Pada tangan Jokowi, mungkin Mbah Moen sedang mencontoh Rasulullah yang menciumi tangan seorang pemecah batu. Kulit yang kasar.
Sepulang dari perang Tabuk, Rasulullah kembali ke Madinah. Di sana dia disambut banyak orang. Seorang lelaki mendekatinya. Meraih tangan Rasulullah, hendak menciumnya.
Ketika tangan mereka bersentuhan, Nabi bertanya. "Kenapa kulit tanganmu kasar sekali?"
"Ya, Rasul. Aku ini bekerja pemecah batu. Hasilnya aku jual ke pasar untuk menafkahi keluargaku," jawabnya lirih.
Lalu, Rasulullah malah menarik tangan itu. Nabi mulia mencium tangan lelaki pepecah batu. Menciumi tangan yang kasar karena bekerja.
Rasul tidak pernah mencium tangan orang-orang kaya. Tangan yang halus karena terawat. Yang dicium oleh Nabi adalah telapak tangan seorang pemecah batu. Seorang yang bekerja keras.
Ketika kemarin saya menyaksikan video pertemuan Kyai Maimoen Zubair dengan Jokowi, saya teringat kisah itu. Mbah Moen hendak meniru akhlak Rasul. Ia bukan mencium tangan seorang Presiden. Kyai besar itu hendak mengapresiasi tangan yang bekerja keras. Seperti Rasul yang menciumi tangan pemecah batu.
Jokowi yang tangannya dicium kyai besar, tampak canggung. Tapi ia gak menarik tangannya. Ia menghargai Mbah Moen.
Inilah gambaran ketika akhlak bertemu akhlak. Kerendahatian bertemu kerendahatian.
Pasti ada yang nyinyir. Kyai kok, mencium tangan Presiden.
Yang mereka gak tahu, Mbah Moen adalah seorang kyai besar. Ia tahu bagaimana menghargai orang. Bukan kali ini saja Mbah Moen sebagai kyai sepuh mencium tangan mereka yang masih muda. Mbah Moen pernah mencium tangan KH Hasyim Muzadi. Di kesempatan lain ia juga mencium tangan seorang habib muda.
Pasti ada alasan sendiri yang hanya dipahami Mbah Moen. Ia kyai besar. Kealimannya dikenal. Hidupnya tawadhu. Pandangannya menembus bathin manusia.
Ciuman pada tangan bagi Mbah Moen adalah sebuah apresiasi ketulusan. Penghormatan. Pada tangan Jokowi, mungkin Mbah Moen sedang mencontoh Rasulullah yang menciumi tangan seorang pemecah batu. Kulit yang kasar. Telapak yang pecah.
Nabi mulia mencontohkan keindahan akhlaknya, dengan mencium tangan lelaki yang bekerja keras.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews