Sekalipun manusia secara agama atau spritual adalah derajatnya lebih tinggi atau mulia dari hewan, tapi tak jarang perilaku manusia seperti hewan.
Will Smith dijatuhi hukuman atau dilarang menghadiri Oscar selama 10 tahun. Ini imbas dari perbuatannya menggampar atau menampar Chris Rock dalam ajang Academy Awards atau Oscar 2022.
Sebelum dijatuhi hukuman yaitu dilarang menghadiri Academy Awards sepuluh tahun ke depan, Bill Smith sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dan ia sadar akan merugikan dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol emosi. Bill Smith juga memutuskan keluar dari Academy Awards.
Bill Smith menggampar atau menampar Chris Rock demi membela istrinya yang dijadikan bahan candaan atau lelucon oleh Chris Rock.
Ternyata, Chris Rock tidak tahu kalau Jada Pinkett gundul atau botak akibat menderita penyakit yang mengharuskan kepalanya botak atau plonstos.
Tindakan Bill Smith menggampar atau menampar Chris Rock mendapat suport atau dukungan dari nitizen+62, terutama kaum hawa. Dan tak sedikit kaum Adam juga memberikan suport atau dukungan atas tindakan Bill Smith.
Buat kaum hawa, ia merasa terhormat atau tersanjung dan merasa dilindungi oleh pasangannya sekalipun dengan melakukan kekerasan kepada orang lain. Bagi kaum adam, ia beralasan sudah seharusnya membela pasangan ketika dilecehkan atau dijadikan lelucon oleh laki-laki lain.
Opini ini bukan untuk menilai benar atau salah atau setuju-tidak setuju tindakan Bill Smith menampar Chris Rock. Tetapi ingin melihat dari sudut pandang yang lain yaitu mengapa laki-laki cenderung emosi atau melakukan tindakan kekerasan manakala pasangannya atau istrinya dilecehkan baik secara verbal atau fisik oleh laki-laki lain?
Sering kita mendengar atau melihat, pertengkaran atau perkelahian antara laki-laki dengan laki-laki lain karena dipicu permasalahan demi membela istrinya atau pasangannya karena telah dilecehkan (baik verbal atau fisik). Tak jarang atas nama membela pasangan melakukan kekerasan dengan senjata tajam dan berakhir dengan kematian. Dan harus mempertanggungkan perbuatannya dan harus mendekam diterali besi atau penjara.
Ketika laki-laki emosinya memuncak karena pasanganya atau istrinya diganggu atau dilecehkan oleh laki-laki lain dan melakukan kekerasan fisik, sejatinya ia kembali ke basic insting atau naluri dasar.
Secara naluri atau insting, ketika pasangan atau istri diganggu atau dilecehkan oleh laki-laki lain akan membuat emosi dan cenderung akan melakukan kekerasan fisik dan tak jarang berakhir dengan kematian. Lelaki yang melambai pun juga bisa jantan banget, manakala pasangannya atau istrinya diganggu. Kalah-menang atau bonyok urusan belakangan.
Ini juga berlaku dalam dunia hewan yang juga mengandalkan naluri atau insting dalam aktivitas kehidupannya. Hewan juga punya perasaan sedih, bahagia, emosi dan dendam atau menuntut balas seperti manusia.
Dalam dunia hewan yang berpasangan, ternyata perilukanya tak jauh berbeda dengan manusia atau laki-laki yaitu kalau pasangan betinanya diganggu oleh pejantan lainya, maka penjantan yang menjadi pasangan betinanya juga akan emosi dan berkelahi dengan penjantan pengganggu tadi. Bahkan juga sampai berdarah-darah. Hanya, dalam dunia hewan kalau salah satu penjantan kalah, maka betina akan menjadi milik atau pasangan jantan yang menang dalam perkelahian.
Sekalipun manusia secara agama atau spritual adalah derajatnya lebih tinggi atau mulia dari hewan, tapi tak jarang perilaku manusia seperti hewan.
Secara biologi manusia dan hewan dalam satu keluaga sepecies yang sama dan wajar saja terkadang perilakunya terkadang ada kesamaan. Seperti membela pasangan karena diganggu oleh laki-laki atau pejantan lainnya.
Jadi laki-laki kalau lagi emosi dan melakukan kekerasan karena membela pasangan atau istri, ia kembali ke naluri dasar seperti hewan yang juga menggunakan naluri atau insting dalam membela pasangannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews