Banyak tokoh diusulkan agar mendapat gelar pahlawan nasional, tetapi hanya sedikit sekali yang diberi gelar oleh Presiden. Paling-paling dalam setahun hanya satu gelar pahlawan nasional.
Sudah bertahun-tahun lamanya, warga masyarakat Lampung Timur menyimpan harapan besar kepada pemerintah agar memberi gelar Pahlawan Nasional kepada kiai, ulama, panglima perang, dan pemikir Islam, KH Ahmad Hanafiah.
Berbagai kajian akademik, penerbitan buku, diskusi, serta pembangunan monumen tentang Ahmad Hanafiah, telah dijalankan oleh pemerintah daerah bersama segenap elemen masyarakat untuk mendukung penganugerahan gelar tersebut.
Pada era pemerintahan Bupati Zaiful Bokhari ini, akankah gelar pahlawan nasional untuk Ahmad Hanafiah itu bisa menjadi kenyataan?
Ahmad Hanafiah yang lahir di Kota Sukadana, Lampung Timur 1905 ini dikenang sebagai pejuang di daerah Lampung. Dia gugur dalam perang melawan kolonial Belanda pada 17 Agustus 1947 di Kota Baturaja, Sumatera Selatan. Waktu itu, Lampung masih bagian dari Sumatera bagian Selatan yang beribukota di Palembang.
Seperti dikutip dari media berhaluan Nahdlatul Ulama (NU) nu.or.id, Ahmad Hanafiah tercatat pernah menjadi Ketua Serikat Dagang Islam wilayah Kawedanan Sukadana tahun 1937-1942. Selama aktif di organisasi dagang itu, Ahmad Hanafiah juga mengelola berbagai usaha kecil dan menengah yang bergerak dalam industri rokok kretek, mebel, dan sabun.
Pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk Ahmad Hanafiah pada era pemerintahan Zaiful Bokhari kepada pemerintah pusat bisa menjadi semacam kado manis bagi masyarakat Lampung Timur jelang hari Pahlawan 10 November 2020.
Dan, pengajuan itu harus benar-benar dikawal agar gelar Pahlawan Nasional bisa disematkan kepada Ahmad Hanafiah. Jika gelar itu disematkan kepada Ahmad Hanafiah, tentu bisa memberi efek psikologis yang luas kepada Lampung Timur. Efeknya, bisa menaikkan kepercayaan diri masyarakat dalam pergaulan nasional karena putera daerahnya ikut tercatat dalam pergerakan menegakkan kedaulatan Republik ini.
Secara moril, penganugerahan pahlawan nasional kepada Ahmad Hanafiah juga bisa menumbuhkan semangat bela negara di kalangan warga masyarakat, khususnya kalangan santri di Lampung, mengingat dia adalah tokoh yang lahir dari kalangan pondok pesantren.
Dengan diusulkannya Ahmad Hanafiah menjadi pahlawan nasional, sebenarnya sama saja dengan membuat promosi kalangan santri ke tingkat nasional. Promosi di sini dalam arti bahwa salah seorang tokoh santri berusaha dinaikkan citranya sebagai salah satu pilar penjaga kedaulatan Republik ini.
Dan, promosi ini akan menjadi kebanggaan bagi santri warga Lampung Timur untuk ikut aktif membela negara dalam segala aspeknya, termasuk dalam kehidupan berpolitik dan berdemokrasi.
Jika kemudian upaya mengusulkan Ahmad Hanafiah menjadi Pahlawan Nasional diberi apresiasi tinggi oleh kalangan santri dan pesantren tentu menjadi keberuntungan bagi kepemimpinan Zaiful Bokhari. Apalagi, Zaiful sendiri sedang menghadapi pertarungan politik pada pemilihan kepala daerah 2020.
Bukan hanya kalangan santri, warga Lampung Timur secara umum juga bisa memberi apresiasi tinggi kepada kepemimpinan Zaiful Bokhari jika Ahmad Hanafiah ini digelari Pahlawan Nasional, mengingat untuk mendapat gelar setinggi itu tidaklah ringan.
Selain melalui berbagai kajian akademis dan pengakuan dari masyarakat, gelar pahlawan nasional juga diseleksi secara ketat terutama di tingkat kementerian dan lingkaran kepresidenan.
Banyak tokoh diusulkan agar mendapat gelar pahlawan nasional, tetapi hanya sedikit sekali yang diberi gelar oleh Presiden. Paling-paling dalam setahun hanya satu gelar pahlawan nasional diputuskan oleh Presiden.
Krista Riyanto, Penulis dan mantan Jurnalis
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews