Tidak perlu ragu untuk memahami bahwa Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil) itu berbeda manfaat dengan Eucalyptus Oil. Manfaatnya itu sama.
Kemarin malam saya membaca tulisan di sebuah media online Indonesia bagaimana minyak atsiri Eucalytpus dijadikan salah satu alternatif untuk melawan perkembangan Covid19 di Indonesia. Ketika saya posting disebuah FB grup dimana saya jadi member, berita itu cukup mengejutkan beberapa kawan.
Ada yang meragukan kebenaran dan kualitas kemampuan Eucalyptus Oil sebagai obat melawan Covid19 yang mujarab. Dibilang, belum ada penelitian serius yang menyatakan bahwa minyak eukaliptus kayu putih itu bermanfaat melawan CoVID19.
Ada yang ber-reaksi: Apa benar itu sudah teruji secara klinis dan ilmiah? Bahwa minyak kayu putih (Cajuput Oil) itu beda dengan Eucalyptus Oil, manfaatnya tidak sama. Sungguh, saya juga jadi penasaran. Masa saya posting berita ngawur dan tidak bikin orang sehat dan bertahan melawan serbuan Covid19?
Iseng saya riset cari data dari lembaga yang menurut saya dipercaya dalam meneliti di bidang pengobatan dan kesehatan manusia di Amerika Serikat. Seperti biasa, rujukan saya itu pada National Institute of Health (NIH). Ini adalah lembaga kesehatan milik pemerintah Amerika yang teruji secara sains, secara ilmu pengetahuan. Mereka banyak meneliti pengobatan-pengobatan alternatif untuk penyakit-penyalit langka di Amerika Serikat. Dan ajaibnya, mereka memang pernah meneliti manfaat Cajuput Oil juga.
Dari hasil penelusuran saya, saya mendapatkan informasi bahwa Cajuput Tree itu masih satu keluarga dengan Eucalytpus. NIH meneliti kedua tanaman itu dan menemukan kesamaan kandungan Cineole (eucalyptol) sejumlah 1,8.
Kalau di Australia tanaman itu disebut Eucalyptus Globulus, maka di Indonesia (Maluku dan Papua) biasa disebut Eucalytpus Radiata. Tapi nama Eucalyptus tidak umum disebut di Indonesia. Biasa disebut Minyak Kayu Putih (White Wood Oil), atau lazim juga disebut Cajuput Oil.
Ada species lain yang disebut Eucalytpus Smiithi, kandungan minyak eukaliptusnya tidak sebanyak Eucalyptus Globulus dan Eucalyptus Radiata, jadi tidak dianjurkan karena dianggap tidak cukup kuat melawan bakteri, virus dan jamur.
Hasil penelitian NIH menguraikan perbedaan jelas kandungan Eucalyptus Globulus (Australia) dan Eucalyptus Radiata (Indonesia) yang menurut saya tidak banyak berbeda, sebagai berikut:
Chemical Composition of Cajuput EO:
One of the most characteristic components of cajuput EO is 1,8-cineole (eucalyptol), which has a camphor-medical smell. Its content varies from 15–60% [62]. In addition to eucalyptol, the cajuput EO also contains terpenes, such as γ-terpinene, limonene, p-cymene, terpinolene, α-pinene, β-pinene, β-caryophyllene, α-humulene, aromadendren, α-selinene, and β-selinene. Moreover, the cajuput EO also contains terpenoids, such as α-terpineol, linalool, terpinen-4-ol, cajeputol, spathulenol, globulol, viridiflorol, and cariophilene oxide. Nevertheless, the main constituents of cajuput EO differ according to the origin of the EO. In Indonesia, EO extracted from M. cajuputi subsp. cajuputi is characterized by a high content of 1,8-cineneol.
Chemical Composition of Eucalyptus EO:
The main components of eucalyptus EO are 1,8-cineol (eucalyptol), limonene, α-pinene, γ-terpinene, and α-terpineol [93]. Further, 1,8-cineol and α-pinene are also present in a similar amount in E. maideni, E. astrengens, E. cinerea, E. leucoxylon, E. lehmani, E. sideroxylon, and E. bicostata [94], which according to the Polish Pharmacopoeia [33], are not sources of eucalyptus EO, despite the fact that the content of 1,8-cineol varies from 49.07 to 83.59%, and α-pinene varies from 1.27 to 5.02% in those plants. The European and British Pharmacopoeia indicate that eucalyptus EO used for medicinal purposes must contain at least 70% 1,8-cineole [95].
Untuk keterangan selanjutnya tentang bagaimana hasil penelitian ilmiah NIH ini terhadap apa dan manfaat kedua jenis minyak esensial ini dapat dibaca sendiri dalam link official website mereka.
Jadi, seharusnya kita tidak perlu memperdebatkan bahwa Minyak Kayu Putih Indonesia yang diproduksi pemerintah Indonesia (Departemen Pertanian) kita itu bermanfaat atau tidak melawan Covid19. Dan tidak perlu ragu untuk memahami bahwa Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil) itu berbeda manfaat dengan Eucalyptus Oil. Manfaatnya itu sama. Saya percaya, pemerintah kita tidak akan memberikan obat alternatif sia-sia pada rakyatnya untuk sehat dan bebas Covid19.
Bahwa ketersediaan minyak Eukaliptus atau minyak kayu putih itu di Indonesia itu melimpah ruah adalah anugerah Tuhan. Bahwa minyak kayu putih selama ini kita sudah konsumsi sebagai obat tradisional bahkan jadi minyak telon yang dioles-oleh pada bayi baru lahir hingga usia toddler juga sudah biasa. Di sini (Amerika Serikat), minyak eukaliptus itu dijual cukup mahal sebagai salah satu minyak esensial.
Kalau minyak murni Eucalyptus Globulus dari Australia dijual US$ 6 per satu botol kecil ukuran 5 ml. Sedangkan minyak murni Eucalyptus Radiata dari Asia Tenggara (Indonesia) dijual US$ 8 per botol kecil ukuran 5 ml. Nikmat apalagi yang kau dustakan, wahai rakyat Indonesia?
Link informasi:
Detik, NCBI, NCBI, NCBI, NCBI, NCBI, Healthline, Pennstatehershey, Merdeka, Homeopathtyler, Wikipedia, Edensgarden.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews