Kalau suami meninggal duluan semua warisan jatuh ke istri. Tidak ada yang jatuh ke anak. Anak sudah cukup dibekali pendidikan. Baru kalau istri juga meninggal warisan jatuh ke anak.
Beredar luas di grup WA:
Mobil terbaik dari Jerman.
Rumah terbaik dari Swiss.
Istri terbaik dari Jepang.
Orang tua terbaik Tionghoa.
Saya mampir ke sebuah rumah yang halamannya saja 12 hektare. Yakni setelah saya selesai berbincang di salah satu pusat riset Kansas State University. Sabtu lalu.
Saya menikmati halamannya yang begitu luas. Begitu hijau. Dengan pemandangan hutan di belakang rumah. Hamparan gandum di depan. Di kejauhan. Yang sudah siap dipanen.
Saya masuk ke rumah itu. Sampai ke dapurnya. Saya lihat ada lukisan besar di dinding dapur. Lukisan pemandangan hijau. Pemandangan hutan di kejauhan.
Ups. Itu bukan lukisan. Ternyata itu jendela besar. Di dinding dapur. Hutan di lukisan itu ternyata hutan beneran. Di luar sana.
Apakah pemilik rumah itu orang kaya raya?
Sampai halamannya 12 ha?
Namanya: Rich Weber. Umurnya 78 tahun.
Ia bukan kaya raya. Bahkan bukan kaya. Ia pensiunan guru SMA.
Istrinya sudah berumur 76 tahun. Pensiunan pegawai penjara. Dia kuliah di ilmu perpustakaan. Tugasnya di penjara adalah di perpustakaannya.
Rumah itu hanya dihuni dua orang tua itu. Dua anaknya bekerja di kota lain. Yang terdekat berjarak 300 km. Yang perempuan belum mau kawin.
Fisik sang istri sangat lemah. Ia menderita alzheimer.
Dahlan Iskan
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews