa Yunani, bahasa Ibrani, Perjanjian Lama dan perjanjian baru, Dokor biblika, Doktor sistematika dan lain-lain. Itu membuktikan bahwa jurusan teologi sangatlah rumit. Maka jika punya kesempatan untuk belajar dalam sekolah formal jangan lewatkan kesempatan itu.

Sebab antara kita dengan Alkitab, seperti yang dikatakan pendeta Esra Alfred Soru, terdapat beberapa gap yang memisahkan. Seperti waktu, sejarah, bahasa, budaya dll.

Dalam hal gap waktu misalnya.Alkitab ditulis ribuan tahun yang lalu, maka dibutuhkan pembelajaran tentang latar belakang sejarah suatu ayat ditulis sehingga tidak salah mengartikan. Dalam mempelajari latar belakang ini ada lagi yang namanya gap bahasa.

Bahasa ibrani dan yunani tentu berbeda dengan bahasa indonesia.Dalam mempelajari bahasa ini tentu juga harus memperhatikan budayanya. Dalam bahasa indonesia misalnya, biasanya suatu tulisan dijabarkan dulu baru disimpulkan, dalam bahasa Ibrani malah kebalikannya suatu tulisan disimpulkan dulu baru setelah itu diuraikan.

Untuk memahami semua ini seseorang harus belajar.Saya pernah membaca jurnal yang ditulis oleh Doktor Deky Hidnas Yan Nggadas. Judul Dari jurnal tersebut adalah, "iluminasi, eksegesis dan doa."

Dalam jurnal itu dikatakan bahwa menyelidiki atau meneliti Alkitab tetap harus dilakukan oleh orang Kristen. Karena jika yang dimaksudkan dengan Tuhan berbicara langsung adalah Tuhan berbicara lewat hati nurani, Hal itu pun tidak akan keluar dari apa yang pernah difirmankan oleh Allah dan tercatat di Alkitab.

Sebab kalau hanya mengandalkan hati nurani bisa saja kita salah.Bisa jadi itu imajinasi kita, kata hati kita sendiri yang dipengaruhi keinginan, bahkan mungkin suara setan.

Tapi pesan-pesan Allah sudah tersirat dan tersurat dan dikanonisasi di dalam Alkitab secara lengkap. Maka saat seseorang mempelajari Alkitab, di situlah iluminasi (pencerahan) terjadi.

Tapi kalau seseorang tidak pernah mempelajari secara Alkitab bagaimana dia akan mengalami pencerahan. Tentu tidak semua orang bisa mempelajari Alkitab dengan baik, mungkin karena latar belakang pendidikan Keadaan fisik kemampuan otak dan lain-lain.

Oleh karena itu dibutuhkan orang yang mau mempelajarinya dengan baik dan seksama. Tujuannya adalah, Setelah orang itu mempelajarinya dia bisa membagikannya kepada orang-orang yang kurang mampu untuk secara langsung mempelajarinya.

Maka dibutuhkan orang yang yang mau terus belajar, akan bagus jika dia mau menempuh pendidikan formal yang tinggi agar kepintarannya itu boleh menjadi berkat bagi banyak orang.

Maka di sini dunia akademis mengabdi pada pekerjaan Tuhan Oleh karena itu tidak boleh diremehkan.

Demikian tulisan singkat saya semoga memberkati.

***