Tahun 2020 menjadi masa yang berat bagi siapapun di muka bumi. Sejak penghujung tahun lalu, dunia mulai disibukkan dengan permasalahan virus corona.
Waktu terus bergulir, namun persoalan belum kunjung usai. Hal itu terasa hingga memasuki bulan puasa dan kala Idul fitri tiba.
Perayaan Idul Fitri kali ini tak lagi sama seperti sediakala. Tak ada suara takbir menggema ditiap masjid.
Tak ada warga yang berbondong datang ke masjid sembari membawa sajadah dan alat solatnya. Tak ada deretan warga berkerumun dan saling bersalaman sebagai simbol memaafkan.
Kebanyakan dari mereka memilih untuk solat berjamaah dirumah. Begitu pula dengan yang dilakukan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dirinya solat dihalaman Wisma Bayurini, Istana Kepresidenan Bogor hanya bersama keluarga beserta sejumlah pengawal.
Dalam solat tersebut, Jokowi beserta jamaah lainnya juga memakai masker dan memberi jarak satu sama lain. Langkah ini selaras dengan kebijakan pelarangan solat berjamaah di masjid dan lapangan yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kendati demikian tak semua wilayah memberlakukan aturan tersebut. Misal di Masjid Khairul Huda di Mataram atau di Masjid Jami Al Hidayah di Bekasi Timur, Jawa Barat tetap mengadakan solat Ied karena masuk wilayah berzona hijau alias nol pasien positif Covid-19.
Apalagi ziarah kubur ataupun mudik ke kampung halaman tampaknya itu mustahil untuk dilakukan di masa pandemi ini. Selain dilarang, Jakarta masuk ke dalam zona merah penyebaran Covid-19.
Kedua tradisi khas bulan ramadhan itu, dikhawatirkan bakal mengundang kerumunan. Terlebih durasi PSBB di Jakarta diperpanjang hingga 4 Juni mendatang.
Namun ragam tradisi tadi seakan bisa terobati dengan kemudahan berkomunikasi dan kecanggihan teknologi di masa kini. Berkat teknologi-lah semua sanak saudara dan kerabat yang tinggal berjauhan pun tetap dapat menyambung silahturami. Mulai dari sekadar bertukar kabar lewat chatting, telepon, hingga bertatapan lewat layar ponsel.
Kondisi itu otomatis membuat penyedia internet mendulang rezeki berkali-kali lipat. Misalnya IndiHome dan Biznet mencatat adanya lonjakan trafik data sejak diberlakukannya kebijakan Work From Home (WFH).
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), peningkatan mencapai angka 20 persen. Sedangkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) mencatat, kenaikan trafik data sekitar 10-15%.
Kemudian pihak IndiHome turut mengungkapkan bahwa ada peningkatan jumlah pelanggan baru, kira-kira 30-40 persen hanya dibulan Maret saja. Lonjakan trafik didominasi oleh penggunaan aplikasi belajar online seperti Ruangguru, Paket Ilmupedia, dan Google Classroom yang meningkat lebih dari 5404 persen.
Ada pula peningkatan pengguna layanan aplikasi penunjang untuk bekerja dari rumah yakni layanan konferensi video seperti Zoom, Microsoft Teams, dan CloudX milik Telkomsel lebih dari 443 persen. Aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Line, dan Telegram naik hingga 40 persen dan gim online sebesar 34 persen.
Meski begitu tetap saja, rindu ingin jumpa terus menggebu-gebu dalam dada dan sayangnya masih harus tertahan hingga waktu yang tak ditentukan. Demi meminimalisir penularan dan menjaga kesehatan kita.
Oleh: Sony Kusumo
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews