Indonesia sebagai Pusat Peradaban Masa Depan

Founding fathers kita telah menyiapkan Indonesia sebagai pusat peradaban masa depan di mana mereka mengajarkan untuk berpikir positif tentang manusia-manusia.

Senin, 12 Agustus 2019 | 20:54 WIB
0
358
Indonesia sebagai Pusat Peradaban Masa Depan
Pelatihan kebangsaan (Foto: Dok. pribadi)

Tahukah Anda, bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, adalah pernyataan kemerdekaan sepihak tanpa perundingan dengan negara manapun? Tahukah pula Anda, bahwa hal ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah modern dunia pada 17 Agustus 1945 tersebut? Tahukah Anda bahwa tidak ada satu negara pun yang mengakui proklamasi itu dengan segera, kecuali Australia?

Tahukah pula Anda, bahwa undangan peringatan kemerdekaan yang disebar kepada dutabesar negara sahabat, tidak pernah dihadiri oleh duta besar Belanda hingga tahun 2004? Dan ketika untuk pertama kalinya perwakilan Belanda hadir pada 17 Agustus 2005, bukan Ratu Beatrix yang datang, bukan pula Perdana Menteri Jan Peter Balkenende. Yang datang adalah Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot, yang lahir di Indonesia pada 21 November 1937.

Tahukah pula Anda, bahwa selama 1946-1949, Australia bersedia menjadi wakil Pemerintah Indonesia di sejumlah persidangan di PBB, sementara rakyat Indonesia berdarah-darah mempertahankan kemerdekaannya? Tahukah Anda, bagaimana perjuangan luar biasa Indonesia, dari status tak diakui oleh negara-negara di dunia, menjadi negara yang menginspirasi negara-negara di Asia dan Afrika 10 tahun kemudian pada 1955? Apakah hal itu bisa dibayangkan oleh rakyat sebelum kemerdekaan? Mengapa ada orang gila yang bisa mewujudkan yang tidak mungkin seperti itu?

Tahukah Anda, pada tahun 1945 itu, lebih banyak rakyat Indonesia yang terpelajar, yang ragu atas proklamasi kemerdekaan Indonesia, dibanding yang yakin bahwa langkah itu adalah langkah yang benar? Bagi banyak orang terpelajar itu, cerita kekejaman Belanda dan Jepang tidak cukup untuk meyakini langkah berani yang dilakukan oleh founding fathers bangsa. Perubahan yang besar, selalu lebih banyak memunculkan penentang, daripada pendukung.

Untunglah, ada seorang Soekarno yang bisa menyampaikan pidato yang menggelegar, yang menginspirasi, yang menyebabkan rakyat yang sebetulnya masih minoritas, turut berteriak membahana. Untunglah, barisan minoritas rakyat yang semangat ini bisa mengawal proklamasi itu. Untunglah ada barisan founding fathers yang telah memikirkan berbagai langkah, walau dengan tergesa, dalam suasana ketakpastian yang luar biasa.

Tapi tahukah Anda, dengan lebih banyak orang yang ragu di Indonesia, dan lebih banyak lagi yang terkejut di Belanda, ada 4 wanita Belanda yang bertolak dari Pelabuhan Rotterdam pada 6 Desember 1946, menuju Indonesia untuk turut mendukung kemerdekaan Indonesia? "Saya diantar orang tua yang menangis-nangis. Mereka tidak keberatan saya berpihak kepada Indonesia. Mereka keberatannya saya pergi jauh," demikian kata salah seorang dari 4 wanita Belanda itu.

Mengapa ada sebagian (kecil) teman kita, warga negara Indonesia, yang menganggap, Indonesia adalah negara yang salah? Dan mereka ingin menggantinya menjadi negara dengan bentuk yang sama sekali berbeda?

Founding fathers kita memang luar biasa. Mereka tidak memulai negara ini dengan klaim sepihak. Misalnya, Indonesia harus berbasis Islam. Indonesia harus berbasis komunis. Indonesia harus berbasis demokrasi modern.

Tapi apa yang dilakukan oleh mereka? Mereka memulainya dengan konsensus, yang walaupun melelahkan, dan membutuhkan waktu, tapi amat penting untuk memberi dasar yang kuat bagi bangsa ini. Tidak seperti negara tetangga yang "dihadiahi" kemerdekaan oleh penjajahnya, dengan pengaturan oleh sang mantan penjajah.

Sebagian founding fathers bangsa menuliskannya, tapi dalam bentuk gagasan terbuka, yang merangsang pemikiran. Mereka menyiapkan dirinya untuk menerima gagasan apa pun yang lebih baik, atau terbuka terhadap sinergi pemikiran. Mereka menaruh hormat yang tinggi terhadap beragam pemikiran yang berbeda. Sebagian mereka itu sungguh berjiwa negarawan, sekaligus cendekiawan.

Akhirnya, muncullah Pancasila, Mukadimah UUD 45, prinsip negara kesatuan, dll. Betapa gigihnya mereka untuk menangkap aspirasi setiap kelompok masyarakat dan daerah, dan menemukan butir-butir yang diterima oleh semua, yang disepakati bersama. Selama masih ada perbedaan pandangan, dicarilah prinsip-prinsip yang lebih mendasar, yang akhirnya diterima bersama.

Dari hasil rembug bersama seluruh kelompok masyarakat dan daerah, disepakatilah 5 butir yang mendasari kehidupan bersama. Elaborasi dari 5 kesepakatan dasar itu diberi pengantar kata-kata berikut.

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

"Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."

"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."

Perjuangan berbasis kesepakatan bersama, dimulai jauh sebelum hari-hari atau tahun-tahun menjelang kemerdekaan, yaitu belasan tahun sebelumnya. Pada saat itu, pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia, sebelum kita diikat dengan nama INDONESIA, bisa berkumpul bersama pada 28 Oktober 1928, untuk menyepakati landasan bersama, dan mimpi-mimpi bersama.

Pertama
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia.
Kedoea
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Firstly
We the sons and daughters of Indonesia, acknowledge one motherland, Indonesia.
Secondly
We the sons and daughters of Indonesia, acknowledge one nation, the nation of Indonesia.
Thirdly
We the sons and daughters of Indonesia, respect the language of unity, Indonesian.

Suatu masterpiece kesepakatan bersama, yang singkat, padat, tapi kuat. Suatu masterpiece yang agung, yang menghadirkan jiwa-jiwa dengan kehendak untuk hidup bersama, berjuang bersama, maju bersama. Masterpiece yang dikumandangkan oleh barisan pemuda-pemudi, dari yang keriting, lurus, putih, hitam, sipit, melotot, pendek, maupun tinggi, tapi dengan merah-darah yang sama, putih-tulang yang sama, dari berbagai pulau, yang belum bernama INDONESIA.

Karena itu, saya setuju HTI dibubarkan, sepanjang melalui proses hukum yang benar, karena tertulis jelas dalam dokumen, HTI ingin membentuk negara yang menurut klaim sepihak adalah bentuk negara yang terbaik. Mengapa sebagai muslim mereka melakukan itu? Bukankah Muhammad SAW junjungan mereka, telah memberikan contoh untuk tidak memulai kehidupan bersama dengan klaim kebenaran sepihak?

Ketika memimpin (negara) Madinah, Muhammad SAW mendasarkan kepemimpinannya atas konsensus bersama. Beliau mengumpulkan seluruh pemimpin kelompok, untuk menyepakati dasar-dasar untuk hidup bersama. Dari musyawarah itu, dilahirkanlah piagam Madinah. Setelah itu, piagam itu menjadi rujukan kehidupan bersama.

Bagaimana beliau mengumpulkan para pemimpin kelompok? Apakah dengan mengatakan, bahwa saya utusan Allah, yang berhak menjadi pemimpin kalian? TIdak! Beliau membangun komitmen diri untuk menjadi orang yang jujur, yang dapat dipercaya, yang dapat mendengar perbedaan pandangan, yang pada akhirnya menjadi yang dipercaya, dan diminta beberapa kali, untuk menyelesaikan perbedaan di antara kelompok yang ada. Lewat kepercayaan yang tumbuh itulah, beliau mampu mengajak semua kelompok untuk membangun kesepakatan bersama.

Ketika belakangan beliau menghukum beberapa kelompok Yahudi, beliau tidak menggunakan "dasar negara Islam", tapi mendasarkannya pada piagam Madinah yang dilanggar.

Piagam Madinah mensyaratkan kerjasama semua kelompok, jika terjadi serangan. Nah, saat Quraisy Mekah menyerang Madinah, beberapa kelompok Yahudi membocorkan pertahanan Madinah, bahkan sebagian lainnya bergabung dalam penyerangan Madinah. Hukuman yang sangat layak, karena pada situasi perang, membantu kelompok yang hendak melakukan genocide.

HTI tidak memahami prinsip konsensus dalam penyelenggaraan kehidupan bersama. Banyak pula umat Islam yang tidak memahami prinsip yang secara jelas dicontohkan oleh rasulullah junjungan mereka. Sekali lagi, Muhammad SAW menghukum kelompok pengkhianat berdasarkan pelanggaran konsensus bersama, bukan berdasarkan ayat-ayat Quran. Itulah prinsip yang sangat mendasar untuk kehidupan bersama.

Karena itu, saya sangat setuju HTI dibubarkan, sepanjang melalui proses hukum yang benar, dan tanpa seorang pun anggota, pengurus, atau pimpinannya ditangkap dan dipenjara. Mereka adalah warga bangsa, yang juga memiliki keinginan baik seperti kita semua. Semoga mereka semua tetap bersatu dalam semangat yang sama, dengan kita semua.

Founding fathers kita memang luar biasa. Mereka tidak hanya merumuskan hal-hal yang diperlukan bagi kehidupan bersama di dalam negara yang namanya Indonesia. Mereka merumuskan juga prinsip-prinsip kehidupan bersama di bumi ini, dengan menghargai hak setiap bangsa untuk hidup merdeka.

Karena itu saya pernah bilang, Indonesia akan menjadi pusat peradaban berikut di bumi ini. Mengapa? Karena memiliki keunggulan dari superpower saat ini yaitu Amerika. Amerika Serikat bisa menganggap dirinya pusat peradaban saat ini. Dan mereka memang layak mencapai puncak, karena nilai-nilai luhur yang dikembangkan founding fathers-nya, dan yang berkembang dalam masyarakatnya.

Tapi dalam hubungan internasional, Amerika tidak mendasarkan kebijakannya pada prinsip-prinsip etika pergaulan intenasional yang baik. Mereka banyak melanggar hukum internasional, misalnya menyerang Irak tanpa mandat dari PBB, melakukan kebohongan dalam usaha menjatuhkan Suriah, dll.

Indonesia akan menjadi pusat peradaban berikut, bukan hanya karena founding fathers kita telah menciptakan landasan kehidupan bersama yang baik, tetapi juga karena berpotensi untuk membangun hubungan antar-negara yang didasari sikap saling menghormati. Founding fathers kita telah menciptakan prinsip-prinsip untuk kehidupan bersama antar-negara, yang bisa menginspirasi negara-negara di dunia.

Mari kita perhatikan bagaimana untaian kata yang baik dan indah dirumuskan oleh founding fathers kita, yang diabadikan dalam UUD 1945. Pemerintah Negara Indonesia dibentuk tidak hanya untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah Negara Indonesia juga dibentuk untuk “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Inilah satu dari sedikit piagam kemerdekaan bangsa di dunia, yang tidak hanya melihat ke dalam, tapi juga membuka pandangan luas ke luar. Dan pernyataan lantang dalam UUD 1945 disampaikan tanpa menunggu diskusi-diskusi di PBB. Rumusan tujuan-tujuan mulia diarahkan bukan hanya untuk segenap bangsa Indonesia, tapi juga untuk bangsa-bangsa di dunia.

Founding fathers kita jelas sangat mengetahui, bahwa pernyataan kemerdekaan sepihak, tanpa melalui PBB, memiliki risiko untuk mendapatkan perlawanan dari para penjajah. Atmosfer saat itu masih dikuasai oleh rasa kebesaran bangsa-bangsa berdasarkan kemampuannya untuk menang, untuk menaklukkan, untuk menjajah. Tapi sungguh luar biasa, di tengah ancaman perlawanan dan penyerangan, tidak ada satu kata pun dalam UUD 1945, yang menggelorakan kesiapan untuk berperang melawan serangan dari luar.

Founding fathers kita memutuskan untuk tidak menggunakan kata-kata negatif, kata-kata pesimis, kata-kata defensif yang menggambarkan pertahanan diri untuk melindungi dari kemungkinan serangan. Founding fathers kita memutuskan untuk menggunakan kata-kata positif, yang lahir dari keinginan baik, dan maksud-maksud yang luhur. Muncullah ajakan untuk bersama menjaga ketertiban dunia, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi bangsa-bangsa.

Itulah sebabnya, mengapa Indonesia bisa menginspirasi negara-negara di Asia dan Afrika untuk merdeka. Itulah pula sebabnya mengapa seluruh pimpinan negara-negara Asia dan Afrika, dengan ringan kaki dan bersemangat hadir di Bandung, Indonesia, 10 tahun setelah Indonesia merdeka, untuk menegaskan keinginan bersama, dengan tujuan baik dan mulia, sejalan dengan kata-kata dalam UUD kita. Dan nama “Bandung” dan angka “1955” ada dalam buku sejarah di hampir seluruh negara-negara Asia dan Afrika.

Founding fathers kita telah menyiapkan Indonesia sebagai pusat peradaban masa depan. Mereka mengajarkan kita untuk tidak cengeng, mengeluhkan apa yang ada di sekitar kita sekarang. Mereka mengajarkan kita untuk membangun mimpi masa depan, seperti yang dirumuskan dalam Sumpah Pemuda 1928. Mereka mengajarkan kita untuk berani melangkah, dengan landasan tujuan yang baik, indah, dan mulia.

Founding fathers kita telah menyiapkan Indonesia sebagai pusat peradaban masa depan. Mereka mengajarkan untuk berpikir positif tentang manusia-manusia, yang memang memiliki fitrah kecenderungan kepada kebenaran, kebaikan, ketulusan, keindahan, dan keluhuran budi.

Karena itu mereka mengajarkan kita untuk tidak lelah menemukan prinsip-prinsip mendasar yang disepakati bersama, karena orang-orang itu pada dasarnya baik. Mereka juga mengajarkan kita untuk berpikir positif tentang bangsa-bangsa di dunia.

Itulah ajaran untuk menyiapkan kita, agar selalu menghargai saudara sebangsa, apa pun latar belakangnya, apa pun warna pandangannya. Itulah ajaran untuk menyiapkan kita menjadi pemimpin peradaban masa depan. Itulah ajaran untuk kita bersama mengalirkan kebaikan ke seluruh dunia, ke seluruh semesta.

Di atas itulah yang kusampaikan , kepada mereka . Sabtu 10 Agustus 2019 yang lalu.

***