Mungkin keadaan jauh membaik bila kita menjadi Laura yang jujur dan bijak dalam menyebar informasi, sekaligus menjadi Mary yang sabar mendengar.
Salah satu bagian yang kerap membuat saya terharu saat membaca Laura Ingalls Wilder, seri novel kegemaran saya sejak kecil, saat Pa meminta Laura menjadi 'mata' bagi Mary, kakaknya.
Demam merah (scarlet fever) membuat Mary buta. Sejak Mary mulai tak dapat lagi melihat, Pa meminta Laura menceritakan apapun yang dilihatnya pada Mary. Membantu Mary memahami apa yang terjadi sekaligus juga pemandangan daerah-daerah baru yang mereka jelajahi sebagai keluarga pionir Amerika.
Laura bisa menceritakan dengan indah bagaimana matahari terbit di Danau Perak. "Malam masih membayang di barat laut, tetapi Danau Perak telah gemerlapan bagaikan kertas perak di antara padang rumput yang berumput tinggi..."
"Itik-itik liar ribut di barat daya. Burung-burung camar memekik-mekik di atas danau melawan angin fajar. Seekor angsa liar terbang naik dari permukaan air, dengan jeritannya yang memekakkan telinga. Satu-satu kawan-kawannya menjawab dan mengikutinya terbang. Mereka membentuk garis segitiga dan dengan kepakan sayap-sayap kuat terbang gagah ke arah matahari terbit... " demikian tulis Laura.
Mary begitu bahagia mendengarnya. Memujinya," Kau pandai bercerita, Laura, bila kau bercerita kau bagaikan membuat suatu lukisan... "
Begitulah kekuatan narasi. Membuat orang yang tak melihat, tak memahami, menjadi paham. Namun sesekali Mary tak percaya narasi Laura.
Pernah suatu kali, dalam perjalanan di atas kereta gerobak bersama keluarganya, Laura menjelaskan pada Mary apa yang dilihatnya. Saat itu Jerry Besar dengan kuda putihnya berderap ke arah matahari terbenam. Makin lama makin mengecil dari pandangan dan akhirnya hilang. Laura begitu terkejut dan berkata pada Mary, bila Jerry masuk ke matahari.
Mary tentu saja tak percaya, tapi Laura merasa telah mengatakan yang sebenarnya. Demikianlah, keterbatasan pengetahuan membuat Laura mungkin tak paham bila bumi ini bulat, sehingga meski Jerry tetap ada di tempat yang jauh di padang rumput itu, Jerry tak terlihat lagi. Dan tidak ditelan matahari.
Kita semua sebenarnya adalah Mary, dalam pengertian tak semua bisa kita lihat dan ketahui, sehingga kita memerlukan narasi-narasi agar kita mengerti. Tanpa harus ke Amerika, saya bisa membayangkan apa yang ada di sana dari narasi-narasi yang ada. Ini termasuk narasi modern yang menyertakan video, tak sekadar cerita lisan atau membaca.
Lalu bagaimana bila Laura ternyata pembohong dan tak jujur. Mary tentu akan jatuh dalam banyak pengertian yang salah. Tersesat akibat narasi-narasi Laura yang tak bisa dipertanggungjawabkan.
Bisa juga terjadi, Mary adalah orang yang mudah marah bila mendengar berita-berita yang tak disukainya. Laura tentu akan enggan berkata jujur pada Mary. Takut Mary mengamuk. Laura akan sangat memilah-milah informasi yang dikemukakan pada Mary, menghindari tindakan agresif Mary seperti memaki atau memukul Laura. Mary pun makin lanjut dalam ketidaktahuan dan kebodohan.
Inilah masalah utama era disrupsi informasi ini. Laura yang tak jujur dan sangat berkepentingan, ditambah Mary yang bodoh dan pemarah. Bisa jadi selaku Laura, kita adalah seleb, politisi atau influencer yang tak berhenti menebar kebencian atau content sampah. Termasuk citra-citra palsu.
Sebagai Laura, kita tak terbiasa membuat narasi damai. Kita senantiasa membandingkan satu dengan lainnya, sehingga bukan damai yang didapat tetapi masyarakat emosi dan saling penuh praduga. Polarisasi yang makin memisahkan kita dengan sekat berupa jurang yang dalam.
Saat membeli baju, dengan enteng kita berkata, "Baju ini mahal, sehingga bisa menjadi saingan baju-baju seleb."
Untuk apa berkata serupa demikian? Agar timbul musuh baru alih-alih merangkul lawan? Apalagi bila kita orang yang punya kelebihan di tengah orang-orang yang penuh keterbatasan. Bukan aneh seorang kaya membeli baju mahal. Privilege bukan sesuatu untuk disombongkan, tetapi dalam hening, diwujudkan.
Tetapi memang kita seringkali menjadi Mary-Mary yang bodoh. Yang tak menggunakan nurani, hanya suka mendengar narasi-narasi yang melampiaskan dendam dan ketidakmampuan kita. Maka konten-konten mengumbar kebencian, pamer dan penuh kebodohan laris manis.
Mungkin keadaan jauh membaik bila kita menjadi Laura yang jujur dan bijak dalam menyebar informasi, sekaligus menjadi Mary yang sabar mendengar.
Sesayup saya mendengar lagu The Sound of Silence:
"People talking without speaking
People hearing without listening
People writing songs that voices never shared
And no one dared
Disturb the sound of silence.."
#vkd
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews