Satu hal yang perlu diluruskan yaitu bahwa dokter Terawan bukan penemu/pencipta pengobatan stroke dengan DSA
Apapun standing Anda pada kasus dokter Terawan, apakah "membela" atau "menyalahkan" dirinya, ada sejumlah fakta yang perlu diluruskan, karena cenderung menjadi persepsi yang menyesatkan (misleading).
Pertama dan utama, dr Terawan bukan penemu (pencipta) terapi cuci otak untuk mengatasi stroke. Istilah "cuci otak" atau "spa otak" ini sebetulnya adalah DSA (Digital Substraction Angiography). Dan DSA ini sudah dilaksanakan semenjak tahun 1970an.
Dari namanya "angiography" artinya "gambaran pembuluh darah". Jadi, DSA ini adalah prosedur utk melihat/mendeteksi adanya penyempitan/penyumbatan pada pembuluh darah dengan cara dirontgen (x ray).
Untuk mendapat gambaran yang jelas dari pembuluh darah maka disuntikkan zat kontras dalam takaran tertentu. Zat kontras ini juga berfungsi menghilangkan gambaran radio-opaque dari tulang (kenanya disebut 'substraction'), sehingga gambaran pembuluh darah menjadi lebih jelas pada rontgen.
Pada prosedur DSA ini dimasukkan selang kecil yang disebut kateter mulai dari pembuluh darah di paha terus berjalan sampai ke pembuluh darah di otak. Untuk mencegah terjadi koagulasi (penggumpalan sel darah) pada ujung kateter atau pada permukaan luar selang kateter, maka disemprotkan "heparin" secara berkala selama prosedur DSA dilaksanakan.
Heparin ini sudah lama diketahui memiliki sifat mencegah terjadinya pembekuan/penggumpalan darah yang dalam istilah awam disebut dengan "pengencer darah". Dan memang heparin ini sudah dipakai untuk pengobatan sejumlah penyakit jantung dan pembuluh darah.
Yang menjadi pertanyaan besar apakah heparin yang disemprotkan pada prosedur DSA bisa mengatasi stroke?
Riset-riset tentang hal ini sudah cukup banyak dilakukan. Dan hasil riset medis ini mengatakan bahwa Intra Arterial Heparin Flushing in Cerebral DSA tidak menunjukkan perbaikan pada kasus stroke iskemik. Seperti diketahui stroke ada dua yaitu stroke iskemik (krn penyempitan pembuluh darah di otak) dan stroke haemoragik (karena pecahnya pembuluh darah/perdarahan di otak). Malahan karena sifat heparin yang memperlambat pembekuan darah, justru memicu perdarahan di otak lebih parah.
Jadi, pada intinya, DSA dengan flushing heparin belum terbukti (evidence-based) berhasilguna (efektif) untuk mengatasi stroke. Dan kerena belum evidence-based tentu tidak "legal" untuk diterapkan pada pasien-pasien stroke. Saya katakan "belum" sebab mungkin saja di suatu waktu kelak, dari riset-riset lanjutan bisa terbukti bahwa DSA dengan flushing heparin memang efektif untuk mengatasi stroke.
Satu hal yang perlu diluruskan yaitu bahwa dokter Terawan bukan penemu/pencipta pengobatan stroke dengan DSA.
DSA sudah lama dilakukan oleh dokter spesialis radiologi untuk diagnosis, tapi bukan untuk terapi. Dan karena dokter Terawan adalah seorang spesialis radiologi, maka muncul isu lain yang berkaitan dengan kode etik kedokteran yang mengatakan bahwa dokter spesialis tidak berhak untuk mengobati pasien yang tidak berada pada ranah (domain) spesialisasinya. Misalnya, dokter mata yang mengobati pasien yang sakit jantung.
Untuk argumentasi-argumentasi lain, misalnya "bukti bahwa banyak pasien stroke yang sembuh dari tangan dr Terawan", "sanksi dipecat seumur hidup yang tidak sepadan dengan kesalahannya", saya serahkan kepada judgment kita masing-masin. Sebab hal ini sangat subyektif sifatnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews