Untuk menjadi “makmur” (prosper), suatu perekonomian harus bisa menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan yang bisa meluaskan mobilitas vertikal secara lebih inklusif.
Mengapa setelah negara mengubah konstitusi dan mengadopsi beragam institusi demokrasi, penyehatan tata kelola negara tak kunjung terjadi? Mengapa pula setelah negara mengeluarkan begitu banyak uang untuk menstimulasi perkembangan ekonomi, kemakmuran rakyat tak banyak meningkat?
Baiklah hari ini saya membaca buku "The Prosperity Paradox: How Innovation Can Lift Nations Out of Poverty," Karya Clayton M. Christensen, et.al. (2019).
Lewat studi komparatif secara ekstensif, buku ini menyimpulkan bahwa perubahan tak bisa hanya mengandalkan push factor dari negara, melainkan harus mengikuti pull factor dari dinamika pasar dan pengalaman komunitas.
Tata kelola tak bisa asal meniru model dari luar, melainkan harus merefleksikan nilai budaya, yang tumbuh melalui pengalaman bekerja sama dalam meraih tujuan bersama, yang telah terbukti efektif dan berhasil.
Kemakmuran tak bisa diraih dengan mengandalkan program negara utk mengalokasikan aneka sumberdaya bagi kaum miskin.
Menjadi bangsa yang “makmur” (prosper) itu beda dengan bangsa yang “kaya” (rich). Sejumlah negara bisa jadi kaya hanya karena memiliki satu-dua sumberdaya alam yang berlimpah; namun kekayaan seperti itu tak bisa berkelanjutan, dan tak bisa mendorong mobilitas vertikal secara luas.
Untuk menjadi “makmur” (prosper), suatu perekonomian harus bisa menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan yang bisa meluaskan mobilitas vertikal secara lebih inklusif.
Dengan demikian, lokomotif kemakmuran itu terletak pada usahawan inovator yang bisa mengembangkan inovasi-teknologi yang dapat menciptakan pasar baru (market-creating innovation). Yakni usahawan yang dalam proses organisasi usahanya bisa mentransformasikan pekerja, modal, material dan informasi ke dalam produk dan jasa dengan nilai tambah yang lebih besar sehingga bisa menciptakan produk atau jasa yang belum ada di pasar; atau menciptakan produk dan jasa yang sudah ada di pasar, namun dengan lebih murah dan terjangkau oleh kalangan yang lebih luas (non-consumers).
Dengan demikian, usahawan inovator bisa melahirkan profit untuk direinvestasikan, lapangan kerja, peluang-peluang usaha ikutan, serta perubahan tata kelola dan budaya baru yang mendukung kemakmuran inklusif dan berkelanjutan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews