Kriminalisasi Masjid

Senin, 31 Desember 2018 | 08:32 WIB
0
590
Kriminalisasi Masjid
Masjid (Foto: Tirto.id)

Penulisan artikel Masjid Harus Terbebas dari Paham Radikalisme yang ditayangkan di PepNews mainnya kurang jauh, malas membaca pula, hanya mengandalkan kabar burung untuk referensi memperkuat argumen tulisannya.

Soal isu 41 masjid terpapar radikalisme, oleh penulisnya masih saja digoreng. Padahal BIN dan para pejabat tinggi yang kemarin gencar memprovokasi masyarakat dengan isu itu lagi tiarap karena malu gorengannya gagal total.
 
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan kriminalisasi ulama, kriminalisasi masjid, kriminalisasi khotib. Sayangnya, timses Prabowo ketika menjelaskan soal kriminalisasi ulama hanya sebatas pada soal ulama yang terjerat kasus hukum, hingga argumennya mudah dipatahkan dengan sekali tekuk.

Entah dapat inspirasi darimana BIN mendadak memgehembuskan isu itu. Dan celakanya, seluruh pejabat tinggi mengekor ikut menjadu provokator. Setelah didesak, barulah BIN mengaku bahwa 41 masjid yang terpapar radikalisme adalah hasil penelitian P3M yang dirilis setahun lalu.
 
Padahal, kalau kita baca rilis P3M setahun lalu, hasil penelitian itu dibantah oleh Wapres JK, bahkan Wakapolri dengan nada agak marah mengeritik hasil penelitian itu. Lebih celaka lagi, media yang sudah berubah menjadi humas pemerintah yang punya segudang data, pura-pura nggak tahu.

Tapi ketika konspirasi itu seolah sudah sempurna, Tuhan memberi jalan untuk membongkarnya. P3M diundang ke acara ILC. BIN yang juga diundang, takut datang. Barulah terbongkar bahwa penelitian itu baru sekedar indikasi, belum bisa dijadikan konklusi. Boleh dibilang penelitian itu masih sangat mentah. Bahkan JK yang juga jadi pembicara terheran-heran.
 
Bukan soal masih indikasinya, tapi metode yang digunakan penelitian itu bikin JK geleng-geleng kepala. Juga di acara itu terbongkar organisasi yang menjadu sponsor penelitian itu. Ternyata bukan dari NU, tapi dari geng yang itu-itu juga, yang menjadikan isu intoleransi sebagai barang dagangan.

Setelah acara ILC itu, kontan isu 41 masjid terpapar radikalisme menghilang tanpa bekas. BIN dan para pejabat yang semula menghembuskan isu itu boro-boro minta maaf, seolah mereka tidak pernah bicara isu itu. Jadi aneh bin ajaib kalau penulis artikel ini masih saja menjadikan isu basi itu sebagai fakta.

Saya sih menduga, kalau isu nggak digagalkan akan menjadi sandaran pro petahana untuk melancarkan fitnah, kalau Prabowo berkuasa maka kaum Islam radikal akan menguasai negeri ini. 

Kan sudah ada isu Prabowo berencana mendirikan negara khilafah. Setelah isu itu gagal total, lalu beralilh ke isu Prabowo antek Yahudi, lalu beralih lagi ke isu Prabowo Kristen. Kalau tiga isu digabung menjadi satu, maka isunya absurd banget. Prabowo adalah kristiani sekaligus antek Yahudi yang akan mendirikan negara khilafah berdasarkan syariat Islam. Kurang absurd gimana,coba?
 
***